"Jumlah sementara masyarakat terdampak banjir dan tanah longsor 223 orang," kata Kepala Pelaksana BPBD Sulsel Amson Padolo kepada detikSulsel, Minggu (28/4/2024).
Amson merincikan, ada 73 unit rumah di Desa Karueng, Kecamatan Enrekang, terendam banjir. Selain itu banjir juga merendam 30 unit Asrama Polisi (Aspol) Enrekang di Kelurahan Puserren, Kecamatan Enrekang.
"12 unit rumah Asrama Militer (Asmil) Kodim 1419/Enrekang yang terletak di Randangan, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang terendam banjir dan 3 di antaranya mengalami rusak parah," ujarnya.
Dia melanjutkan, BPBD sudah menyiapkan lokasi pengungsian di Rujab Bupati dan Wakil Bupati, serta Masjid Agung Enrekang. Khusus untuk istri dan anak anggota Kodim 1419/Enrekang terdampak banjir, dievakuasi di rumah personel kodim yang tidak terkena banjir.
"Untuk warga sipil yang rumahnya terkena banjir dan tanah longsor mengungsi ke keluarga dan rumah warga terdekat yang tidak terkena dampak banjir," ucap Amson.
Amson menambahkan bencana tersebut tidak menimbulkan korban jiwa. Namun sejumlah warga dilaporkan singgah ke Masjid Agung Enrekang karena tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Toraja.
"60 orang dari masyarakat yang dalam perjalanan beristirahat karena tidak bisa melanjutkan perjalanan yang menuju ke arah Toraja," paparnya.
Amson menuturkan, banjir dan longsor sempat membuat akses lalu lintas lumpuh. Namun kini akses jalan yang menghubungkan Enrekang-Toraja di wilayah Kelurahan Pusseren dan Kelurahan Tuara sudah bisa dilalui oleh kendaraan.
"Akses jalan yang menghubungkan Enrekang-Toraja di wilayah Desa Pinang Kecamatan Cendana sudah dapat dilalui kendaraan. Kondisi cuaca saat ini di Enrekang intensitas hujan sudah mulai berkurang dan kondisi air yang menggenang sudah mulai surut," jelas Amson.
Diketahui, banjir dan longsor menerjang Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang pada Sabtu (27/4). Insiden ini terjadi usai wilayah tersebut dilanda hujan deras dan membuat tanah menjadi labil.
Kepala BPBD Enrekang Arsil Bagenda mengatakan, banjir juga terjadi akibat air bah dari gunung, sehingga drainase tidak bisa menampung volume air. Hal ini kemudian diperparah tingginya intensitas hujan yang melanda Enrekang.
"Itu air bah dari gunung, drainase sudah tidak bisa menampung jadi ke jalan airnya. Dari sore memang sampai sekarang hujan," pungkasnya.
(sar/hsr)