Basement Masjid 99 Kubah Bergelombang, Pakar Dorong Pemprov Sulsel Audit

Basement Masjid 99 Kubah Bergelombang, Pakar Dorong Pemprov Sulsel Audit

Ahmad Nurfajri - detikSulsel
Sabtu, 17 Feb 2024 17:30 WIB
Masjid 99 kubah di Makassar diketahui didesain oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil. Tak tanggung-tanggung, biaya pembangunan masjid ini mencapai Rp 176 miliar
Foto: ANTARA/ARNAS PADDA
Makassar -

Lantai basement Masjid 99 Kubah di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) menuai sorotan karena kondisinya yang bergelombang membuat keramik lantai menjadi rusak. Pakar Geologi asal Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Adi Maulana mendorong Pemprov Sulsel melakukan audit terkait konstruksi bangunan tersebut.

Pantauan detikSulsel di lokasi, Selasa (13/2/2024) pagi lalu, tampak sejumlah tegel di area basement rusak akibat kontur tanah yang tidak datar. Keramik tegel itu retak-retak lantaran tanah di bawahnya bergelombang.

Tampak keramik tegel yang sebelumnya terpasang kini terlepas di semua sisinya. Keramik tegel yang terlepas itu membentuk gundukan seperti segitiga kecil.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hati-hati lantai rusak," demikian peringatan yang disampaikan melalui sebuah plang.

Basement Masjid 99 Kubah, Makassar, Sulawesi Selatan.Keramik tegel di depan toilet dan tempat wudu perempuan di basement Masjid 99 Kubah, Makassar. Foto: Ahmad Nurfajri/detikSulsel

Papan peringatan itu dipasang agar pengunjung masjid berhati-hati saat melintas di atas tegel tersebut. Tegel yang rusak akibat tanah bergelombang itu terletak tepat di depan toilet dan tempat wudu perempuan.

ADVERTISEMENT

Tak jauh dari titik tersebut, terlihat pondasi tangga yang terpisah dari lantai di bawahnya. Kondisi ini diduga karena tanah yang amblas.

Basement Masjid 99 Kubah, Makassar, Sulawesi Selatan.Foto: Pondasi tangga yang terlepas dari lantai di bawahnya diduga karena tanah di bawahnya amblas. (Ahmad Nurfajri/detikSulsel)

Selain itu, terlihat juga di beberapa titik batu paving blok yang amblas. Hal ini diduga diakibatkan oleh tanah di bawahnya amblas sehingga batu batako tersebut tidak punya penopang.

Tampak pula dua timbunan pasir di dalam basement tersebut. Timbunan pasir tersebut diduga akan digunakan untuk menambal tanah yang amblas dan membuat paving blok serta tegel menjadi rusak.

Basement Masjid 99 Kubah, Makassar, Sulawesi Selatan.Foto: Paving blok di basement Masjid 99 Kubah yang amblas ke bawah. (Ahmad Nurfajri/detikSulsel)

Saat di lokasi, tak ada aktivitas yang signifikan di basement tersebut. Hanya ada beberapa orang yang menumpang mandi atau sekadar buang air di toilet yang ada di basement itu.

Pemprov Sulsel Diminta Lakukan Audit

Pakar Geologi asal Unhas Prof Adi Maulana menduga kondisi itu terjadi lantaran pondasi dari bangunan itu tidak terlalu padat. Prof Adi mengatakan hal itu bisa saja terjadi jika lokasi masjid yang berdiri di atas tanah reklamasi.

"Itu lebih kepada, pertama, amblas karena kemungkinan besar pondasinya yang tidak terlalu padat. Jadi kalau saya lihat, bukan amblas secara yang katakanlah mungkin garis pantainya amblas, tidak," ujar Prof Adi Maulana kepada detikSulsel, Selasa (13/2).

Prof Adi menyebut pondasi tanah yang ambrol dapat disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya akibat tanah yang tidak begitu padat sehingga menyisakan ruang dan berubah menjadi rongga.

"Turunnya tanah itu di bawah, pondasinya, mungkin saat melakukan proses urugan tanah saat membangun tidak dipadatkan. Atau boleh jadi dia dipadatkan tetapi tidak sempurna. Sehingga menyebabkan ada rongga-rongga di dalamnya. Seiring dengan waktu, rongga-rongga itu lah yang akan menyebabkan amblas di beberapa tempat," ujarnya.

Selain itu, dia juga menduga jika material pondasinya didominasi oleh bongkahan batu dibanding tanah. Bongkahan batu yang disusun itu lah yang akan menyisakan ruang kosong dan menyebabkan tanah timbunan menjadi ambrol.

"Kemudian, jenis material urugnya kemungkinan banyak sekali bongkahan-bongkahan batu. Kalau bongkahan batu itu kan ada rongga antar bongkahan. Sehingga sejalan dengan waktu, maka pasti akan turun pasirnya mengisi rongga antar bongkahan itu," bebernya.

"Jenis materialnya juga barangkali tidak semuanya sirtu. Mungkin ada tanah liat di situ. Nah, kalau tanah liat, kalau musim hujan dia akan mengembang. Tapi kalau musim panas, dia akan menyusut. Kalau terjadi dalam kurun waktu yang lama, itulah menyebabkan daerah sana seperti itu," sambung Prof Adi.

Prof Adi menambahkan pondasi yang amblas bisa saja disebabkan oleh tanah timbunan yang tidak dicor sebelum dipasangi keramik lantai. Dia kembali memastikan kondisi itu disebabkan oleh kekeliruan teknis saat pertama kali dibangun.

"Karena tidak ada cor di bagian dasarnya, maka otomatis akan turun. Intinya seperti itu. Karena setempat-setempat (cuma di beberapa titik). Dia tidak membetuk satu bidang panjang. Seandainya dia membentuk bidang panjang, nah itu berarti ada subsidence atau ada amblas di daerah pantai di situ. Jadi dia pada teknis saat pengerjaannya. Barangkali dari tukang, pengawasannya yang tidak..., lalai," terangnya.

Prof Adi mengaku kondisi ini tak dapat dibiarkan begitu saja. Apalagi kondisi bangunan itu akan mengkhawatirkan jika tidak ditindaklanjuti dengan segera.
"Kalau dibiarkan saja, misalnya terjadi apa-apa, roboh, ambrol, dan sebagainya. Makanya sekarang, sudah harus dilihat secara umum bagaimana ininya," urainya.

Dia juga mendorong agar Pemprov Sulsel segera melakukan audit dan pengecekan kembali terhadap kondisi lantai bergelombang di basement Masjid 99 Kubah itu. Langkah ini dinilai penting untuk keselamatan masyarakat dan keamanan mereka saat beribadah di masjid tersebut.

"Tentu, kalau untuk masjid sedemikian rupa harus diaudit atau dicek ulang lagi. Barangkali mungkin patut dilakukan audit teknologi, konstruksi di sana," katanya.

Diketahui, Masjid 99 Kubah ini pertama kali dibangun di era gubernur Syahrul Yasin Limpo (SYL) pada tahun 2017. Saat itu, pembangunan masjid tersebut diproyeksikan menelan biaya sebesar Rp 170 miliar dari pagu ABPD.

"Memang kan perencanaannya dulu begitu. Itu sekitar Rp 170-an miliar. Cuma waktu saya tinggal kan, ada dua tahun itu, ada juga dikerja (dibangun). Itu mi yang nda bisa saya deteksi," ungkap Kabid Cipta Kerja Dinas SDACKTR Sulsel Patiwiri AR kepada detikSulsel, Sabtu (17/2).

Patiwiri mengatakan pembangunan Masjid 99 Kubah itu memang dilakukan secara bertahap. Dengan begitu, total pembiayaan masjid itu bisa saja melebihi proyeksi awal perencanaan anggarannya.

"Iya. Ada kan kemarin penambahan pembuatan air mancur. Ada pembuatan tebing. Ada tambahan-tambahannya memang. Terakhir itu Rp 5 miliar, tahun 2023. Sudah dikerja tahun lalu. (yang dibangun) Itu jalan keliling, jalan lingkar dengan menara," bebernya.

Dia menuturkan, di zaman SYL, masjid ini sudah pernah digunakan oleh masyarakat. Namun, pada era gubernur Nurdin Abdullah, seluruh aktivitas di dalam masjid ditiadakan lantaran konstruksi bangunan yang belum memadahi.

"Sebenarnya pemanfaatannya itu sejak masih zamannya Pak Syahrul. Kan pernah mi di-launching dulu, soft launching istilahnya. Tapi karena belum memadahi waktu itu. Waktu zamannya Pak NA pernah dihentikan," tuturnya.

Selanjutnya pada masa gubernur Andi Sudirman Sulaiman, Masjid 99 Kubah kembali dibuka dan digunakan oleh masyarakat pada 22 Maret 2022. Padahal, konstruksi bangunan masjid saat itu belum rampung.

Bahkan, masjid ini baru diresmikan Andi Sudirman Sulaiman pada 20 Agustus 2023. Peresmian dilakukan Andi Sudirman atau 16 hari menjelang dia lengser jabatannya pada 5 September 2023.

"Nanti setelah masuk Pak Andi Sudirman baru dimulai, jadi dibuka mi secara anu.. Jadi setelah Pak Andi Sudirman yang buka. Itu kalau saya nda salah, tahun 2022. Itu memang dipakai mi. Tapi pembangunannya bertahap. Sehingga saat dirampungkan, baru diresmikan," jelasnya.

Patiwiri menjelaskan tanah bergelombang di bagian basement masjid telah dideteksi sejak awal masa pembangunan. Hal ini berdasarkan informasi dari pihak yang mengerjakan tanah reklamasi, tempat masjid itu di bangun di atasnya.

"Sejak perencanaan, yang reklamasinya mengatakan itu konsolidasi masih terjadi terus. Makanya itu tidak dikasih tegel. Hanya paving blok. Untuk mengantisipasi konsolidasinya. Iya. Ditahu memang bilang ada konsolidasi. Timbunan pasir memang begitu. Makanya di basement itu tidak dipasangi tegel," imbuhnya.




(hmw/sar)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads