Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar bersama Pemprov Sulawesi Selatan (Sulsel) menggelar upacara Peringatan Hari Korban 40.000 Jiwa yang dilakukan setiap tanggal 11 Desember, hari ini. Momentum mengenang kembali perjuangan para pejuang Sulsel mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan Belanda.
Pantauan detikSulsel di lokasi, Senin (11/12/2023) turut hadir Ketua DPRD Sulsel Andi Ina Kartika Sari, Wali Kota Makassar Moh Ramdhan 'Danny' Pomanto, dan Ketua DPRD Kota Makassar Rudianto Lallo. Upacara ini juga dihadiri Kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Makassar Andi Sundari, dan sejumlah forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) Sulsel.
Upacara yang berlangsung di Monumen Korban 40.000, Jalan Korban 40000 Jiwa, Kecamatan Tallo, Makassar dimulai pada pukul 08.36 Wita dan diawali dengan pembacaan memori singkat tentang peristiwa pembantaian 40.000 orang yang dibacakan salah seorang veteran perang. Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih diiringi lagu Indonesia Raya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian acara dilanjutkan dengan pembacaan teks pancasila, dan pembacaan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Lalu sambutan oleh Pj Gubernur Sulsel Bahtiar.
![]() |
Sebagai inspektur upacara, Bahtiar menyebut Belanda dan Jepang dengan sangat lama menjajah negeri ini. Bahkan, mereka disebut enggan mengakui kemerdekaan Indonesia.
"350 tahun Belanda menikmati tanah ini. Ditambah 3,5 tahun oleh Jepang, menikmati dan menjajah tanah ini. Setelah kita proklamasikan, mereka tidak sudi negara ini menjadi negara merdeka dan berdaulat," katanya.
Dia mengatakan Belanda dan Jepang bahu membahu membangun propaganda licik untuk mendiskreditkan kemerdekaan Indonesia. Mereka bahkan melakukan aksi keji, salah satunya membunuh 40.000 jiwa tak bersalah di tanah Sulsel ini.
"Mereka membuat propaganda internasional, bahwa Indonesia merdeka tidak ada. Mereka tidak mengakui kemerdekaan Indonesia," bebernya.
"Mereka melakukan operasi di seluruh tanah air. Di forum internasional, mereka sebenarnya sudah tidak diakui," lanjut Bahtiar.
![]() |
Dia kemudian mengenang peristiwa pembantaian 40.000 orang yang tak bersalah itu. Bagi Bahtiar, pengorbanan mereka merupakan pertanda masyarakat Sulsel sangat teguh pendiriannya bagi kemerdekaan Indonesia.
"Manusia Sulsel sejak awal setia dengan pada negara sejak diproklamasikan. Bahkan nyawa warga negara dipersembahkan. 77 tahun yang lalu, orang tua kita, rela mati untuk negara Indonesia. Hari ini pun kita rela mati bagi negara kita," tuturnya.
![]() |
Dia menilai, upacara ini tidak sekadar peringatan biasa. Melainkan ruang untuk menghidupkan kembali memori perjuangan masyarakat Sulsel terhadap kemerdekaan Indonesia.
"Momentum untuk mengingat sejarah. Kita hendak memberi pesan, bahwa tanah Bugis- Makassar, tanah Sulawesi, kita selalu menegakkan kesetiaan kepada negara Republik Indonesia," pungkasnya.
(hsr/nvl)