Silaturahmi dengan Tokoh Lintas Agama Se-Sulut, Atikoh Bicara Toleransi

Silaturahmi dengan Tokoh Lintas Agama Se-Sulut, Atikoh Bicara Toleransi

Hana Nushratu Uzma - detikSulsel
Kamis, 18 Jan 2024 07:34 WIB
Atikoh
Foto: Istimewa
Jakarta -

Istri capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Supriyanti menggelar acara silahturahmi dengan para tokoh lintas agama se-Sulawesi Utara (Sulut), di Minahasa Utara, Rabu (17/1). Hadir sejumlah perwakilan tokoh lintas agama se-Sulawesi Utara dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), MUI, NU, Muhammadiyah, perwakilan Sinode, umat Katolik, hingga umat Hindu, dan Khonghucu.

Bertindak sebagai tuan rumah, istri Olly Dondokambey, Rita Tamuntuan dan Ketua TPD Ganjar-Mahfud Rio Dondokambey. Acara silaturahmi berlangsung dengan hangat dan sederhana.

Dalam sambutannya, Atikoh menyampaikan bahwa Indonesia bisa berdiri karena ada keberagaman. Hal itu bisa dilihat dari lambang negara, yakni Bhinneka Tunggal Ika.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari semangat keragaman yang bersatu, Atikoh menyebut Ganjar-Mahfud tentu menginginkan adanya kesejahteraan yang bisa mencapai ke seluruh masyarakat. Di mana, kesejahteraan itu bukan hanya finansial, ekonomi, jasmani atau sosial. Tetapi juga dari rasa keamanan dan kedamaian dalam beribadah.

"Seluruh masyarakat harus mendapatkan haknya dalam beribadah dan dalam mereka mengembangkan diri," kata Atikoh, Kamis (18/1/2024)

ADVERTISEMENT

Ibunda Muhammad Zinedine Alam Ganjar ini juga mengaku kerap ditanya oleh masyarakat, jika Ganjar terpilih apa yang akan dilakukan ke depan.

Atikoh pun menceritakan soal pengalaman selama 10 tahun mendampingi Ganjar Pranowo sebagai Gubenur Jawa Tengah (Jateng). Ganjar dan dirinya selalu hadir dan bersama dengan kelompok yang termarjinalkan.

"Anak-anak, usia lanjut, perempuan, kelompok-kelompok marjinal, dan elemen masyarakat yang selama ini suaranya kurang didengar, misalnya difabel, kaum yang termarjinalkan, atau misalnya kalau di Jawa ada kelompok yang masih tradisional (adat)," ungkap Atikoh.

Atikoh pun menganalogikan dan memandang keberagaman dan kebhinnekaan sebagai sebuah permainan angklung yang harus dimainkan secara bersama-sama.

"Tetapi bila angklung itu diketuk bersamaan, akan menciptakan harmoni keindahan dan kedamaian. Dan bagaimana agar angklung itu tercipta menjadi sebuah suara yang indah?," tutur Atikoh.

"Tentu dibutuhkan sekali seorang pemimpin dari pemain-pemain angklung," sambungnya.

Menurut Atikoh, seorang pemimpin harus bisa mengayomi keseluruhan, agar setiap individu bisa hidup bersama, saling toleransi, dan memahami.

"Terkadang toleransi dipandang hanya sempit, kita berbeda. Tapi implementasinya masih harus terus diimprove, ditingkatkan," jelas Atikoh.

"Toleransi tercipta bila masing-masing paham perbedaan dan bagaimana mengharmonikan itu semua," lanjutnya.

Atikoh juga mengungkapkan selama 10 tahun sang suami menjabat sebagai Gubenur Jateng, tidak pernah ada permasalahan soal pembangunan rumah ibadah.

"Puji syukur di Jawa Tengah itu tidak pernah terjadi seperti itu. Tidak pernah ada kejadian di mana ketika ada masyarakat ingin dirikan tempat ibadah itu dipersulit," ungkap Atikoh.

"Karena pemimpinnya berani di depan sendiri untuk memperjuangkan hak-hak setiap warga masyarakat, itu namanya toleransi," pungkasnya.

(akn/ega)

Hide Ads