Serapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemkab Toraja Utara (Torut), Sulawesi Selatan (Sulsel) hanya menyentuh angka 57,37% atau Rp 626 miliar hingga Desember 2023. Realisasi anggaran yang minim turut mengakibatkan rendahnya pendapatan asli daerah (PAD).
"Serapan belanja kita masih sangat sedikit di penghujung tahun ini, baru 57,37%," kata Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Toraja Utara Irmawati Patandung kepada detikSulsel, Selasa (5/12/2023).
Irmawati mengungkapkan, Pemkab Toraja Utara mengelola APBD 2023 senilai Rp 1,092 triliun. Namun pihaknya pesimis anggaran itu bisa dimaksimalkan hingga akhir tahun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Target serapan kita itu Rp 1,092 triliun, na ini baru Rp 626 miliar yang terealisasi. Dipastikan kita tidak bisa capai serapan 100% karena ini sudah masuk penghujung tahun," ungkapnya.
Dia juga membeberkan PAD Pemkab Toraja Utara juga masih jauh dari target. Menurutnya, target PAD Pemkab Toraja Utara di tahun 2023 sebesar Rp 77 miliar sementara PAD yang masuk di penghujung tahun ini baru pada kisaran Rp 30 miliar atau 40%.
"Belanja yang dihadapkan dengan PAD yang sangat kurang, ini baru kisaran Rp 30 miliar yang masuk padahal target kita tahun ini Rp 77 miliar," ucapnya.
Menurut Irmawati, kurangnya serapan APBD ini dikarenakan beberapa kegiatan fisik belum rampung hingga. Sementara untuk realisasi PAD yang rendah dikarenakan beberapa OPD kurang maksimal melihat potensi pendapatannya.
"Masih banyak pekerjaan yang belum rampung sampai Desember, seperti DAK fisik di Dinas Pendidikan itu masih banyak. Ini mengakibatkan APBD tidak terserap dengan baik, kalau soal PAD kurang karena instansi atau OPD kurang maksimal lihat potensi pendapatannya," ujar Irmawati.
Terpisah, Wakil Bupati Toraja Utara Frederik Victor Palimbong mengakui pihaknya memang kurang mengoptimalkan sumber-sumber PAD di 2023. Dia juga menyalahkan mewabahnya virus penyakit babi atau ASF sehingga mempengaruhi PAD di Toraja Utara.
"Kami kurang mengoptimalkan sumber lain. Belum lagi ASF yang menyerang ternak babi, itu termasuk mempengaruhi pendapatan kami," ucap Frederik.
Dia pun akan melakukan identifikasi terkait kurangnya serapan dan PAD di 2023 ini. Frederik berjanji akan mengoptimalkan belanja dan pendapatan tahun 2024 nanti.
"Kita akan identifikasi ini terlebih dahulu. OPD harus melihat potensi sumber PAD masing-masing, ini yang kita akan optimalkan tahun depan," tandasnya.
(sar/nvl)