Unjuk rasa itu berlangsung di enam titik, salah satunya di Kompleks Jayanti, Kelurahan Wonorejo, Nabire pada Jumat (5/4). Massa melakukan pembakaran ban, pemalangan dengan tiang listrik, kayu, batu dalam rangka memprotes penyiksaan sejumlah oknum TNI ke warga sipil terduga anggota KKB.
"Aspirasi mereka memang sudah disampaikan dan terkait masalah (oknum TNI aniaya) itu kan sudah disampaikan Pangdam Cenderawasih bahwa oknum-oknum TNI itu sudah ditindak," kata Kapolres Nabire AKBP Wahyu S. Bintoro kepada detikcom, Sabtu (5/4/2024).
Polisi yang turun tangan ke lokasi aksi lantas mendesak massa membubarkan diri dari lokasi aksi pada Jumat (5/4). Namun desakan polisi justru dibalas dengan lemparan batu.
"Mereka juga melempar warga dan rumah warga di sekitar lokasi aksi," ungkap Wahyu.
Polisi yang terdesak lalu menembakkan gas air mata ke arah massa. Hal itu membuat massa aksi kabur kocar kacir.
Namun sejumlah massa insiden justru memanfaatkan kondisi itu dengan melakukan penganiayaan. Sejumlah massa juga melakukan penyekapan dan pemerkosaan terhadap seorang wanita.
"Korban pemerkosaan itu di hari itu. Orang (korban) lewat dengan motor kemudian diberhentikan dan diperkosa sama pelaku," ungkapnya.
"Aksi itu di siang hari itu, saat kita lakukan pendorongan. Mereka (massa) ketemu sama masyarakat (wanita) dan dilaksanakan penyekapan dan pemerkosaan," ungkapnya.
Wahyudi pun menyayangkan massa yang bertindak semena-mena. Padahal, massa selama ini justru menyuarakan penolakan terhadap kekerasan.
"Mereka mendengung-dengungkan masalah HAM tetapi mereka sendiri malah justru kontraproduktif terhadap aksi dan kegiatan mereka. Mereka melakukan tindakan kriminal yang melakukan aksi kekerasan, pemerkosaan dan pembakaran rumah marbot masjid," ungkapnya.
(hmw/hmw)