Curhat Istri Sopir Angkot Dibunuh KKB Patungan Rp 51 Juta Pulangkan Jenazah

Curhat Istri Sopir Angkot Dibunuh KKB Patungan Rp 51 Juta Pulangkan Jenazah

Tim detikSulsel - detikSulsel
Minggu, 16 Jun 2024 09:00 WIB
Istri Rusli korban penembakan KKB, Diana.
Istri Rusli korban penembakan KKB, Diana. Foto: (Akbar Razak/detikSulsel)
Jeneponto -

Istri sopir angkot bernama Rusli (40), Diana, terpaksa patungan untuk memulangkan jenazah suaminya usai tewas ditembak kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Paniai, Papua Tengah. Keluarga harus membayar Rp 51 juta untuk menerbangkan jenazah korban dari Timika ke Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Diana menuturkan, pihak keluarga awalnya membayar Rp 58 juta agar jenazah Rusli bisa diterbangkan dari Bandara Mosez Kilangin Timika ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar. Namun uang yang disetorkan dikembalikan sebesar Rp 7 juta sehingga menjadi Rp 51 juta.

"Yang pertamanya itu dikumpulkan (dari patungan) Rp 58 juta, tapi ada ji dikasih kembali, sekitar Rp 51 juta dibayar (keseluruhan)," kata istri korban, Diana saat ditemui detikSulsel di kediamannya, Sabtu (15/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah tiba di Makassar, Diana mengaku masih harus merogoh kocek sebesar Rp 700 ribu. Biaya tambahan itu untuk membayar pengantaran mobil jenazah menuju rumah duka di Jeneponto.

"Itu mi semua Rp 51 juta (total dari Papua ke Makassar), belum lagi (dari Makassar) sampai di kampung (Jeneponto) biaya ambulans Rp 700 ribu," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Diana menyayangkan pihak keluarga masih dibebankan biaya pemulangan jenazah. Sebab, dia berharap ada uluran tangan pemerintah atas kematian suaminya akibat ulah keji KKB.

"Saya berharap semoga pemerintah bisa melihat kondisi ku. Saya cuma ibu rumah tangga (tidak kerja)," ungkapnya.

Apalagi, saat suaminya dibunuh, KKB juga turut membakar mobil angkot milik suaminya yang masih dalam masa cicilan. Sementara, kata dia, kendaraan itu merupakan satu-satunya sumber pemasukan keluarganya.

"Karena mobil ku terbakar itu satu-satunya mata pencarian ku, itu kalau sudah terbakar sudah tidak ada lagi pemasukan, baru saya punya anak dua cewek," keluhnya.

Diketahui, peristiwa penembakan dan pembakaran tersebut terjadi di Kampung Timida, Distrik Paniai Timur, Kabupaten Paniai, Papua Tengah, pada Selasa (11/6) lalu. Korban ditembak dan kendaraannya dibakar oleh KKB.

Keluarga desak Komnas HAM turun tangan di halaman selanjutnya.

Keluarga Desak Komnas HAM Turun Tangan

Keluarga korban juga mengutuk aksi KKB yang dianggap tidak berperikemanusiaan. Diana pun meminta pihak terkait bertindak, termasuk Komnas HAM.

"Biadab sekali KKB di Papua, dimana sebenarnya Komnas HAM, TNI, Polri," kata, Diana kepada detikSulsel, Jumat (14/6).

Diana menilai Komnas HAM seharusnya dapat memberikan perhatian serius terhadap kasus ini. Dia pun berencana akan mendatangi kantor Komnas HAM jika tidak ada tindakan serius.

"Komnas HAM harus turun tangan, sudah banyak korban atas ulah KKB itu, mau sampai kapan begini terus?" sesalnya.

Diana menuturkan, suaminya pergi merantau ke Kabupaten Paniai hanya ingin mencari rezeki. Mereka punya tiga orang anak yang harus dinafkahi.

"Ada istrinya, ada anaknya kenapa kau (KKB) bunuh? Apa memang salahnya itu Rusli? Dia cuma sopir mobil kasian," ucapnya sembari menangis.

"Kami mendukung Komnas HAM, TNI dan Polri untuk memberantas KKB, mereka rakyat kecil yang berjuang untuk menafkahi istri dan anaknya, seperti yang dialami saudara kita almarhum Rusli," tambahnya.

Di lain sisi, dia juga khawatir jika nanti TNI-Polri berhasil menumpas KKB malah justru dianggap melanggar HAM. Makanya dalam hal ini, dia berharap Komnas HAM bisa bijak dalam bertindak.

"Jangan sampai jika TNI bergerak memberantas KKB lalu kemudian Komnas HAM mengatakan melanggar hak asasi manusia, tapi jika masyarakat yang dibunuh KKB Komnas HAM bobo cantik," tandasnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Dua Personel Brimob Gugur Diserang KKB di Nabire"
[Gambas:Video 20detik]
(asm/asm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads