Polisi mengungkap bentrokan massa bela Palestina dengan organisasi masyarakat (ormas) terjadi di beberapa lokasi di Bitung, Sulawesi Utara (Sulut). Namun polisi belum merinci tempat kejadian perkara (TKP) insiden itu.
"Ini TKP-nya ada beberapa TKP. Jadi nanti untuk laporan resminya," kata Kapolres Bitung AKBP Tommy Bambang Souissa kepada detikcom, Sabtu (25/11/2023) malam.
Tommy belum memastikan adanya kabar korban jiwa dalam insiden tersebut. Pihaknya masih mengumpulkan informasi di lokasi kejadian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya belum bisa sampaikan (terkait adanya kabar korban meninggal)," bebernya.
Dia menambahkan Polres Bitung mengerahkan personel untuk melakukan pengawasan. Sebanyak 200 personel bawah kendali operasi (BKO) Polda Sulut dan aparat TNI juga diturunkan.
"Personel kami sendiri 430, BKO dari Polda Sulut itu terkonfirmasi tadi sekitar 200 (personel), sedangkan Brimobnya masih datang lagi, ada juga teman-teman dari TNI, Marinir," sebut Tommy.
Tommy mengemukakan personel yang dikerahkan disebar ke perbatasan Bitung dan Minahasa Utara (Minut). Aparat yang diturunkan fokus melakukan pengetatan.
"Tentunya ini semuanya ada BKO dari Polda, teman-teman dari TNI, termasuk dari kawan-kawan Polres Polres penyangga mengimbau agar melakukan penyekatan-penyekatan," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, dua kelompok yang dinarasikan massa pro-Palestina dengan ormas terlibat ribut-ribut di ruas Jalan Kota Bitung, Sabtu (25/11) sore tadi. Kericuhan tersebut viral di media sosial.
Wali Kota Bitung Maurits Mantiri menegaskan situasi sudah kondusif pascabentrokan tersebut. Maurits mengimbau agar warga menjaga ketentraman.
"Pusat Kota Bitung dalam keadaan kondusif dan aman terkendali," kata Maurits dalam keterangannya, Sabtu (25/11).
Maurits mengatakan pemerintah bersama unsur Forkopimda juga telah menindaklanjuti insiden tersebut. Tokoh agama dan masyarakat bertemu untuk menyelesaikan persoalan ini.
"Pemerintah bersama semua stakeholder seperti tokoh agama, tokoh masyarakat dan unsur TNI/Polri kini sedang bersama-sama di lapangan untuk menyelesaikan selisih paham," imbuhnya.
(sar/nvl)