- Puisi Hari Pendidikan Nasional 2024 #1. Wasiat Seorang Guru
- Puisi Hardiknas 2024 #2. Mahaguru
- Puisi Hari Pendidikan Nasional #3. Manusia Lupa Diri
- Puisi Hari Pendidikan Nasional 2024 #4. Pendidikan dan Harapan
- Puisi Hari Pendidikan #5. Ajari Aku
- Puisi #6. Ki Hajar Dewantara
- Puisi #7. Di Nusantara Kutemukan Jiwanya: Buat Ki Hajar Dewantara
- Puisi Hari Pendidikan Nasional 2024 #8. Ilmu Terpendam
- Puisi Hari Pendidikan Nasional 2024 Panjang #9. Jika Saya Guru
- Puisi Hari Pendidikan Nasional Panjang #10. Kukenang Pengabdianmu
- Puisi Hari Pendidikan Nasional Pendek #11. Mahasiswa Masa Kini
- Puisi Hari Pendidikan Nasional 2024 yang Pendek #12. Seuntai Syukur
- Puisi Hari Pendidikan Nasional 2024 tentang Guru #13. Guruku
Hari Pendidikan Nasional 2024 akan diperingati pada 2 Mei 2024 mendatang. Ada berbagai cara untuk memperingatinya, salah satunya adalah dengan membaca puisi yang bertema pendidikan.
Puisi menjadi salah satu karya sastra yang dapat menyampaikan ide dan gagasan dengan cara yang indah dan menarik. Puisi cocok jadi pilihan dalam merayakan Hari Pendidikan Nasional untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya pendidikan dan membangkitkan semangat belajar.
Nah, bagi detikers yang ingin membaca puisi pada Hari Pendidikan Nasional 2024, berikut ini beberapa puisi yang dapat detikers jadikan referensi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yuk, simak selengkapnya!
Puisi Hari Pendidikan Nasional 2024 #1. Wasiat Seorang Guru
Karya: Trihartati
Anakku, ini wasiatku
Bila cintamu pada ilmu telah menyatu
Buktikan kau mampu berburu
Ke tengah rimba raya
Susuri jalan belukar
Jangan tersesat dalam putus asa
Bila pagi tantanglah matahari
Kau harus lebih dahulu menepati janji
Menjemput cahaya-Nya
Kala terik matahari mendidihkan ubun-ubun
Berpikirlah pada kesungguhan
Hiduplah untuk berjuang
Dan ketika petang merambang
Ingatlah ilmu tak akan datang
Maka jemput dengan pencarian
Inilah wasiatku, anakku
Sebelum batang waktu menua
Sebelum hilang nyawa
Berbekallah dengan Ilmu yang berguna
Ayunlahh langkah menuju cita mulia
Sumber: Buku Antologi Sayembara Puisi Guru yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Barat
Puisi Hardiknas 2024 #2. Mahaguru
Karya: Indra Haksari
Bila mentari menyapa pagi
Semangat ceria selalu mengiringi
Bukan harta benda yang kau cari
Tapi pada Sang Ilmu kau mengabdi
Seperti Ismaya menuntun langkah ksatria
Menanggalkan jemawa memajukan peradaban manusia
Berlogika hati, luas ilmu, bijak bertindak
Bukan ajaran basa basi yang kau beri
Tapi sikap kritis yang kau hadirkan disini
Meskipun krikil caci maki kadang kau temui
Hormatku untukmu Mahaguru
Bintang yang tak pernah lelah memandu
Saat perahuku mengarungi samudra ilmu
Sumber: Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan yang diterbitkan Universitas Katolik Soegijapranata
Puisi Hari Pendidikan Nasional #3. Manusia Lupa Diri
Karya: Ruth Elisabeth Johannes
Manusia terus berkembang
Manusia terus bergerak, tak kenal waktu
Manusia terus belajar, hingga menjadi cerdas
Jadi manusia harus semakin pintar? Memang harus!
Manusia sibuk benahi diri
Manusia repot untuk terus jadi yang terbaik
Manusia berusaha sekuat tenaga untuk menjadi ahli
Sampai saatnya manusia lupa diri
Manusia sibuk mengkritik dan mencela
Dirinya terus merasa paling benar, paling hebat
Namun lupa semesta menganugerahkan etika dan sikap
Etika dalam bertutur dan sikap dalam berperilaku
Menjadi pintar bukan berarti merendahkan yang lain
Menjadi hebat bukan berarti menghina sesama
Menjadi yang terbaik agar bisa membantu sekitar
Berakal budilah untuk memanusiakan manusia yang lain
Sumber: Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan yang diterbitkan Universitas Katolik Soegijapranata
Puisi Hari Pendidikan Nasional 2024 #4. Pendidikan dan Harapan
Karya: Dwi Arif
Pendidikan adalah tangga harapan
Tangga itu menuntun manusia untuk mencapai tujuan
Semua manusia berhak untuk menggunakan
Untuk mengubah mimpi menjadi kenyataan
Tangga itu tidak boleh disembunyikan
Dari semua insan yang ingin perubahan
Tangga tersebut tidak boleh disalahgunakan
Hanya untuk meraih keuntungan
Tangga itu harus benar-benar kuat
Agar mampu merubah manusia menjadi bermartabat
Tangga tersebut harus selalu dirawat
Agar bisa membimbing kita meraih akal sehat
Tangga itu harus bisa beradaptasi
Dari jaman yang begitu kencang berlari
Tangga itu tidak boleh dinodai
Agar bisa mengantar kita menjadi manusia bermoral yang hakiki
Sumber: Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan yang diterbitkan Universitas Katolik Soegijapranata
Puisi Hari Pendidikan #5. Ajari Aku
Karya: Ilham
Di waktu kecil, aku ingin kau...
Ajari aku membaca, agar aku bisa melihat dunia
Ajari aku bicara, agar aku bisa merangkai kata
Ajari aku menulis, agar aku bisa menyusun aksara
Pada saat aku bisa melihat dunia
Merangkai kata,
Menyusun aksara,
Aku aku ingin kau..
Ajari aku menapak, agar aku tidak salah haluan
Ajari aku berhitung, agar aku menempuh untung
Ajari aku membagi, agar aku bisa berbagi
Ajari aku bernyanyi, agar hidupku tidak terasa sunyi
Dan jangan kau lupa
Ajari aku juga mengaji, agar hidupku penuh arti
Aku tidak ingin hidupku di sana terasa sepi
Jangan pula kau lupa
Ajari aku sembahyang, agar aku mengenal Tuhan
Aku tidak ingin selalu mengejar bayang-bayang
Ku ingin di akhir cerita menjadi hamba tersayang
Kau telah mengukir prestasi
Yang takkan hilang ditelan zaman
Sumber: Buku Antologi Sayembara Puisi Guru yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kalimantan Barat
Puisi #6. Ki Hajar Dewantara
Karya: A.K. Wardhani
2 Mei engkau dilahirkan
Tanggal itu pula kami abadikan
sebagai hari Pendidikan Nasional
Karena jasamu,
Mengentaskan kebodohan
Memerangi penjajah dengan cahaya pengetahuan
Putra ningrat yang merakyat
Pengasingan tak menghentikan langkah
Serbuan kritik tajam kau arah
Jiwamu menahan amarah
Dalam doa dan tengadah
Dalam tulisan penuh amanah
Ki Hajar Dewantara... Ki Hajar Dewantara!
Pekik namamu harum kukenang selalu
Engkaulah pendiri Taman Siswa
Engkaulah pejuang Tiga serangkai
Teladanmu terlukis nyata penuh wibawa
Dalam perjuanganmu!
Dalam tulisanmu!
Dalam dedikasimu!
Semboyanmu akan selalu terpatri
Ing ngarsa sung tuladha
Ing madya mangun karsa
Tut Wuri handayani
Sumber: Laman resmi Dinas Kebudayaan Kabupaten Kendal Jawa Tengah
Puisi #7. Di Nusantara Kutemukan Jiwanya: Buat Ki Hajar Dewantara
Karya: Sawali Tuhu Setya
Bak Mutiara di atas tumpukan loyang
Pancaran pamormu menembus lautan
dan karang
Aroma namamu telah tercatat dalam
prasasti dan sejarah
Nisanmu abadi sepanjang zaman dan
lintasan sejarah
Tinta emasmu menggetarkan nyali
colonial
Dikucilkan dan dinistakan sebagai
pecundang
Di kegelapan sonya ruri tanpa bintang
Bak Mutiara di atas tumpukan Loyang
Namamu terus mengabdi bersemayam
Dalam kubdangan kalbu pemburu
kebenaran
Aku berkelana, mengepakkan sayap mimpi
Hingga ke tanah seberang
Kukejar jejak pamormu yang hilang
Dalam kepungan badai dan gelombang
Terperangkap dalam kubangan labirin
Sunyi, gelap tanpa terang
Di tengah gelombang zaman yang
meradang
Slogan dan semboyan abadimu,
Ing ngarsa sung tuladha,
Ing madya mangun karsa.
Tut wuri handayani
Tak lebih hanya tinggal tumpukan idiom
tanpa makna
Berabad-abad lamanya aku memburu
tanpa jeda
Menembus kabut dan mendung gelap di
cakrawala
Hampa ...
Merana ...
Kehilangan asa ...
Aku lelah ...
Mati suri ...
Terjerembab di Taman Nusantara
Oh...
Tanpa tahu sebab yang pasti
Aku merasa damai dan bahagia
Di taman ini aku temukan jiwanya
Di Taman Nusantara
Aku bertemu Ki Hajar Dewantara
Tak perlu lagi berkelana
Tak perlu mengembara, menembus
kabut cakrawala
Mengepakkan sayap mimpi sia-sia
Sumber: Laman resmi Dinas Kebudayaan Kabupaten Kendal Jawa Tengah
Puisi Hari Pendidikan Nasional 2024 #8. Ilmu Terpendam
Karya: Stefany Wendy Prasetyo
Sejauh mata memandang
Begitulah sahut mereka
Aku di sini haus ilmu
Menimba di mana aku tak tahu
Semua alat sudah dicoba
Apa yang masuk segera keluar
Hilang dekapan entah kemana
Meninggalkan semua dari sumbernya
Tak tahu harus apa
Ilmu sudah sirna
Aku akan mencoba
Mengumpulkan serpihan
Dari ilmu yang terpendam
Sumber: Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan yang diterbitkan Universitas Katolik Soegijapranata
Puisi Hari Pendidikan Nasional 2024 Panjang #9. Jika Saya Guru
Karya: Dian Widhiasto
Jika saya guru,
"Bagaimana kabarmu hari ini, Nak?"
"Baik, Pak," "Baik, Bu"
Jawabannya serasa bisikan surga yang
Melegakan hati gurunya,
Dan pelajaran pun teraih setengahnya.
Namun, ketika sinar matanya meredup
Atau... tatkala matanya menyala
Dan suaranya mengisyaratkan kegelisahan dan keresahan...
"Capek, Bu," "Papi-Mami bertengkar terus, Pak"
"Biasa... nggak pernah ketemu papi. Papi pulangnya malam."
Saat itulah, guru sang orang tua: menjadi papi atau mami,
ayah atau ibu,
Yang bisa membesarkan hati, yang bisa menentramkan jiwa,
Hingga memberikan kebahagiaan dan,
pelajaran pun berbunga dan berbuah.
Saat itulah saya yakinkan kepada semuanya..
"Nak, betapa berharganya apa yang kau dapatkan."
"Engkau tahu tentang luasnya alam semesta,
hingga matahari pun hanyalah noktah dibandingkan
bintang-bintang besar yang tercecer bak rangkaian debu
intan.
Apalagi manusia, makhluk fana yang tanpa daya.
Bersyukurlah selagi ada waktu,
Rendah hatilah menjalani hidupmu, dan
Bantulah sesamamu.
Masih sebagai gurumu...,
Bukalah pikiranmu saat ilmu-ilmu dunia mencari jalan
menuju nalarmu..
Bukalah matamu ketika warna-warni dunia menggodamu..
Pastikan telingamu mendengar hiruk-pikuknya dunia yang
terdengar
kasar namun benar, atau
yang lembut penuh tipu-daya dan rayuan...
Pada akhirnya engkau akan tahu.
baik, buruk, dan abu-abunya dunia
jika dan hanya jika
hatimu ada di sana
bersama hasratmu yang terus menggelora
Seperti kompas, kami, gurumu
Selalu ingin mengarahkan, menunjukkan jalan,
Menjadi lilin di kegelapan,
Menjadi oasis di padang gersang
Tapi, ternyata...
Di luar sana cahaya mentari sudah terbit di ufuk timur
dan mata-mata air sudah menghijaukan dan menyuburkan
dan kami sadar
Kami pun perlu belajar, belajar senantiasa
Tidak terkecuali
Belajar dari engkau, Nak...
Belajar tentang masa depan, belajar paradigma baru
Tidak untuk memusuhi zaman
Tapi untuk bersiap dengan perubahan
Ketika Newton melihat apel jatuh
Ketika Wright bersaudara memimpikan terbang
Ketika Edison berkali-kali mencoba memijarkan lampunya
Ketika Kartini menjadi pencetus emansipasi
Ketika Ahok mengobrak-abrik birokrasi kemunafikan
Begitulah Nak... kita harusnya belajar
Melihat, mendengar, merasakan...
Berani Terlibat dan melakukan
Sumber: Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan yang diterbitkan Universitas Katolik Soegijapranata
Puisi Hari Pendidikan Nasional Panjang #10. Kukenang Pengabdianmu
Karya: Viola Ghea Meininda
Bersyukur ku memilikimu
Tanpamu... Bagaimana jadinya hidupku?
Takkan ada masa depan cemerlang
Takkan jadi gemerlap bagai bintang
Berkat engkau wahai guruku
Dunia menjadi ceria
Penuh makna dan cerita
Layaknya kehadiran pelangi sehabis hujan
Ilmu darimu selalu kunantikan
Hadirnya pendidikan dalam hidup
Memberi warna yang awalnya redup
Memberi semangat anak bangsa
Dalam menggapai harap dan cita
Tak terhitung pengabdianmu, wahai guruku
Pengabdian yang kau beri...
Bagi seluruh anak didikmu
Bagi kehidupan nusa dan bangsa
Dan bagi kemajuan para penerus bangsa negara
Bagaimana mungkin dapat kulupakan...
Jasamu dalam hidupku wahai guruku
Engkau mengajariku melihat warna yang indah
Engkau mengajariku menulis dan melukis
Engkau menuntunku melihat kata yang harus dibaca
Ucapan terima kasihku untuk dirimu wahai guruku
Akan ilmu dan pengabdian yang telah kau percayakan
Kan kukenang dan kujadikan bekal di masa depan
Dari dalam lubuk hati, ku berharap lelahmu...
Dapat terganti dengan sukses anak-anakmu
Yang membuat senyum terukir di bibirmu
Kukan menemuimu wahai pahlawanku
Ketika dewasa menjelang
Ketika sukses dan keberhasilan menyapa
Untuk mensyukuri hadirnya dirimu wahai guruku
Sumber: Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan yang diterbitkan Universitas Katolik Soegijapranata
Puisi Hari Pendidikan Nasional Pendek #11. Mahasiswa Masa Kini
Karya: Agnes Valentina Christa
Mahasiswa masa kini
Sekumpulan orang yang katanya "terpelajar"
Tapi berbicara pun tak mampu
Menjadikan diskusi sebagai ajang pamer kepintaran
Mahasiswa
Status yang dikata tinggi nan mulia
tapi tak punya semangat dan harapan bagi masa depan
Oh mahasiswa, masih pantaskah status itu untukmu?
Mahasiswa menjadikan angka sebagai simbol keberhasilan
Menjadikan nilai sebagai cara untuk menyombongkan diri
Tak peduli bagaimana caranya, apapun mereka halalkan
Oh teruntuk mahasiswa masa kini, masih pantaskah dirimu
kusebut "mahasiswa"?
Sumber: Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan yang diterbitkan Universitas Katolik Soegijapranata
Puisi Hari Pendidikan Nasional 2024 yang Pendek #12. Seuntai Syukur
Karya: Margareta Asti
Teruntuk Dikau, Peri Berilmu
Dari aku yang selalu menyusahkanmu
Panas kemarau yang tak berkesudahan
Dingin penghujan yang tak berujung
Bak merekalah kehebatanmu
Pengabdianmu bagaikan lily yang menawan
Mulia, suci, pun semangatmu enggan mematung
Tiada pernah kau siakan hadirmu
Lihatlah bunga-bungamu yang bermekaran
Tanpamu semua dungu, pandir, pusung!
Tak satupun dari benihmu kau biarkan layu
Terima kasih, Peri berilmu
Terima kasih untuk hadirmu
Terima kasih atas cintamu
Sumber: Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan yang diterbitkan Universitas Katolik Soegijapranata
Puisi Hari Pendidikan Nasional 2024 tentang Guru #13. Guruku
Karya: Irfan Putra Hura
Guru, sebuah nama yang sederhana
Namun dapat melahirkan pemimpin bangsa
Sebuah nama yang mudah diucapkan
Namun susah untuk dilupakan
Pagimu adalah pagiku
Ilmumu adalah ilmuku
Teguranmu mendidikku
Hingga aku tahu apa siapa diriku
Engkau laksana lampu di dalam kegelapan
Yang menerangi dalam kegelapanku
Engkau bagaikan angin
Yang selamanya berbisik tentang kebaikan
Namamu selamanya akan bergelora
Tanpa harus diingatkan ku pasti mengingatnya
Jasa yang kau tanamkan, sudah bertumbuh
Guruku, terimakasih untuk semuanya
Sumber: Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan yang diterbitkan Universitas Katolik Soegijapranata
Nah, itulah tadi beberapa contoh puisi yang dapat detikers jadikan referensi. Semoga bermanfaat ya, detikers!
(edr/edr)