Praja Muda Karana (Pramuka) merupakan satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia. Perkembangan Pramuka di Indonesia tidak lepas dari sosok Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang juga dikenal dengan julukan Bapak Pandu Pramuka Indonesia.
Bahkan untuk menghormati Sri Sultan Hamengku Buwono IX di kepanduan Indonesia, terdapat hari khusus yang diperingati untuk mengenangnya. Hari tersebut berbeda dengan Hari Pramuka Nasional yang diperingati setiap 14 Agustus.
Mengutip dokumen Sambutan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Pada Acara Peringatan Hari Pramuka ke-57 Tahun 2018, Hari Bapak Pramuka Indonesia tersebut diperingati setiap tanggal 12 April. Tanggal tersebut dipilih karena bertepatan dengan hari kelahiran Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Indonesia sendiri, Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga mendapat sebutan Pandu Agung. Ia dikenal sebagai sosok yang mencerminkan seorang guru dan panutan bagi Pramuka Indonesia.
Lantas, seperti apa profil Bapak Pramuka Indonesia ini? Berikut ini ulasan lengkap biodata Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Yuk simak!
Profil Sultan Hamengku Buwono IX
Mengutip jurnal Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul "Peranan Sultan Hamengku Buwono IX dalam Gerakan Pramuka Indonesia (1961-1988)", Sultan Hamengku Buwono IX lahir pada tanggal 12 April 1912. Ia dilahirkan di kediaman Gusti Pangeran Haryo Puruboyo Kampung Sompilan, Jalan Ngasem 13 Yogyakarta.
Hamengkubuwono IX merupakan putra dari Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah. Ketika dilahirkan, Hamengku Buwono IX diberi nama Dorojatun yang berarti memiliki derajat yang tinggi.
Awal pendidikan Hamengku Buwono IX dimulai dari sekolah Frobel (taman kanak-kanak) milik Jufrow Willer yang letaknya di Bintaran Kidul. Kemudian ketika memasuki usia 6 tahun ia memasuki Sekolah Dasar (SD) "Eerste Europese Lagere School B" atau lebih dikenal dengan nama Eerste School B. Kalau orang Jawa sendiri mengenalnya dengan nama "Sekolah Kidul Ngloji".
Setelah beberapa tahun di Eerste School B, Hamengku Buwono IX pindah ke Neutrale Europese Lagere School di Pakemweg. Lalu, menginjak usia ke 13 tahun, Dorojatun melanjutkan pendidikannya ke Hogere Burger School (HBS), di Semarang.
Ketika memasuki masa mahasiswa, Dorojatun menempuh pendidikannya di Universitas Rijksuniversiteit, Kota Leiden, Belanda. Di sana, Hamengku Buwono IX mengambil jurusan Indologi.
Tepat pada tanggal 18 Maret 1940, Dorojatun kemudian dinobatkan sebagai putra mahkota dengan gelar Pangeran Adipati Anom Hamengku Negara Sudibya Raja Putra Narendra Mataram. Lalu dilanjutkan dengan penobatan putra mahkota sebagai Sultan Yogyakarta dengan gelar Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Sultan Hamengku Buwono Senopati Ingalaga Ngabdurrakhman Sayidin Panatagama Kalifatullah Kaping-IX.
Sepanjang hidupnya, Hamengku Buwono IX juga tercatat memiliki 5 istri. Kelima istri tersebut, yakni K.R.Ay. Pintoko Purnomo, K.R.Ay. Widyaningrum, K.R.Ay. Hastungkoro, K.R.Ay. Cipto Murti, dan K.R.Ay. Nindyo Kirono.
Dari kelima istri tersebut, Hamengku Buwono memiliki 22 orang anak, yang terdiri dari 16 Putra dan 6 Putri.
Dikutip dari laman resmi Kraton Jogja, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menghembuskan nafas terakhirnya di George Washington University Medical Center pada tanggal 2 Oktober 1988 malam. Ia kemudian dimakamkan di Kompleks Pemakaman Raja-raja di Imogiri.
Peranan Hamengku Buwono IX dalam Gerakan Pramuka Indonesia
Sejak kecil, Sultan Yogyakarta ini telah menggemari dunia kepanduan. Ketika menjelang usia remajanya, ia pun mulai bergabung dengan organisasi kepanduan yang dibuat Belanda, yaitu Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIVP) atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda.
Kemudian, menginjak tahun 1960-an, Hamengku Buwono IX berhasil menjadi Pandu Agung.
Tahun 1961, Hamengku Buwono IX menjabat sebagai Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka. Ia menjabat selama empat periode berturut-turut, yakni mulai dari tahun 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970, dan 1970-1974. Karena masa jabatannya ini, Dorojatun dikenal sebagai Ketua Kwarnas terlama kedua yang menjabat selama 13 tahun setelah Letjen Mashudi (15 tahun).
Pengangkatan Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia
Pada tanggal 1 hingga 8 November 1988, dilangsungkan sebuah kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) IV Gerakan Pramuka di Dili, Timor Timur. Kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka yang saat itu dijabat oleh Letjen TNI Mashudi. Adapun peserta Munas IV terdiri dari Kwartir Nasional dan 27 Kwartir Daerah.
Dalam kegiatan Munas IV ini, telah dihasilkan 11 keputusan yang disampaikan pada sidang paripurna. Hasil keputusan tersebut disetujui dengan bulat oleh seluruh peserta Munas IV.
Salah satu keputusan Munas IV adalah pengangkatan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Pengukuhan ini kemudian tertuang dalam Keputusan Munas Gerakan Pramuka tahun 1988 No. 10/Munas/88 tentang Bapak Pramuka Indonesia.
Melihat jasa-jasa Hamengku Buwono IX di bidang kepramukaan selama ini membuatnya diakui di mata dunia internasional. Terlebih lagi, gagasannya dalam pembaharuan pendidikan kepramukaan dipandang cocok bagi pendidikan kepramukaan di berbagai negara.
Tak hanya itu, Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga merupakan pencetus pemersatu organisasi kepanduan yang pernah mengalami perpecahan. Bahkan ia juga termasuk salah seorang panitia pembentukan Gerakan Pramuka.
Riwayat Pekerjaan Sultan Hamengku Buwono IX
Melansir laman resmi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, berikut rincian riwayat pekerjaan Sri Sultan Hamengku Buwono IX:
- Kepala dan Gubernur Militer Daerah Istimewa Yogyakarta
- Menteri Negara pada Kabinet Sjahrir III
- Menteri Negara pada Kabinet Amir Sjarifuddin I dan II
- Menteri Negara pada Kabinet Hatta I
- Menteri Pertahanan/Koordinator Keamanan Dalam Negeri pada Kabinet Hatta II
- Menteri Pertahanan pada masa RIS
- Wakil Perdana Menteri pada Kabinet Natsir
- Menteri/Ketua Badan Pemeriksa Keuangan
- Ketua Delegasi Indonesia dalam pertemuan PBB tentang Perjalanan dan Pariwisata
- Menteri Koordinator Pembangunan
- Wakil Perdana Menteri Bidang Ekonomi
- Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka
- Wakil Presiden Indonesia
- Bapak Pramuka Indonesia
Nah, demikianlah profil Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Semoga bermanfaat,detikers!
(edr/alk)