Penjelasan RSUD Sintang soal Sopir Ambulans Turunkan Jenazah di SPBU

Kalimantan Barat

Penjelasan RSUD Sintang soal Sopir Ambulans Turunkan Jenazah di SPBU

Riani Rahayu - detikSulsel
Rabu, 17 Jul 2024 18:45 WIB
Sopir ambulans RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar), Suhardi (48) yang menurunkan jenazah bayi laki-laki di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Tugu Beji Sintang meminta maaf.
Foto: Sopir ambulans RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar), Suhardi. (dok. istimewa)
Sintang -

Pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ade Muhammad Djoen Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar) memberikan klarifikasi soal sopir ambulans, Suhardi (48) menurunkan jenazah bayi laki-laki di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Pihak rumah sakit mengatakan keluarga pasien yang memilih turun usai terlibat cekcok dengan sopir ambulans.

"Sebenarnya kalimatnya itu bukan diturunkan, tapi yang meninggal ini kan bayi, dalam gendongan. Dan ini karena ada diskusi adu mulut di situ jadi keluarganya tidak mau pake mobil itu lagi," ujar Kepala Sub Bagian Hukum, Publikasi, Promosi dan Informasi RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang, Nursyamsiah kepada detikcom, Rabu (17/7/2024).

Nursyamsiah mengatakan Suhardi memang meminta biaya tambahan untuk membayar selisih BBM ke keluarga korban namun ditolak. Pihak rumah sakit kemudian meminta Suhardi tetap mengantar korban sampai tujuan tanpa biaya tambahan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi turun karena kan di situ kan ada diskusi, direktur mendapat laporan dari anggota dewan kemudian pak direktur menghubungi sopir kami untuk tetap berangkat dengan tidak ada tambahan biaya apapun," terangnya.

"Terus sopir kan tentu menyampaikan (solusi) dengan keluarga tapi keluarga tetap menolak dengan berbagai pertimbangan, supaya situasi tetap kondusif tidak menggunakan mobil itu lagi, mereka turun dan menggunakan taksi," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, Suhardi mengaku tidak berniat menurunkan korban di tengah jalan. Dia mengatakan saat itu hendak mengganti mobil ambulans yang standar karena keluarga korban tidak bersedia membayar uang selisih BBM.

"Saya minta penggantian (selisih BBM) kepada pihak keluarga. Sehingga timbul perselisihan bahwasanya saya menurunkan keluarga pasien dan sebagainya. Padahal saya menurunkan keluarga pasien dan mengganti dengan ambulans yang standar perhub (menggunakan BBM Pertalite)," kata Suhardi dalam video klasifikasinya.

Diberitakan sebelumnya, Suhardi diduga menurunkan jenazah bayi laki-laki di SPBU Tugu Beji Sintang pada Senin (15/7). Pihak RSUD Ade Muhammad Djoen Sintang membenarkan bahwa bayi tersebut meninggal di rumah sakit dan diantar oleh Suhardi ke rumah duka.

"Kami membenarkan. Jadi itu jenazah bayi laki-laki yang meninggal dalam kandungan dan akan dipulangkan," ujar drg Ridwan Tonny Hasiholan kepada detikcom, Selasa (16/7).




(hsr/asm)

Hide Ads