Anggota TNI di Kota Manado, Sulawesi Utara (Sulut) terlibat bentrok dengan iring-iringan pengantar jenazah. Bentrokan dipicu suara bising dari knalpot brong pengiring jenazah.
Bentrokan terjadi di depan Markas Kodam XIII/Mredeka, Jalan 14 Februari, Kelurahan Teling Atas, Kecamatan Wanea, Kota Manado, pada Jumat (5/1) sekitar pukul 15.30 Wita. Belakangan bentrokan tersebut viral di media sosial (medsos).
Dirangkum detikcom, Minggu (7/1/2024), berikut 5 hal tentang bentrok TNI dengan pengantar jenazah di Manado:
1. Dipicu Knalpot Brong
Kapendam XIII/Merdeka Kolonel Kav Mujahidin Al Ikwan mengatakan bentrokan awalnya terjadi antara warga dan pengiring jenazah. Warga merasa terganggu dengan suara bising kendaraan yang menggunakan knalpot brong.
"Keramaian tersebut ditimbulkan adanya iring-iringan jenazah salah satu warga masyarakat yang menimbulkan kegaduhan akibat knalpot brong dan kemacetan, sehingga memancing emosi warga sepanjang jalan dan muncul bentrok kecil antar warga," kata Mujahidin dalam keterangannya, Sabtu (6/1).
Mujahidin menyebut warga kesal lantaran pengiring jenazah berbuat gaduh. Warga kemudian mengadang rombongan hingga akhirnya bentrokan pun pecah.
"Warga setempat yang melihat kejadian itu merasa terganggu dengan iring-iringan tersebut spontan turun ke jalan dan menghadang rombongan sehingga terlibat bentrok," tuturnya.
2. Pengiring Jenazah Sudah Diingatkan
Mujahidin menjelaskan, kejadian tersebut bermula dari rombongan pengiring jenazah berangkat pada pukul 14.00 Wita dari rumah duka menggunakan ambulans yang diikuti oleh pelayat dan pengiring menggunakan roda 2 mengarah ke TPU Teling Atas. Mereka didampingi oleh Babinsa dan Bhabinkamtibmas dan telah diperingatkan untuk tidak berbuat gaduh.
"Di sepanjang jalan, Babinsa bersama Bhabinkamtibmas yang mendampingi, kembali menyampaikan imbauan kepada rombongan iringan jenazah agar tertib dan tidak menimbulkan kegaduhan," terangnya.
3. Pengiring Jenazah Dalam Pengaruh Miras
Sejumlah pengantar jenazah yang terlibat bentrok sedang dalam pengaruh minuman keras (miras). Meski sudah diberi teguran oleh aparat, mereka tetap saja menggeber motornya.
"Sebagian besar pengiring dalam pengaruh minuman keras. Rombongan iring-iringan jenazah tersebut justru semakin melakukan kebisingan dengan menggeber-geber gas sepeda motor knalpot brong," ujar Mujahidin.
Selengkapnya di halaman selanjutnya.
            
            
            
            
            (asm/ata)