Terdapat berbagai topik menarik yang cocok untuk disampaikan dalam khutbah Jumat di bulan Desember. Pesan-pesannya berisikan nasihat hingga peringatan bagi hamba Allah SWT untuk menjalani hidup sesuai tuntunan Islam.
Mengutip laman resmi Nahdlatul Ulama, salah satu syarat sah pelaksanaan sholat Jumat adalah didahului dua khutbah. Ritual khutbah dilakukan sebelum shalat Jumat dikerjakan. Khutbah Jumat dilakukan 2 kali, di antara khutbah pertama dan kedua dipisah dengan duduk.
Pesan-pesan yang sampaikan dalam khutbah dapat disesuaikan dengan momentum yang terjadi atau isu sosial dan agama yang berkembang di tengah masyarakat. Nah, jika detikers bingung untuk menyusun naskah khutbah, berikut ini kumpulan contoh yang bisa jadi referensi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Simak yuk!
Contoh Khutbah Jumat #1
Judul: Muhasabah Diri Meraih Keselamatan Akhirat
Khutbah I
الحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِتَرْك الْمَنَاهِيْ وَفِعْلِ الطَّاعَاتِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ
اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Di mimbar ini, Alfaqir mengajak jamaah Jumat dan kepada diri sendiri agar senantiasa mempertebal tingkat ketakwaan kepada Allah SWT. Takwa adalah kunci kesuksesan di dunia meraih kebahagiaan yang abadi kelak di akhirat. Dengan takwa juga, kita akan mendapat jalan keluar yang tak disangka-sangka atas aneka permasalahan yang menimpa kita di dunia.
Shalawat dan salam marilah senantiasa haturkan kepada Rasulullah, Muhammad SAW. Nabi terakhir yang menjadi panutan kita bersama dalam mengarungi kehidupan di dunia untuk meraih ridha dan kasih Allah SWT. Nabi Muhammad membawa ajaran Islam untuk umatnya agar menjadi hamba Allah yang taat dan selalu menghiasi diri dengan kebaikan-kebaikan di antara sesama.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan dan keunggulan atas makhluk-makhluk Allah yang lainnya. Kendati demikian, manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu yang kadang membuat manusia alpa atau lalai terhadap ketentuan-ketentuan yang ditetapkan agama. Oleh karena itu dibutuhkan muhasabah atau introspeksi diri atas segala tindakan yang dilakukan di dunia. Muhasabah ini perlu dilakukan dengan istikamah sebagai pengingat bahwa segala perbuatan tidak akan luput dari catatan-catatan malaikat. Apakah konsisten dalam prilaku terpuji atau justru sebaliknya. Tentu saja kita berharap Allah SWT selalu memberikan petunjuk dan rahmat-Nya agar senantiasa bisa melaksanakan perintah-perintah Allah dan konsisten menjauhi larangan-larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Muhasabah diri adalah perintah agama. Hal ini sebagaimana yang dikemukakan Sayyidina Umar bin Khattab. Ia pernah berkata:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِى الدُّنْيَا
Artinya: "Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia."
Sayyidina Umar menyerukan kepada kita agar kerap mengevaluasi diri. Ini penting, di samping sebagai pemicu agar tindakan kita selalu sesuai dengan rel kehidupan yang ditetapkan agama, juga memastikan perilaku-perilaku tercela yang terlanjur kita kerjakan tidak terulang kembali di kemudian hari. Dengan demikian, tanggung jawab kita di hadapan Allah SWT tidak terlalu berat alias ringan.
Dalam hadits Rasulullah bersabda:
عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
Artinya: "Dari Syadad bin Aus ra, dari Nabi Muhammad saw bahwa beliau bersabda, 'Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.' (HR Tirmidzi. Ia berkata, "Ini hadits Hasan")
Hadits ini secara tersirat mengungkapkan bahwa akallah yang seharusnya menundukkan nafsu bukan sebaliknya. Nafsu merupakan sebuah potensi yang sejatinya hanya untuk memenuhi kebutuhan wajar dan alamiah manusia, semisal makan, minum, kawin, tidur, atau sejenisnya. Tatkala nafsu menunggangi akal sehat, maka yang terjadi adalah tamak dan kesewenang-wenangan. Saat itulah muhasabah dibutuhkan untuk memperbaiki diri.
Dari penjelasan ini, ada manfaat penting yang bisa dicatat dari introspeksi diri. Yakni ishlâh atau semangat membenahi diri. Introspeksi membuka mata kita tentang kelemahan-kelemahan, kekurangan-kekurangan, untuk di kemudian diperbaiki. Introspeksi juga mengandaikan adanya perencanaan sebelum melakukan sesuatu agar kesalahan yang serupa tidak terulang.
Sebagai hamba, manusia diwajibkan untuk memposisikan kehidupan di akhirat lebih utama daripada alam duniawi ini. Dengan introspeksi diri mereka sesungguhnya sedang mengejawantahkan ajaran bahwa kelak semua yang diperbuat anggota badan manusia akan dipertanggungjawabkan di kehidupan kelak. Sebagiamana tertuang dalam Surat Yasin ayat 65:
الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Artinya: "Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan" (Q.S. Yasin/36 : 65)
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Marilah kita selalu introspeksi diri guna meneguhkan cinta kita kepada Allah dan Rasulullah Muhammad saw. Allah telah menegaskan kepada kita semua bahwa jika umat Islam memang benar-benar cinta kepada Allah, maka ikutilah semua tingkah-laku Rasulullah, dan untuk mengikutinya, terlebih dahulu kita harus cinta kepadanya. Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya: "Katakanlah (Muhammad), 'Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.' Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS Ali 'Imran [3]: 31)
Merujuk penjelasan Imam Fakhruddin ar-Razi dalam kitab Tafsir Mafatihul Ghaib, ayat ini Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammad untuk menjawab pengakuan-pengakuan orang yang mengaku cinta kepada Allah namun enggan untuk mengikuti apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad. Misal, orang-orang Yahudi yang mengaku cinta kepada Allah, dan orang Nasrani yang mengakui bahwa pemuliaan mereka kepada al-Masih merupakan bukti cintanya kepada Allah.
Tidak hanya kepada Yahudi dan Nasrani saja, ayat ini juga diturunkan kepada semua orang-orang yang mengaku cinta kepada Allah SWT, namun mereka tidak mengikuti semua yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, maka pengakuan cinta itu pada dasarnya merupakan pengakuan dusta yang tidak memiliki makna apa-apa.
Demikian khutbah Jumat singkat ini. Semoga kita menjadi hamba yang selalu taat kepada Allah. Nabi Muhammad juga telah memberikan teladan penting bagi kita semua melalui tindakan nyata melalui risalah atau ajaran Islam yang dibawa.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
Contoh Khutbah Jumat #2
Judul: Sadarilah, Islam Melarang Praktik Suap
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى; وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَآ اِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ اَمْوَالِ النَّاسِ بِالْاِثْمِ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ࣖ
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Puji dan syukur pada Allah swt yang telah memberikan kita kesempatan dan kesehatan, sehingga bisa melaksanakan shalat Jumat berjamaah. Shalawat dan salam pada Rasulullah SAW, yang akan mengantarkan kita pada syafaat kelak.
Selanjutnya, kita dianjurkan untuk bertakwa kepada Allah. Pasalnya, hanya takwa dan iman yang menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat kelak.
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Pada kesempatan kali ini, khatib akan menyampaikan materi tentang larangan suap dalam Islam. Suap, dalam bahasa Arab disebut dengan "risywah". Dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap, pengertian suap yaitu tindakan memberikan uang dan barang atau bentuk lain dari pemberi suap kepada penerima suap yang dilakukan untuk mengubah sikap penerima atas kepentingan atau minat si pemberi, walaupun sikap tersebut berlawanan dengan penerima.
Budaya suap di masyarakat Indonesia sudah menjadi rahasia umum. Fenomena ini terjadi di berbagai sektor kehidupan masyarakat, mulai dari sektor birokrasi, pendidikan, ekonomi, politik, hingga pelayanan publik.
Ada pelbagai faktor yang menyebabkan budaya suap marak terjadi di tengah masyarakat. Salah satunya adalah faktor mentalitas masyarakat yang permisif terhadap korupsi. Pasalnya, tak sedikit masyarakat yang menganggap suap sebagai hal yang wajar dan biasa dilakukan.
Faktor lain penyebab budaya suap tak kunjung usai adalah lemahnya penegakan hukum di Indonesia. Kondisi ini didukung sistem birokrasi Indonesia yang berbelit-belit. Hal ini membuat masyarakat merasa perlu memberikan suap agar urusannya bisa cepat diselesaikan.
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Syekh Nawawi Al-Bantani, dalam kitab Nihayah al-Zain (Lebanon: Dar al-Kutub al-Islamiyah, 2008), halaman 419 mengatakan bahwa dalam hukum Islam, hukum memberikan, menerima, dan menjadi perantara suap termasuk perbuatan yang diharamkan syariat. Pasalnya, perbuatan tersebut sama saja membantu perbuatan maksiat.
وَقَبُوْلُ الرِّشْوَةِ حَرَامٌ وَهِيَ مَا يُبْذَلُ لِلْقَاضِي لِيَحْكُمَ بِغَيْرِ الْحَقِّ أَوْ لِيَمْتَنِعَ مِنَ الْحُكْمِ بِالْحَقِّ، وَإِعْطَاؤُهَا كَذَلِكَ لِأَنَّهُ إِعَانَةٌ عَلَى مَعْصِيَّةٍ Artinya;
Artinya: "Menerima suap itu haram, dan suap adalah apa yang diberikan kepada hakim agar ia memutus perkara dengan tidak adil atau agar ia menahan diri dari memutus perkara dengan adil. Memberikan suap juga haram karena itu adalah bantuan untuk melakukan kemaksiatan."
Sementara itu Menurut Muhammad Salim Bafadhal, dalam kitab Is'ad al-Rafiq Syarh Sulam al-Taufiq, halaman 100 hukum memberikan suap kepada hakim atau hadiah kepadanya adalah haram. Suap (risywah) dalam Islam digolongkan sebagai perbuatan dosa besar (kabair) yang dapat menyebabkan pelakunya mendapat laknat Allah.
Islam melarang suap karena suap dapat merusak keadilan dan menimbulkan kerusakan. Dalam Islam, keadilan termasuk pilar penting, yang tidak boleh diabaikan. Pun keadilan harus ditegakkan dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam bidang hukum.
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Dengan tindakan suap, maka akan dapat membuat hakim tidak adil dalam memutuskan perkara. Hakim yang menerima suap dapat memutus perkara dengan batil, atau dapat memberikan keputusan yang merugikan salah satu pihak dalam perkara. Simak penjelasan Muhammad Salim Bafadhal berikut:
فَمَنْ أَعْطَى قَاضِيًا أَوْ حَاكِمًا رِشْوَةً أَوْ أَهْدَى إِلَيْهِ هَدِيَّةً فَإِنْ كَانَ لِيَحْكُمَ لَهُ بِبَاطِلٍ أَوْ لِيَتَوَصَّلَ بِهَا لِنَيْلِ مَا لاَيَسْتَحِقُّهُ أَوْ لِأَذِيَّةِ مُسْلِمٍ فَسَقَ الرَّاشِى وَالْمُهْدِى بِاْلإِعْطَاءِ وَالْمُرْتَشِى وَالْمُهْدَى إِلَيْهِ بِاْلأَخْذِ وَالرَّائِشُ بِالسَّعْيِ،
Artinya: "Barang siapa memberikan suap kepada hakim atau penguasa, atau memberikan hadiah kepadanya, maka jika pemberian itu dimaksudkan agar hakim tersebut memutus perkaranya dengan tidak benar, atau agar hakim tersebut memberikan sesuatu yang tidak ia berhak, atau agar hakim tersebut menyakiti seorang Muslim, maka fasiklah pemberi suap, pemberi hadiah, penerima suap, dan orang yang menjadi perantara suap tersebut."
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur'an surat al-Baqarah [2] ayat 188, bahwa Allah melarang umat Islam untuk memakan harta sesamanya dengan cara yang batil, termasuk dengan cara menyuap hakim. Suap kepada hakim merupakan tindakan yang dapat merusak sistem peradilan dan mengancam keadilan bagi semua orang.
وَلَا تَأْكُلُوْٓا اَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوْا بِهَآ اِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوْا فَرِيْقًا مِّنْ اَمْوَالِ النَّاسِ بِالْاِثْمِ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ ࣖ
Artinya: "Janganlah kamu makan harta di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada para hakim dengan maksud agar kamu dapat memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu mengetahui."
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Menurut Abu Al Muzhaffar As-Sam'ani, Tafsir as-Sam'ani, jilid II, [Riyadh, Darul Wathan, 1997], halaman 190 mengatakan ayat ini melarang umat Islam untuk memakan harta orang lain dengan cara yang batil, termasuk dengan cara menyuap hakim.
وَقَوله تَعَالَى: {وتدلوا بهَا إِلَى الْحُكَّام} قيل: مَعْنَاهُ: وَلَا تدلوا بهَا إِلَى الْحُكَّام، أَي لَا ترشوهم وتصانعوهم فيحكموا لكم بالجور
Artinya: "Dan firman Allah [(janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada para hakim], dikatakan pengertiannya; dan janganlah kamu bawa harta tersebut kepada para hakim, yaitu janganlah kamu menyuap dan bersekongkol dengan mereka, sehingga mereka memutuskan hukum untukmu dengan kezaliman."
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah
Pada sisi lain, hadits Rasulullah menyampaikan nasihat dan peringatan keras terhadap pemberi, penerima dan perantara suap bahwa perbuatan tersebut akan mendapatkan laknat Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:
لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّاشِيَ وَالْمُرْتَشِيَ
Artinya: "Rasulullah saw melaknat pemberi suap dan penerima suap"
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa menerima, memberi, dan perantara suap hukumnya haram. Perbuatan tersebut tindakan yang dilaknat oleh Allah SWT. Hal ini karena suap termasuk dalam kategori perbuatan yang merusak keadilan. Suap juga dapat menimbulkan kerugian bagi orang lain. Semoga kita diberi kesadaran untuk tidak melakukan tindakan suap dan terhindar dari dosa. Amin
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ: وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر. إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. ا
َللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Contoh Khutbah Jumat #3
Judul: Keutamaan Mencari Nafkah untuk Keluarga
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلهِ وَاسِعِ الْفَضْلِ وَالْاِحْسَانِ، وَمُضَاعِفِ الْحَسَنَاتِ لِذَوِي الْاِيْمَانِ، اَلْغَنِيِّ الَّذِيْ لَمْ تَزَلْ سَحَائِبُ جُوْدِهِ تَسِحُّ الْخَيْرَاتِ كُلَّ وَقْتٍ وَأَوَانٍ، اَلعَلِيْمِ الَّذِيْ لَا يَخْفَى عَلَيْهِ خَوَاطِرُ الْجَنَانِ، اَلْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِيْ لَا تَغِيْضُ نَفَقَاتُهُ بِمَرِّ الدُّهُوْرِ وَالْأَزْمَانِ. أَحْمَدُهُ حَمْدًا يَفُوْقُ الْعَدَّ وَالْحُسْبَانَ، وَأَشْكُرُهُ شُكْرًا نَنَالُ بِهِ مِنْهُ مَوَاهِبَ الرِّضْوَانِ
أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ دَائِمُ الْمُلْكِ وَالسُّلْطَانِ، وَمُبْرِزُ كُلِّ مَنْ سِوَاهُ مِنَ الْعَدَمِ اِلَى الْوِجْدَانِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَخِيْرَتُهُ مِنْ نَوْعِ الْاِنْسَانِ، نَبِيٌّ رَفَعَ اللهُ بِهِ الْحَقَّ حَتَّى اتَّضَحَ وَاسْتَبَانَ. اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ وَالْاِحْسَانِ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ أَوَّلاً بِتَقْوَى اللهِ تَعَالىَ وَطَاعَتِهِ بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلا وُسْعَهَا
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Mari, kita semua senantiasa bersyukur kepada Alah swt, atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua, yaitu dengan cara senantiasa mengucapkan kalimat alhamdulillahi bi ni'matihi tatimmus shâlihât. Dengan harapan semoga nikmat dan anugerah yang kita terima ini, bisa menjadi nikmat yang berkah dan membawa manfaat untuk kita semua, serta bisa menjadi penyebab untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada-Nya.
Shalawat dan salam mari senantiasa kita haturkan kepada panutan dan idola kita bersama, Nabi Muhammad SAW, allahumma shalli 'alâ Muhammad wa 'alâ alih wa sahbih, yang telah menjadi teladan terbaik sepanjang masa bagi kita semua dalam memberikan nafkah yang halal dan baik kepada keluarganya. Semoga kita semua diakui sebagai umatnya, dan mendapatkan limpahan syafaatnya kelak di hari kiamat. Amin ya rabbal âlamin.
Selanjutnya, sudah merupakan kewajiban bagi kami selaku Khatib untuk senantiasa mengajak diri sendiri, keluarga, dan semua jamaah yang turut hadir pada pelaksanaan shalat Jumat ini, agar terus berusaha meningkatkan ketakwaan kepada Allah, yaitu dengan cara mengerjakan semua kewajiban dan meninggalkan larangan-larangan-Nya. Sebab tiada bekal yang bisa kita bawa menuju akhirat selain ketakwaan. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman:
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الأَلْبَابِ
Artinya: "Bawalah bekal, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa; dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat." (QS Al-Baqarah: 197)
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Salah satu amanah dan tanggung jawab bagi setiap suami adalah memberikan nafkah yang halal kepada istri dan anak-anaknya. Ini merupakan amanah yang diberikan Allah SWT kepada setiap suami, dan suami harus menjalankan amanah ini dengan sebaik-baiknya. Berkaitan dengan hal ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur'an:
وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ لا تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلا وُسْعَهَا
Artinya: "Dan kewajiban ayah adalah menanggung nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut. Seseorang tidak dibebani lebih dari kesanggupannya." (QS Al-Baqarah: 233)
Ayat ini mengajarkan kepada kita semua bahwa suami memiliki kewajiban untuk mencari nafkah dan memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya, yaitu mulai dari makan dan minumnya, pakaian hingga rumahnya. Semua itu merupakan kewajiban setiap suami setelah memiliki istri.
Dalam mencari nafkah, kita semua harus selalu ingat bahwa yang paling penting dalam hal ini adalah cara kita dalam mencarinya. Kita semua harus mencari nafkah dengan cara yang baik dan halal, serta menghindari cara-cara yang tidak dibenarkan dalam Islam. Oleh karena itu, dalam ayat di atas Allah SWT menyuruh kita semua mencari nafkah yang patut (ma'ruf), yang berarti baik dan halal.
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Nafkah yang kita berikan kepada istri dan anak-anak kita memiliki nilai pahala yang sangat besar di sisi Allah SWT dan memiliki nilai pahala yang lebih banyak dari sedekah yang lainnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam riwayat Imam Muslim, ia bersabda:
دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ
Artinya: "Satu dinar yang kamu keluarkan di jalan Allah, dan satu dinar yang kamu keluarkan untuk memerdekakan budak, dan satu dinar yang kamu keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu, maka pahalanya lebih besar (dari yang lainnya)." (HR Muslim dan Ahmad)
Semua itu tidak lain selain karena, memberi nafkah kepada anak dan istri merupakan bentuk ibadah dan pengabdian kepada Allah swt. Sebab, dengan memberi nafkah menunjukkan bahwa kita semua telah berusaha untuk memenuhi kewajiban tanggung jawab kita, serta menjaga kesejahteraan keluarga kita semua.
Karena itu, mencari nafkah untuk anak dan istri tidak hanya tentang memenuhi kewajiban dan tanggung jawab saja, namun juga tentang mencari pahala dan beribadah kepada Allah swt. Tentu tugas ini bernilai sangat mulia dan penting yang harus dihargai dan dihormati oleh setiap orang. Dalam sebuah riwayat, Rasulullah saw bersabda:
مَا أَنْفَقَهُ الرَّجُلُ عَلىَ أَهْلِهِ فَهُوَ صَدَقَةٌ، وَاِنَّ الرَّجُلَ لَيُؤْجَرُ فِي اللُّقْمَةِ يَرْفَعُهَا اِلىَ فِي امْرَأَتِهِ
Artinya: "Nafkah yang diberikan seorang suami kepada keluarganya bernilai sedekah. Sungguh, seseorang diberi pahala meski karena sekadar sesuap nasi yang dimasukkan ke dalam mulut istrinya." (HR Ibnu Mas'ud)
Dalam riwayat yang lain, Rasulullah juga bersabda:
إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِي بِهَا وَجْهَ اللهِ إِلاَّ أُجِرْتَ بِهَا حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِي فِي امْرَأَتِكَ
Artinya: "Sungguh, tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan semata-mata karena Allah, kecuali kamu akan mendapatkan pahala karenanya, bahkan makanan yang kamu berikan kepada istrimu." (HR Al-Bukhari)
Itulah pahala besar yang Allah sediakan bagi kita semua yang sedang berusaha mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup istri dan anak-anak kita. Karena itu, mari kita tumbuhkan kesadaran bahwa mencari nafkah tidak hanya perihal tanggung jawab saja, namun juga beribadah dan mencari pahala dari Allah SWT. Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah Demikian adanya khutbah Jumat perihal keutamaan mencari nafkah untuk keluarga. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istikamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
َلْحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ
أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً
اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وِالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Contoh Khutbah Jumat #4
Judul: Keutamaan Mendidik Anak dalam Islam
Khutbah I
اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ، وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ، أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَام ، أَمَّا بَعْدُ: فَيَاأَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ, اِتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ, وَاشْكُرُوْهُ عَلَى مَا هَدَاكُمْ لِلإِسْلاَمِ، وَأَوْلاَكُمْ مِنَ الْفَضْلِ وَالإِنْعَامِ، وَجَعَلَكُمْ مِنْ أُمَّةِ ذَوِى اْلأَرْحَامِ. قَالَ تَعَالَى :يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ.
Ma'asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Alhamdulillah, segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda Rasulullah Muhammad saw, utusan Allah yang menjadi panutan bagi umat manusia. Memperbanyak shalawat kepada Nabi Muhammad saw adalah tanda cinta dan penghormatan kepada utusan Allah.
Kita bersyukur atas nikmat keimanan yang telah diberikan oleh-Nya, karena dengan iman kita memahami arti hidup ini dan mengenali keagungan-Nya. Mari kita perbanyak bersyukur, sebab setiap nikmat yang kita terima merupakan bukti kebaikan dan rahmat Allah yang tak terhingga.
Dalam menjalani kehidupan ini, mari kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah, sebab dengan takwa, kita dapat mendekatkan diri kepada-Nya dan meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Mengokohkan fondasi iman dan ketakwaan, penting bagi kita khususnya sebagai orang tua untuk memahami keutamaan mendidik anak dalam Islam. Anak-anak adalah amanah yang harus dijaga dan dididik dengan penuh kasih sayang, agar kelak menjadi generasi yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi agama, keluarga, dan masyarakat.
Mari sejenak kita renungkan firman Allah SWT dalam surah al-Tahrim ayat 6:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ.
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
Di dalam ayat yang mulia ini terdapat teguran yang besar tentang akibat dari tidak menjaga keluarga. Golongan ini akan di masukkan ke dalam neraka. Dalam menafsirkan ayat ini, ulama mufassir, Al-Dahhak dan Muqatil menjelaskan, seorang Muslim berhak memberitahukan kepada keluarganya, termasuk saudara perempuannya, budak perempuan, dan budak laki-laki, tentang apa yang diperintahkan Allah swt kepada mereka dan apa yang dilarang Allah swt kepada mereka.
Rasulullah saw menjelaskan konsep sempurna mengenai kepedulian dan tanggung jawab untuk menunaikan amanah mendidik tersebut. Dalam Hadist Rasulullah saw bersabda:
وعن ابن عمرَ رضي اللَّهُ عنهما عن النبي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قال : كُلُّكُمْ راعٍ، وكُلُّكُمْ مسئولٌ عنْ رعِيَّتِهِ ، والأَمِيرُ رَاعٍ والرَّجُلُ راعٍ علَى أَهْلِ بَيْتِهِ ، والمرْأَةُ راعِيةٌ على بيْتِ زَوْجِها وولَدِهِ ، فَكُلُّكُمْ راعٍ ، وكُلُّكُمْ مسئولٌ عنْ رعِيَّتِهِ » متفقٌ عليه.
Artinya: "Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma dari Nabi shalallahu alaihi wasalam bersabda: "Semua orang dari kalian itu adalah penggembala dan semuanya akan ditanya perihal penggembalaannya. Seorang amir (pemimpin) adalah penggembala, seorang lelaki juga penggembala pada keluarga rumahnya, perempuan pun penggembala pada rumah suaminya serta anaknya. Maka dari itu semua orang dari kalian adalah penggembala dan semua saja akan ditanya perihal penggembalaannya." (Muttafaq alaih)
Untuk memudahkan pertanggungjawaban kelak penting bagi orang tua untuk membinda, mendidik, dan membesarkan anak dalam keluarga dengan pendidikan agama. Hal ini akan mengarahkan pada kehidupan dunia dan akhirat yang lurus, dan mereka mendapat kesalehan serta bahagia dengan hasil didikan tersebut, sehingga membentuk lingkungan yang mulia.
Ma'asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah Keutamaan yang diperoleh seorang Mukmin dalam mendidik anak adalah pertama, orang yang mengajar kebaikan kepada anak sama seperti mengamalkan segala kebaikan tersebut.
Barangsiapa membesarkan anak-anaknya dengan baik untuk mencintai Allah maka niscaya Allah SWT akan menundukkan anak saleh tersebut kepadanya agar ia tekun mendoakannya dan memperbanyak amal shalehnya, serta pahala amal shalehnya.
Kedua, adalah doa anak yang baik kepada orang tua. Kerugian yang paling besar bagi seorang Muslim bila kematiannya merupakan berhentinya amal salehnya. Akan berbeda dengan orang yang mempunyai sisa amal shaleh yang masih ada atau rezeki yang besar dalam menyebarkan ilmu Islam dan apa yang bermanfaat bagi umat Islam, serta doa anaknya yang saleh. Rasulullah saw bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah:
إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Artinya: "Ketika seseorang telah meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali 3 (perkara): sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang berdoa baginya."
Ketiga, pola asuh yang baik terhadap anak perempuan menjadi alasan masuk surga. Rasulullah saw bersabda:
مَنْ ابْتُلِيَ مِنْ هذه البنَاتِ بِشَيءٍ فأَحْسَن إِلَيهِنَّ، كُنَّ لَهُ سِتْرًا مِن النَّار
Artinya: "Barangsiapa yang diuji dengan beberapa putri dan bersabar terhadapnya, maka mereka akan menjadi perisai baginya dari neraka."
Mari mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak, menanamkan dalam diri mereka akhlak, dan berusaha mengajarkan kepada mereka keutamaan mencari ampunan, maka kita akan mendapatkan manfaat dari hal itu dan semoga memudahkan kita memasuki surga dengan karunia Allah Yang Maha Penyayang. Amin ya Rabbal Alamin.
Ma'asyiral muslimin jamaah Jumat rahimakumullah,
Demikian khutbah Jumat ini semoga kita bisa mendidik anak kita dengan baik dan menjadi penerus yang shaleh dan shalehah yang mampu memberi manfaat kepada diri dan orang lain. Semoga keluarga kita senantiasa diberi taufik dan hidayah Allah swt dalam menjalani kehidupan ini. Amin.
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Contoh Khutbah Jumat #5
Judul: Pohon sebagai Ibu Manusia
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Hadirin jamaah Jumat yang mulia,
Puji dan syukur pada Allah swt yang telah memberikan kita kesempatan dan kesehatan, sehingga bisa melaksanakan shalat Jumat hari ini. Shalawat dan salam pada Rasulullah saw, yang akan mengantarkan kita pada syafaat kelak. Amin. Selanjutnya, kita dianjurkan untuk selalu bertakwa kepada Allah. Pasalnya, hanya takwa dan iman yang menyelamatkan manusia di dunia dan akhirat kelak.
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Pohon adalah makhluk hidup yang telah ada di bumi sejak jutaan tahun yang lalu. Pohon memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Pohon menghasilkan oksigen yang kita hirup, menyerap karbon dioksida yang kita keluarkan, dan menyediakan tempat berlindung bagi berbagai macam hewan.
Pohon memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Pohon menghasilkan oksigen yang dibutuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya, untuk bernapas. Pohon menghasilkan oksigen melalui proses fotosintesis.
Oksigen yang dihasilkan oleh pohon sangat penting untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Oksigen digunakan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bernapas. Tanpa oksigen, manusia dan makhluk hidup lainnya akan mati.
Pohon juga membantu mengurangi polusi udara. Pohon menyerap karbon dioksida dari udara, yang merupakan gas rumah kaca yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Dengan menyerap karbon dioksida, pohon membantu mengurangi efek gas rumah kaca dan menjaga udara tetap bersih.
Karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kelestarian pohon. Kita dapat melakukannya dengan menanam pohon, merawat pohon yang ada, dan menghindari penebangan pohon secara liar. Dengan menjaga kelestarian pohon, kita turut menjaga kehidupan di bumi.
Bagaimana tidak? Pohon berperan sebagai paru-paru bumi. Faktanya, pohon berperan penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya di bumi. Oleh karena itu, merawat pohon tetap hidup sangat penting untuk menyelamatkan bumi.
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Merawat dan menanam pohon merupakan bagian penting upaya menjaga alam, dan khususnya bumi, yang diperintahkan dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda, bahwa manusia dianjurkan untuk merawat bumi sebagai ibu kedua bagi manusia. Rasulullah SAW bersabda:
اِسْتَقِيْمُوْا وَنِعمَا إِنِ اسْتَقَمْتُمْ، وَحافظُوْا عَلَى الْوُضُوْءِ، فَإِنَّ خَيْر عملكم الصلاة، وَتَحَفَّظُوْا مِنَ الْأَرْضِ فَإِنَّها أُمُّكُمْ، وَ إنه لَيْسَ مِنْ احد عَامِل عَلَيْهَا خيرا أَوْ شَرًّا إِلَّا وَهِيَ مُخْبِرَةٌ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: "Istiqamahlah dan kalian akan menjadi baik dengan istiqamah, dan jagalah wudhu, karena sesungguhnya sebaik-baik amal kalian adalah shalat, dan jagalah bumi, karena sesungguhnya ia adalah ibu kalian, dan sesungguhnya, tidak ada satupun yang memperlakukannya [bumi] dengan baik atau buruk, kecuali ia akan diberitahu dan melaporkannya [pada Allah] pada hari kiamat."
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Hadits Rasulullah saw di atas mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa istiqamah dalam menjalani kehidupan, menjaga wudhu, serta menjaga bumi. Dalam anjuran merawat bumi, itu menegaskan, pasalnya bumi adalah tempat tinggal kita, tempat kita mencari nafkah, dan tempat kita beribadah kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, kita harus menjaga bumi dengan baik. Bumi harus kita rawat dan kita lestarikan agar tetap menjadi tempat tinggal yang nyaman dan aman. Di antaranya yang paling penting adalah dengan menanam dan merawat pepohonan.
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Sementara itu, Abdul Majid An Najjar dalam kitab Maqasid Asy Syari'a bi Ab'ad Jadidah halaman 209, menyebutkan bahwa menjaga bumi dari kerusakan dan pencemaran termasuk kewajiban yang terpatri dalam ajaran Islam. Pun menjaga lingkungan dari kerusakan termasuk maqasidus syari'ah. Ini menunjukkan betapa pentingnya pelestarian lingkungan dalam Islam.
ان حفظ البيئة من الفساد مقصد ضروري من مقاصد الشريعة
Artinya: "Bahwa menjaga lingkungan dari kerusakan adalah tujuan yang mendasar dari maqasidus syariah.
Demikian kata Abdul Majid An-Najjar, dalam kitab Maqasidus Syari'ah bi Ab'ad Jadidah, halaman 209.
Hal ini seiring dengan firman Allah dalam surat al-A'raf ayat 56:
وَلَا تُفْسِدُوْا فِى الْاَرْضِ بَعْدَ اِصْلَاحِهَا وَادْعُوْهُ خَوْفًا وَّطَمَعًاۗ اِنَّ رَحْمَتَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ مِّنَ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: "Janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah diatur dengan baik. Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan orang-orang yang berbuat baik."
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Menurut Abu Hayyan Al-Andalusi, dalam kitab tafsir Al-Bahrul Muhith fit Tafsir, jilid 4 halaman 311, ayat di atas menjadi landasan utama untuk larangan melakukan kerusakan di muka bumi. Ia menjelaskan: "Ini adalah larangan untuk menimbulkan kerusakan di bumi ... Larangan ini mencakup semua bentuk kerusakan, mulai dari kerusakan jiwa, keturunan, harta benda, akal pikiran, hingga agama."
Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah,
Demikian, larangan ini memiliki esensi yang sangat penting. Esensi larangan ini adalah untuk menjaga keseimbangan dan keteraturan alam semesta. Allah SWT menciptakan alam semesta dengan penuh keseimbangan dan keteraturan.
Manusia sebagai khalifah di bumi harus menjaga keseimbangan dan keteraturan tersebut. Jika manusia melakukan kerusakan di bumi, maka keseimbangan dan keteraturan alam semesta akan terganggu. Hal ini akan berdampak buruk bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Misalnya, terjadi bencana alam, longsor, hingga banjir bandang.
Oleh karena itu, manusia harus senantiasa menjaga diri dari perbuatan yang dapat menimbulkan kerusakan di bumi. Manusia harus berusaha untuk menjadi makhluk yang bermanfaat bagi alam semesta dan makhluk hidup lainnya.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هٰذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن
Nah, itulah 5 contoh khutbah Jumat bulan Desember berbagai topik yang bisa disampaikan. Semoga bermanfaat ya, detikers!
(edr/alk)