Bupati Halmahera Utara Kejar Parang Mahasiswa Demo Kesal Rumahnya Digeruduk

Bupati Halmahera Utara Kejar Parang Mahasiswa Demo Kesal Rumahnya Digeruduk

Nurkholis Lamaau - detikSulsel
Sabtu, 01 Jun 2024 13:10 WIB
Halmahera Utara -

Bupati Halmahera Utara (Halut), Maluku Utara (Malut) Frans Manery mengungkap alasan mengejar mahasiswa menggunakan parang saat unjuk rasa. Franz merasa kesal lantaran massa berupaya menghalang-halangi acara HUT ke-21 Halmahera Utara dan menggeruduk rumahnya.

"Kalau dengan tangan kosong tidak mungkin mereka bisa kabur. Ya saya kejar, mau tidak mau saya harus kejar dengan parang," ujar Franz dalam keterangan yang diterima detikcom, Sabtu (1/5/2024).

Franz bersyukur massa aksi lari dan tidak melakukan perlawanan. Dia mengaku bisa saja terjadi sesuatu jika ada massa aksi yang berupaya melawan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untung mereka lari, kalau tidak lari dan nantang saya, mungkin tidak tahu apa yang akan terjadi," katanya.

Dia menuturkan, kejadian bermula saat massa menggelar aksi demonstrasi pada perayaan HUT ke-21 Halmahera Utara di Kantor DPRD Halut. Massa kemudian melanjutkan aksinya di kantor Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Halmahera Utara hingga mengobok-obok fasilitas kantor.

ADVERTISEMENT

"Maksud mereka sudah disampaikan dan sudah ditanggapi oleh ketua DPRD. Kemudian mereka melanjutkan aksi lagi di kantor keuangan daerah dan di kantor itu mereka masuk dan mengobok-obok fasilitas kantor dengan membuang meja, bunga, dan alat-alat ke luar kantor. Saat para staf yang beragama muslim sedang melakukan salat," ujarnya.

Lanjut Frans, massa kemudian berpindah melakukan demonstrasi di depan Hotel Marahai, Desa Wosia, Kecamatan Tobelo. Saat itu, massa aksi sempat ditegur oleh pihak keamanan karena bertepatan dengan waktu salat Jumat.

"Saya kira sudah tidak terjadi aksi lagi. Saat itu saya sedang ikut pleno Pemilu 2024 yang digelar KPU di Hotel Greenland Tobelo. Nanti sekitar pukul 15.30 WIT, anak saya telepon dari rumah mengatakan, 'papa mahasiswa yang melakukan aksi sementara menuju ke rumah'," ujar Frans.

"Kebetulan di rumah itu ada acara makan. Ibu (istri) menjamu tamu yang kami undang untuk menghibur dalam acara HUT Kabupaten Halmahera Utara malam nanti. Setelah mendapat informasi itu, saya langsung keluar dari tempat pleno KPU dan kembali ke rumah," tuturnya.

Frans mengaku sekitar 70 meter sebelum tiba di rumahnya, massa aksi sudah memarkir mobil pikap dan menggelar orasi sekaligus mengusir para tamu yang diundang. Dia merasa massa seakan menolak acara konser HUT ke-21 Kabupaten Halut malam nanti.

"Seakan-akan (tamu) tidak boleh melakukan pertunjukan pada malam nanti. Mereka katakan kondisi keuangan seperti ini kenapa harus datangkan artis dan buang-buang uang. Terus saya bilang, ini kan hiburan dalam kaitan HUT. Tetap mereka mau melakukan orasi, sementara saya harus lindungi tamu kami," ujarnya.

Selengkapnya di halaman selanjutnya.

Lebih lanjut Frans menuturkan, tindakannya mengusir massa aksi bukan dengan kapasitas sebagai bupati. Karena aksi demonstrasi dilakukan di kompleks rumahnya tanpa ada pengawalan dari aparat kepolisian.

"Tindakan yang saya ambil sebenarnya bukan sebagai bupati, karena ini di kompleks perumahan saya dan tidak ada aparat kepolisian, sebab tidak ada yang menduga massa aksi akan ke situ. Saya membujuk mereka sekitar tiga atau empat kali untuk bubar," katanya.

Karena tak bubar, Frans langsung mengambil parang yang ada dalam mobil untuk membubarkan massa aksi. Rencananya, parang tersebut akan digunakan acara HUT.

"Parang itu saya ambil dari dalam mobil untuk bubarkan mereka. Rencananya, parang itu akan saya gunakan untuk tarian cakalele di acara HUT," tutur Frans.

Sebelumnya diberitakan,peristiwa itu terjadi di depan Hotel Greenland di Desa Gura, Kecamatan Tobelo, Halmahera Utara pada Jumat (31/5) sekitar pukul 17.30 WIT. Franz Manery disebut tiba-tiba mengejar massa menggunakan parang.

"Beliau datang keluar dari mobil langsung mengambil parang, serentak massa aksi kaget. Kami sebenarnya menunggu kalau pun Pak Bupati melayani kami dengan berdebat atau menyampaikan aspirasi, kami akan terima. Tapi kami melihat tiba-tiba Pak Bupati menarik parang dan menuju ke massa aksi, dengan spontan kami lari," ujar Ketua GMKI Cabang Tobelo Rivaldo Djini kepada kepada detikcom, Sabtu (1/6).

Rivaldi menuturkan, massa lari karena menganggap tindakan Franz Manery dapat membahayakan. Dia mengaku sempat menenangkan massa agar tidak memancing keributan.

"Karena kami juga berpikir ini barang tajam dan bisa membahayakan kami. Kami lari menghindari Pak Bupati, dan saya sempat menenangkan teman-teman agar jangan melakukan hal-hal yang bisa memancing emosi bupati," tambahnya.

Halaman 2 dari 2
(asm/hmw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads