Figur bakal calon mulai meramaikan bursa pemilihan wali kota (Pilwalkot) Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Mereka mulai mengambil formulir di penjaringan calon kepala daerah (cakada) di sejumlah partai politik (parpol) dan menebar alat peraga sosialisasi.
Pakar politik yang juga Direktur Nurani Strategic Nurmal Idrus menilai Pilwalkot Makassar banyak diminati karena tanpa petahana. Selain itu, tak ada figur dengan elektabilitas menonjol.
"Itu disebabkan karena Pilwalkot Makassar tanpa petahana dan kondisi itu membuat Pilwali Makassar kemungkinan akan kekurangan figur dengan elektabilitas menjulang sehingga dianggap bakal mendominasi kontestasi," kata Nurmal kepada detikSulsel, Rabu (15/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, lanjut mantan ketua KPU Makassar ini, banyak figur yang selama ini punya kemampuan mengumpulkan suara di Makassar tak ikut bertarung karena putusan MK. Sehingga, figur baru masuk untuk mengisi kekosongan itu sambil mendapat limpahan elektabilitas.
"Ini bagus bagi pemilih di Makassar karena ada lebih banyak pilihan bagi mereka. Namun, semua akan tereliminasi dengan sendirinya sesuai dengan kondisi," jelasnya.
Figur-figur yang kelihatan serius, kata Nurmal, bisa dilihat dari banyaknya alat peraga yang disebar. Termasuk nantinya yang mulai mengembalikan formulir pendaftaran di penjaringan cakada parpol.
"Figur-figur serius sudah mulai kelihatan. Itu terlihat dari cara mereka bersosialisasi," bebernya.
"Pilwali Makassar ini berbeda dengan pilkada lainnya. Penuh dinamika dan persaingan keras. Jadi, menurut saya figur-figur lain akan berguguran di tengah persaingan," tambahnya.
Nurmal menyebut banyak figur bursa calon wali kota Makassar sekadar tes ombak atau menguji penerimaan masyarakat. Pada akhirnya akan terseleksi karena elektabilitas tak naik.
"Tes ombak memang banyak dalam kontestasi seperti Pilkada. Ini untuk mengukur penerimaan masyarakat terhadap dirinya," katanya.
Lanjut Nurmal, figur yang akan bertahan sampai pencalonan di KPU adalah yang konsisten memperkenalkan dirinya ke masyarakat. Selanjutnya, yang punya gagasan jelas tentang masa depan Makassar.
"Ini penting untuk melihat bagaimana mereka akan memperlakukan Makassar ke depan," katanya.
Berikut daftar 20 figur bursa bakal calon wali kota Makassar berdasarkan abjad yang telah mengambil formulir dan menyebar alat peraga sosialisasi:
- Abdul Rahman Bando (mantan Birokrat)
- Adi Rasyid Ali (Ketua DPC Demokrat Makassar)
- Ahmad Susanto (Ketua KONI Makassar)
- Amri Arsyid (Ketua PKS Sulsel)
- Andi Seto Gadhista Asapa (mantan bupati Sinjai)
- Azhar Arsyad (Ketua DPW PKB Sulsel)
- dr Fadli Ananda (politikus PDIP)
- Fatmawati Rusdi (politikus NasDem)
- Indira Jusuf Ismail (Istri Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto)
- Irwan Adnan (Birokrat)
- Muhamad Surya (Ketua PSI Sulsel)
- Munafri Arifuddin (Ketua DPD II Golkar Makassar)
- Najmuddin (politikus Gerindra)
- Nasrun (mantan Lurah di Makassar)
- Rahman Pina (Ketua AMPG Sulsel)
- Risfayanti Muin (politikus PDIP)
- Rudianto Lallo (Ketua DPRD Makassar)
- Rudy Pieter Goni (Anggota DPRD Sulsel)
- Rusdin Abdullah (politikus Golkar)
- Sri Rahmi (Politikus PKS)
(asm/asm)