Umat muslim di seluruh dunia tidak lama lagi akan memasuki bulan Ramadhan. Oleh karena itu, sejumlah lembaga riset sudah mulai memprediksi tanggal jatuhnya awal bulan Ramadhan.
Lembaga riset tersebut di antaranya adalah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Kedua lembaga ini melakukan riset terkait data-data hilal untuk memprediksi awal bulan puasa.
Lantas, bagaimana prediksi awal Ramadhan 2024 menurut BRIN dan BMKG?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengetahuinya, berikut ulasan selengkapnya. Yuk, disimak!
Prediksi Awal Ramadhan BRIN
Dikutip dari detikEdu, awal puasa 1 Ramadhan 1445 H menurut BRIN akan jatuh pada tanggal 12 Maret. Penentuan awal Ramadhan tersebut didasarkan pada kriteria baru hasil kesepakatan Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).
Hal ini dijelaskan oleh Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Astronomi BRIN, Prof Thomas Djamaluddin. Dia menyebutkan bahwa pada akhir bulan Syaban 1445 H atau 10 Maret 2024, bulan di Indonesia kurang dari 1 derajat sehingga belum dikatakan awal Ramadhan.
"Di Jawa seperti Jakarta hanya 0,7 derajat dengan elongasi hanya 1,7 derajat yang mana ini belum memenuhi kriteria MABIMS," kata Thomas dalam acara diskusi Kriteria Baru MABIMS dalam Penentuan Awal Ramadhan, di kantor BRIN Jakarta, Jumat (8/3/2024).
Berdasarkan hasil kesepakatan MABIMS, kriteria hilal berubah menjadi ketinggian hilal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat. Sementara, wilayah yang memenuhi kriteria tersebut pada tanggal 10 Maret 2024 adalah kawasan benua Amerika.
Sementara untuk kawasan Asia Tenggara tidak memenuhi kriteria. Pada tanggal 10 Maret 2024 tersebut, hilal tampak masih rendah dan hampir bisa dipastikan tidak kelihatan.
Dengan begitu, ditetapkan tanggal 12 Maret 2024 sebagai 1 Ramadhan. Penetapan tanggal ini kemudian akan dibuktikan dalam rukyat atau pengamatan pada saat magrib tanggal 10 Maret 2024 atau 29 Syaban 1445 H.
Adapun organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU), Persatuan Islam (Persis), dan standar kalender Hijriah Indonesia menggunakan kriteria MABIMS. Sehingga mereka juga menyatakan 1 Ramadhan jatuh pada 12 Maret.
"Beberapa ormas seperti NU, Persis dan kalender standar hijriah Indonesia menggunakan kriteria MABIMS sehingga berdasarkan hisab, 1 Ramadan baru pada tanggal 12 Maret," ujarnya.
Prediksi Awal Ramadhan BMKG
Riset untuk memprediksi awal Ramadhan juga dilakukan oleh institusi BMKG. Terdapat kondisi-kondisi tertentu berdasarkan data BMKG yang menjadi penentu awal Ramadhan.
Hal tersebut dijelaskan dalam kajian 'Informasi prakiraan Hilal saat Matahari Terbenam Tanggal 10 dan 11 Maret 2024 Penentu Awal Bulan Ramadan 1445 H. Dalam hal ini, BMKG bertugas meriset dan menyampaikan data-data hilal hasil perhitungan dan observasi hilal di 29 lokasi seluruh Indonesia.
Berikut uraian kondisi-kondisi yang menjadi penentu awal puasa Ramadhan sebagaimana dijelaskan oleh BMKG:
Waktu Konjungsi (Ijtima) dan terbenamnya Matahari
Ijtima merupakan peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan sama dengan bujur ekliptika Matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat Bumi. Ijtima dipantau akan kembali terjadi pada Ahad, 10 Maret 2024 pukul 09.00 UT atau 16.00.18 WIB.
Adapun tanggal 10 Maret 2024 waktu terbenamnya Matahari paling awal adalah 17.51 WIT di Waris, Papua. Sementara, wilayah dengan waktu Matahari terbenam paling akhir adalah Banda Aceh pada pukul 18.50 WIB.
Ketinggian Hilal
Ketinggian hilal pada 10 Maret 2024 berkisar antara -0,33 derajat di Jayapura dan 0,87 derajat di Tua Pejat. Sementara, ketinggian hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 11 Maret 2024 berkisar antara 10,7 derajat di Merauke sampai 13,62 di Sabang Aceh.
Elongasi
Elongasi merupakan jarak sudut antara pusat piringan Bulan dan pusat piringan Matahari. Pada 10 Maret 2024, elongasi berkisar antara 1,64 derajat di Denpasar sampai 2,08 derajat di Jayapura.
Ketika matahari terbenam pada 11 Maret 2024, elongasi berkisar antara 13,24 derajat di Jayapura, Papua sampai dengan 14,95 derajat di Banda Aceh.
Umur Bulan
Kondisi yang menjadi penentu awal puasa selanjutnya adalah umur Bulan di Indonesia saat Matahari terbenam pada 10 Maret 2024. Pada tanggal tersebut umur bulan berkisar -0,15 jam di Waris, Papua sampai dengan 2,48 jam di Banda Aceh.
Adapun umur bulan di Indonesia saat Matahari terbenam 1 Maret 2024 berkisar antara 23,84 jam di Waris, Papua sampai dengan 26, 84 jam di Banda Aceh.
Metode Penentuan Awal Ramadhan BMKG dan BRIN
Melansir laman resmi BRIN, penentuan waktu awal Ramadhan ditentukan melalui dua cara yaitu metode hisab (perhitungan) dan metode rukyat (pengamatan). Kedua metode tersebut dilakukan untuk mendapatkan informasi terkait tinggi hilal, sudut bulan-matahari atau elongasi, dan informasi lainnya.
Informasi yang didapatkan tersebut kemudian dicocokkan dengan kriteria untuk menentukan penanggalan Hijriyah termasuk awal puasa dan Idul Fitri. Kriteria yang digunakan di Indonesia saat ini yaitu kriteria terbaru MABIMS.
Kriteria terbaru MABIMS antara lain tinggi hilal 3 derajat dan jarak sudut elongasi minimal 6,4 derajat. Apabila posisi hilal sesuai dengan kriteria tersebut maka ditetapkanlah awal bulan dalam kalender Hijriah.
Selaras dengan itu, BMKG juga menyampaikan informasi data-data hilal menggunakan hasil metode hisab saat Matahari terbenam dan pelaksanaan rukyat atau observasi hilal.
Nah, detikers itulah tadi informasi seputar prediksi awal Ramadhan menurut BRIN dan BMKG. Semoga bermanfaat!
(edr/alk)