3 Mahasiswa di Gorontalo Diduga Dipukul Aparat Saat Demo Tolak RUU Penyiaran

3 Mahasiswa di Gorontalo Diduga Dipukul Aparat Saat Demo Tolak RUU Penyiaran

Apris Nawu - detikSulsel
Senin, 01 Jul 2024 20:42 WIB
Demo menolak RUU Penyiaran di Gorontalo berakhir ricuh.
Foto: Demo menolak RUU Penyiaran di Gorontalo berakhir ricuh. (Apris Nawu/detikcom)
Gorontalo - Tiga mahasiswa di Gorontalo diduga dipukul aparat keamanan saat demo menolak Revisi Undang-Undang (RUU) Penyiaran, RUU TNI-Polri, dan Tapera berlangsung ricuh. Pemukulan itu diduga terjadi saat mahasiswa memaksa masuk ke rumah Rumah Dinas (Rumdis) Gubernur Gorontalo.

"Di aksi yang tadi juga perlu kami sampaikan adalah telah terjadi gesekan dan ada tiga korban, tiga massa aksi dari aliansi ini yang mendapat pukulan dari aparat satpol PP dan satu dari kepolisian," kata Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gorontalo, Harun Alulu kepada wartawan, Senin (1/7/2024).

Harun mengatakan massa aksi kecewa dengan Pj Gubernur Gorontalo Mohammad Rudy Salahuddin karena tidak merespon kedatangan mahasiswa. Dia menyebut Rudy Salahuddin tidak punya itikad baik.

"Dengan ini kami sangat kecewa dengan apa yang kami dapati bahwa penjabat gubernur meskipun telah kami datangi di rumah dinas gubernur. juga tidak mau, atau tidak ada itikad baik untuk mendatangi massa aksi," kata Harun.

Harun mengungkap bahwa aksi tersebut sudah kali kedua. Menurutnya, aksi yang dilakukan itu tidak ada atensi dari pemerintah Provinsi Gorontalo dan DPRD Provinsi Gorontalo.

"Kejadian ini telah terulang kedua kalinya. Di aksi jilid pertama masih sama kami terima. bahwa masih sama yang kami terima bahwa tidak ada atensi dari pemerintah Provinsi (Gorontalo) atau pun perwakilan dari DPRD Gorontalo," ungkapnya.

Dia menambahkan pihaknya akan tetap menggelar aksi demo hingga petisi mereka ditandatangani oleh Pj Gubernur Gorontalo dan Ketua DPRD Provinsi Gorontalo Paris Jusuf.

"Olehnya kami pusat perjuangan rakyat Gorontalo akan tetap menggelar aksi, akan tetap berkonsolidasi sampai dengan petisi yang kami buat ditandatangani oleh Pejabat Gubernur Gorontalo dan Ketua DPRD Provinsi Gorontalo," tegasnya.

Sementara itu, Kabag Ops Polresta Gorontalo Kota Kompol Suharjo membantah adanya pemukulan yang dilakukan anggotanya terhadap massa aksi. Dia mengatakan aparat dan mahasiswa hanya terlibat aksi saling dorong.

"Tidak ada itu (aparat) yang mukul, mungkin hanya dorong-dorongan, kalau pukul memukul tidak ada, hanya saling dorong-dorongan saja. Kemudian ada yang jatuh (saling) dorong-dorong itu," kata Suharjo kepada wartawan.

Suharjo menjelaskan saat itu massa aksi memaksa masuk hingga merobohkan pintu gerbang rumah dinas gubernur. Aparat yang melakukan pengamanan kemudian menahan massa hingga terjadi aksi saling dorong.

"(Pagar roboh) karena didorong oleh massa aksi, mereka ingin maksa masuk, intinya itu saja. Pada hal kalau massa aksi sabar tidak dorong-dorong, ini kan rumah rakyat juga," sebutnya.

Diberitakan sebelumnya, aksi demonstrasi mahasiswa yang menolak Revisi RUU Penyiaran, RUU TNI-Polri, dan Tapera di Kota Gorontalo, diwarnai kericuhan pada Senin (1/7/2024) sekitar pukul 15.00 Wita. Massa yang memaksa masuk ke Rumah Dinas Gubernur Gorontalo merobohkan pagar.

"Kami ingin ketemu pejabat gubernur (Gorontalo). Izinkan kami masuk, ingin menyampaikan tuntutan penolakan RUU Penyiaran, Tapera," kata seorang orator aksi bernama Rihdo di lokasi.




(hsr/hsr)

Hide Ads