Raut bahagia terpancar di wajah Dorina Temaru, perempuan berusia 13 tahun yang kini bisa kembali bersekolah sebulan terakhir. Dorina kembali mengenyam pendidikan setelah 4 tahun vakum ketika duduk di bangku kelas 3 SD.
Dorina kini mengikuti program Sekolah Sepanjang Hari (SSH) yang digagas Universitas Papua (Unipa) bersama Pemkab Sorong Selatan, Papua Barat Daya, sejak Oktober 2023. Di sekolahnya saat ini, SD Inpres 11 Konda, Dorina bisa mengejar ketertinggalannya selama berhenti sekolah 4 tahun lalu.
SD Inpres 11 Konda menjadi sekolah pertama yang menerapkan program SSH ini. Dorina menjadi salah satu dari 19 siswa putus sekolah yang kembali melanjutkan sekolah lewat program kelas penyetaraan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dorina awalnya memilih tidak melanjutkan sekolahnya karena ikut bekerja bersama kedua orang tuanya sebagai nelayan. Di wilayah tempat tinggalnya di Konda, rata-rata orang memang berprofesi sebagai nelayan.
"Kenapa berhenti sekolah, karena bantu orangtua buang jaring di laut," kata Dorina saat ditemui detikcom beberapa waktu lalu.
Saat itu, Dorina masih belum berpikir panjang soal pentingnya bersekolah. Namun belakangan, Dorina menyadarinya tatkala program SSH di sekolah dekat tempat tinggalnya ia ketahui.
Dorina memutuskan kembali bersekolah ketika melihat teman-teman sebayanya menghabiskan waktu belajar mereka sepanjang hari di sekolah. Keinginannya untuk kembali bersekolah juga rupanya dipermudah karena datanya masih terdaftar di data pokok peserta didik (dapodik).
"Saya baru saja masuk sekolah ini. Dulu sekolah (sampi) di kelas 3 saja terus berhenti. Ingin sekolah lagi ini kemauan saya. Saya senang sudah sekolah lagi," ujarnya.
Kini Dorina sudah menjalani program penyetaraan selama kurang lebih sebulan. Dorina senang dirinya sudah bisa menulis, membaca ejaan, hingga berhitung.
"Di sini saya sudah bisa baca abcd (Abjad) dan berhitung. Sudah bisa hitung," ucap Dorina.
Dengan program yang diikutinya ini, Dorina tak lagi bisa menggambarkan kebahagiaannya. Dia mengaku semangatnya terlecut untuk terus belajar karena kelak ingin menjadi seorang guru.
"Saya mau jadi ibu guru," ujarnya, singkat.
Siswa Mandi dan Ibadah di Sekolah
Kepala Sekolah SD Inpres 11 Konda, Selina Solossa sangat bersyukur dengan penerapan program SSH di SD Inpres 11 Konda. Baginya, SSH adalah karunia Tuhan untuk meningkatkan pendidikan di tanah Papua.
"SSH masuk ke sekolah ini kami merasa seperti sesuatu yang jatuh dari langit. Kami percaya bahwa Tuhan tidak akan mendiamkan diri dengan pendidikan tanah ini. Makanya Tuhan utus dan memberikan yang terbaik untuk kami yaitu Sekolah Sepanjang Hari," tuturnya.
Sekolah Sepanjang Hari ini berlangsung mulai pukul 05.00 WIT hingga 17.00 WIT. Siswa diwajibkan datang mulai subuh untuk mandi, berpakaian, hingga sarapan bersama di sekolah. Semua keperluan di sekolah disiapkan SSH.
"Apa yang mereka hadapi di rumah tidak sama dengan sekolah sepanjang hari. Mereka bisa datang jam 5 subuh, mereka di rumah belum pernah sarapan pagi tapi datang di sini mereka sarapan pagi," terang Selina.
"Dan mereka mandi di sini, setelah itu mereka berpakaian kemudian beribadah pagi. Mereka langsung sarapan dan setelah itu masuk belajar seperti biasa," sambungnya.
![]() |
Selama sebulan lebih program ini diterapkan, Selina menceritakan banyak perubahan besar yang dialami siswanya. Mulai dari kembalinya para siswa yang berhenti sekolah hingga mental berani berpendapat yang kian terpacu selama di sekolah.
"Ada suatu perubahan peningkatan dalam proses belajar mengajar. Contohnya kelas khusus di sana, mereka itu sudah keluar dari sekolah tapi masih terdaftar di Dapodik tapi mereka dihimpun kembali sehingga mereka melakukan perubahan luar biasa," paparnya.
Bupati Sorong Selatan Ingin SSH di Seluruh SD
Bupati Sorong Samsudin Anggiluli menaruh perhatian khusus terhadap program SSH ini. Bupati 2 periode itu memastikan SSH akan tetap berlanjut karena cocok untuk diterapkan bagi anak-anak di Papua.
"Pemikiran saya kita harus punya model pendidikan yang harus kita buat di tanah Papua ini sehingga kita punya anak-anak Papua ini juga bisa karakternya, kecerdasannya dibentuk sehingga kesehatannya juga bagus," ungkapnya.
Selain SD Negeri 11 Konda, Samsudin menargetkan seluruh SD di Kabupaten Sorong Selatan menjalankan program SSH. Dia juga memastikan akan menggunakan anggaran Otsus untuk mendanai program tersebut.
"Kita mau diseluruh 96 SD di Sorong Selatan Kalau bisa ke depan berkelanjutan maka semua harus SSH. Tentu dana dari pemerintah melalui dana Otsus tetapi juga akan ada sharing dari provinsi," tutupnya.
(asm/asm)