Pj Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Bahtiar Baharuddin menyarankan masyarakat di Kabupaten Toraja Utara (Torut) mengurangi konsumsi beras. Bahtiar mengajak masyarakat untuk mendorong diversifikasi pangan, termasuk dengan mengkonsumsi ubi, jagung hingga pisang.
"Fokus kita sekarang ini adalah meningkatkan pangan yang ada di Sulsel. Makanya ada program kami itu namanya budi daya pisang," kata Bahtiar Baharuddin saat berkunjung di Toraja Utara, Selasa (7/11/2023).
Bahtiar mengungkapkan, warga sebaiknya tidak bergantung dengan beras. Dia lantas berceletuk jika konsumsi nasi dimulai sejak masa penjajahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita juga harus mengurangi ketergantungan kita ke beras atau nasi ini. Coba kita ingat-ingat, siapa sih yang mengajari kita makan nasi. Negara-negara mana yang makan beras, cuma Jepang, Vietnam, China, dan Korea kan," tuturnya.
"Orang-orang kita dulu kan tidak makan beras, mereka penjajah itu yang mengajarkan kita agar makan beras, kemudian kita jajah lagi warga kita untuk makan beras. Ini kegiatan penjajah sebenarnya," tambah Bahtiar.
Dia juga mengutarakan, masyarakat Sulsel memiliki komoditas bahan pokok alternatif selain mengkonsumsi beras. Makanan pokok alternatif yang dimaksud, talas, ubi, jagung hingga pisang.
"Jadi dalam jangka panjang masalah kita bisa diselesaikan dengan makan ubi, talas dan makan jagung. Di zaman dulu kan orang tua kita sering campur nasi itu dengan jagung," ucapnya.
Bahtiar juga mengklaim mengurangi konsumsi nasi bisa menurunkan potensi terkena diabetes. Dia pun merekomendasikan untuk memakan pisang.
"Pisang juga itu justru lebih sehat, anak-anak kita jadi cerdas karena pisang mengandung kalium. Kalau konsumsi beras dikurangi penyakit diabetes juga berkurang, itu semua efeknya," tutur Bahtiar.
Menurutnya, meski Sulsel surplus beras dirinya tidak menjamin kualitas beras tersebut bisa mengalahkan kualitas beras yang ada di Vietnam. Sehingga dirinya menginginkan Sulsel juga surplus di komoditas pangan lainnya.
"Kita mau kompetisi dengan beras Vietnam, tidak bisa saya bilang. Vietnam itu ribuan hektar sawahnya gunakan mesin, pasti beras mereka lebih murah. Kita punya sawah di pinggir-pinggir gunung, lahannya kecil lagi. Ini tidak mungkin, kalau ini perang pangan, komoditi kita sudah kalah," tutur Bahtiar.
"Kita sudah kalah, karena yang beras premiumnya kita itu harga paling rendahnya beras Vietnam. Makanya kita harus punya komiditas lain yang lebih besar lagi," tambahnya.
Sementara Bupati Toraja Utara Yohanis Bassang mengutarakan, program Pemprov Sulsel sudah sejalan dengan program yang ada di Pemda Toraja Utara. Dia juga mendorong makanan lokal menjadi komoditas salah satunya dengan mengedukasi masyarakat agar tidak ketergantungan dengan beras.
"Ini sejalan dengan program kami, bagaimana kita mendorong makanan lokal dan agar masyarakat tidak tergantung dengan beras. Kita ingin nantinya pisang menjadi makanan pokok masyarakat Toraja Utara," tandasnya.
(sar/asm)