Pemprov Sulawesi Selatan (Sulsel) akan berkoordinasi ke Kementerian Perhubungan (Kemenhub) untuk mengusulkan pesawat ATR-72 bisa mendarat di Bandara Aroeppala Selayar dan Bandara Arung Palakka Bone. Hal ini menindaklanjuti permintaan Pemkab Bone dan Selayar terkait subsidi penerbangan.
"Setelah ini kan kami mau ke Kementerian Perhubungan komunikasi besok. Saya janjian sama Pak Dirjen Angkutan Udara. Kami minta referensi sama mereka untuk ATR-72 ini mereka bantu komunikasikan," ujar Kepala Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Setda Sulsel Erwin Sodding kepada detikSulsel, Selasa (16/1/2024).
Erwin mengatakan pihaknya juga telah bertemu dengan perwakilan otoritas Bandara Arung Palakka Bone dan Bandara Aroeppala Selayar. Namun, dia menyebut pihaknya sementara memperhitungkan jumlah anggaran yang tersedia saat ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Cuma kan kita lihat dulu kontur anggaran dan perencanaannya. Nah, perencanaan yang kita lakukan masih menggunakan kontur anggaran dengan pesawat kecil," imbuhnya.
Dia menuturkan porsi anggaran yang digunakan untuk pesawat ATR-72 berbeda dengan pesawat dengan kapasitas kecil yang selama ini disubsidi rute penerbangannya. Erwin mengaku akan berupaya membangun komunikasi kepada maskapai penerbangan yang memiliki armada dengan spesifikasi yang dimaksud.
"Kan kebutuhannya berbeda ketika ATR-72 beroperasi, otomatis biayanya jauh lebih besar dibanding pesawat yang kecil seperti sebelumnya. Ibarat rental mobil yang uangnya sekarang cuma cukup avanza, sekarang tiba-tiba minta Innova. Ada peningkatan anggaran yang harus kita sesuaikan," bebernya.
"Sebelum kita lihat anggarannya, kita lihat dulu penyedia jasanya ini. Apakah mau. Kan tidak semua. Paling ATR-72 yang sudah eksis Lion Grup sama Citilink. Cuma itu kembali ke kontur anggarannya," lanjut Erwin.
Erwin menambahkan pertimbangan lainnya adalah apakah pesawat tersebut terparkir di Bandara Arung Palakka saja atau di parkir di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Jika pesawat itu diparkir di Bandara Sultan Hasanuddin, maka akan memakan biaya yang lebih besar lagi.
"Makanya kita lihat juga. Apakah ATR-72 ini stand by mi saja di Bone atau base-nya di Makassar. Kalau base-nya di Makassar, otomatis biayanya akan tinggi. Misalnya Makassar-Bone penumpang 10 orang dengan ATR 72 itu banyak hal-hal yang harus kita pertimbangkan," sambung Erwin.
Dia menegaskan pertemuan dengan Kemenhub nanti akan membahas soal penyediaan rute dan subsidi penerbangan. Erwin berharap maskapai penerbangan ke depan juga bisa mendukung rencana ini.
"Kalau pesawat mungkin tidak. Karena kita tidak punya semacam otoritas yang bisa mengelola pesawat sendiri. Kecuali kalau misalnya penyedia layanan, kerjasama dengan Wings, kita siapkan rute, ya, silakan," imbuhnya.
Sebelumnya diberitakan, Pemkab Bone mengajukan permohonan bantuan subsidi penerbangan Rp 11 miliar dengan pesawat ATR-72 di Bandara Arung Palakka. Bantuan subsidi tersebut untuk melayani tiga rute penerbangan dari Bandara Arung Palakka Bone.
"Pemkab Bone telah mengajukan proposal dana belanja subsidi ke Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Pemprov Sulsel yang ditujukan langsung ke Pj Gubernur. Besaran anggaran yang diajukan senilai Rp 11 miliar di awal tahun 2024," ujar Kadis Perhubungan Bone Andi Muh Ikbal kepada detikSulsel, Jumat (12/1).
Ikbal mengatakan, anggaran yang diajukan untuk subsidi pelayanan penerbangannya dengan rute dan frekuensi selama 32 minggu alias selama delapan bulan. Maskapai itu nantinya akan melayani Bone-Makassar, Bone-Kendari dan Bone-Balikpapan.
"Frekuensi penerbangan per minggu sebanyak 2 kali setiap penerbangan. Semoga proposalnya segera ditindaklanjuti agar Bandara Arung Palakka segera beroperasi," tuturnya.
(sar/hsr)