Dilema Kader Golkar Sulsel Usai DPP Dukung ASS-Fatma Ketimbang Kader Internal

Dilema Kader Golkar Sulsel Usai DPP Dukung ASS-Fatma Ketimbang Kader Internal

Tim detikSulsel - detikSulsel
Sabtu, 10 Agu 2024 09:30 WIB
Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto dan bakal pasangan calon gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Andi Sudirman Sulaiman (ASS)-Fatmawati Rusdi.
Foto: Airlangga Hartarto dan bakal pasangan calon gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman (ASS)-Fatmawati Rusdi. (dokumen istimewa)
Makassar -

Keputusan DPP Golkar mendukung duet Andi Sudirman Sulaiman dan Fatmawati Rusdi (ASS-Fatma) di Pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan (Pilgub Sulsel) 2024 membuat kader Golkar Sulsel berada dalam kondisi dilematis. Kebijakan itu berpotensi menimbulkan gejolak setelah DPP dinilai mengabaikan kader internal partai sendiri.

Diketahui, DPP Golkar telah mengeluarkan surat keputusan (SK) untuk bakal calon gubernur dan wakil gubernur Sulsel, ASS-Fatma. Pengumuman rekomendasi itu disampaikan Wakil Ketua Umum (Waketum) Golkar, Ahmad Doli Kurnia, di Kantor DPP Golkar, Jakarta Barat, Kamis (8/8/2024).

Sehari sebelum pengumuman itu, ASS-Fatma lebih dulu bertemu dengan Ketum Golkar Airlangga Hartarto. ASS-Fatma datang didampingi Ketua DPD I Golkar Sulsel Taufan Pawe (TP) di kediaman Airlangga di Kawasan Widya Chandra, Jakarta Selatan, Rabu (7/8) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Alhamdulillah tadi Pak Ketum (Airlangga) sudah memberikan arahannya kepada Pak Andalan (ASS) dan Bu Hati (Fatma)," kata Juru Bicara DPD I Golkar Sulsel Zulham Arief usai pertemuan tersebut.

Sementara itu, ASS-Fatma mengklaim sudah mengantongi total 56 kursi dukungan. Jumlah tersebut melebihi syarat minimal 17 kursi untuk maju Pilgub Sulsel 2024.

ADVERTISEMENT

Rinciannya, NasDem (17 kursi), Golkar (14 kursi), Demokrat (7 kursi), Gerindra (13 kursi), Hanura (1 kursi) dan PAN (4 kursi). Adapula dukungan dari PSI meski tidak memiliki kursi di DPRD Sulsel.

Sorotan Kader Golkar Sulsel

Kader senior Golkar Sulsel, Armin Mustamin Toputiri menyoroti keputusan DPP Golkar mengusung ASS-Fatma di Pilgub Sulsel. Armin mengaku pasrah meski dibuat kebingungan dengan langkah politik partai ke depan.

"Saya pribadi, jujur mengaku tak tahu lagi bagaimana mensiasati fakta politik yang bagi saya sangat dilematis ini. Kita lihat saja nanti, apa hasil bakal terjadi," kata Armin kepada detikSulsel, Jumat (9/8).

Armin menjelaskan, keputusan Partai Golkar tersebut sah-sah saja secara politik. Apalagi Golkar memang butuh berkoalisi dengan partai politik lain agar mampu mengusung kandidat di Pilgub Sulsel.

"Paradoksnya, karena ada 5 kader Golkar sebelumnya diberi surat tugas (maju di Pilgub Sulsel) untuk mensosialisasikan diri," tuturnya.

Surat tugas dari DPP Golkar untuk kelima kader itu diserahkan sejak November 2023 lalu. Kelima kader Golkar yang sempat ditugaskan maju Pilgub Sulsel, yakni: Waketum DPP Golkar Nurdin Halid; Ketua Golkar Sulsel Taufan Pawe (TP); Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan; Bupati Luwu Utara Indah Indriani Putri; dan mantan Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin (IAS).

"Dan hasil survei membuktikan jika tingkat keterpilihan di antara mereka, tak kalah bersaing dengan figur lain dari partai lain. Tapi DPP Golkar malah justru mengusung figur lain dan atau kader dari parpol lain," ucap Armin.

"Terhadap sikap DPP Golkar itu, sebagai kader, terbuka saya sampaikan bahwa jauh sebelum putusan itu final, kami tak habis-habisnya mengingatkan, mengajukan protes dengan beragam dalih dan pertimbangan," tambahnya.

Namun pertimbangan dari DPD Golkar Sulsel berbanding terbalik dengan keputusan DPP Golkar. Dia menganggap ada pengaruh desakan eksternal di balik keputusan DPP meski tidak dijelaskan lebih jauh desakan yang dimaksud.

"Rupanya DPP dihadapkan pada desakan yang tak kalah jauh mendesaknya. Dan saya kira, publik sudah dapat menebak dan menduga pertimbangan itu. Jelasnya, desakan internal dikalahkan oleh desakan eksternal," tegas Armin.

Armin melanjutkan, sikap DPP Golkar bukan tidak mungkin menimbulkan konsekuensi internal. Situasi ini dinilai bisa berdampak pada pertarungan kader Golkar yang maju sebagai cakada di pilkada kabupaten dan kota.

"Di waktu bersamaan ada banyak kader-kader kita di kabupaten/kota yang juga sedang menghadapi pertarungan besar dalam pilkada serentak, sangat butuh tandem untuk bermitra dengan kader Golkar yang maju di pilgub," paparnya.

Apalagi, lanjut Armin, kandidat yang diusung DPP Golkar merupakan kader partai lain, yakni Wakil Ketua Bendahara Umum NasDem Fatmawati Rusdi. Fatma juga merupakan istri dari Ketua DPW NasDem Sulsel Rusdi Masse (RMS).

"Parahnya, karena paket diusung Golkar di Pilgub, salah satunya kader partai lain yang tak mustahil niscaya akan memikirkan kepentingan kader-kader mereka (NasDem) yang ikut bertanding di pilkada kabupaten/kota. Dan pesaing kuatnya, justru lebih banyak dari kader Golkar," jelas Armin.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Sementara itu, pengurus DPD Golkar Sulsel Abbas Hadi menganggap kader Golkar memiliki nilai tawar untuk diusung maju di Pilgub Sulsel. Abbas lantas mengungkap rencana awalnya untuk mengusulkan mantan MenPAN-RB dan Wakapolri Periode 2016-218 Komjen (Purn) Syafruddin Kambo.

"Pertimbangannya, Pak Syaf adalah sosok low profile, pengalaman dan track record di birokrasi, sebagai Menpan-RB dan PJU (pejabat utama) Polri di berbagai level kepemimpinan institusi kepolisian," ucap Abbas.

Abbas mengaku berniat mendorong Syafruddin berduet dengan Adnan atau Indah. Dia menganggap kedua kader Golkar yang menjabat sebagai bupati itu sarat pengalaman dan dicintai masyarakat.

"(Adnan maupun Indah) Bukan kepala daerah yang dicaci maki rakyatnya. Terlebih bukan kader muda yang dikarbit dan ujuk-ujuk jadi elite Golkar hanya karena dikatrol oleh sapaknya atau suaminya," ucapnya.

Menurut Abbas, kedua figur tersebut sudah banyak menimba ilmu di organisasi sebelum menjadi kepala daerah. Dia menegaskan tidak meragukan kapabilitas Indah maupun Adnan.

"Indah, matang sebagai organisatoris di organisasi intra maupun ekstra kampus, sebelum menjadi Tenaga Ahli Legislator Senayan. Sementara Adnan adalah dedengkot GM-FKPPI sebelum jadi anggota DPRD Sulsel dan Ketua PMI Sulsel," sambung Abbas.

Potensi Perlawanan dari Kader Internal

Tokoh senior Golkar Sulsel Abdul Madjid Sallatu mengaku khawatir sikap DPP yang mengusung ASS-Fatma berpotensi menimbulkan perlawanan dari kader internal. Abdul Madjid menganggap riak-riak gejolak itu mulai bermunculan.

"Saya khawatirnya kalau terjadi perlawanan, saya baca itu ada kader yang sudah nyata-nyata tidak mau mendukung figur yang ditetapkan Golkar," kata Madjid kepada wartawan, Kamis (8/8).

Madjid mengatakan, situasi ini bisa merepotkan Partai Golkar sendiri. Dia khawatir muncul kekecewaan dari kader potensial setelah kehadirannya tidak diperhitungkan.

"Yang repot itu kalau kader potensial yang muda, bisa menjamin kelangsungan hidup perpolitikan partai wah itu menurut saya gawat sekali kalau ada terjadi perlawanan begitu," sambungnya.

Keputusan DPP Golkar yang akan mengusung figur eksternal juga dinilai akan menghilangkan kepercayaan kader ke DPP. Jika terus berlarut, maka kondisi itu akan merusak Golkar di Sulsel.

"Maka akan hilang kepercayaan, bahkan ada tokoh senior yang bilang kalau dulu itu dibilang Sulsel itu lumbung Golkar, maka sekarang ada yang bilang Sulsel itu kader Golkar mati di lumbungnya," ungkap Madjid.

Menurut Madjid, situasi ini perlu menjadi atensi DPP Golkar. Jangan sampai, kata dia, kekecewaan kader berimbas timbulnya ajakan kepada masyarakat untuk bersama-sama menolak duet ASS-Fatma.

"Itukan gawat sekali kita kalau masyarakat luas sudah mulai diajak untuk tidak peduli. Lalu kita mau apa ke depan kalau kita sudah tidak peduli dengan politik. Kita tidak perlu bermain politik, tapi kita jangan buta politik," tandasnya.



Simak Video "Video: Duduk Perkara Pendukung Paslon Pilgub Sulsel Saling Lempar Batu"
[Gambas:Video 20detik]

Hide Ads