Pakar Pertanian Nilai Impor 70.000 Ton Beras Masuk Sulsel Cuma Sementara

Pakar Pertanian Nilai Impor 70.000 Ton Beras Masuk Sulsel Cuma Sementara

Sahrul Alim - detikSulsel
Jumat, 20 Okt 2023 20:20 WIB
rice
Foto: Ilustrasi beras impor. (iStock)
Makassar - Pakar pertanian asal Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Baharuddin mengungkap kebijakan impor beras 70.000 ton ke Sulawesi Selatan (Sulsel) bersifat sementara. Pasalnya Sulsel disebut masih surplus beras hingga over stok 2 juta ton.

"Itu (impor) hanya sementara. Kalau selama ini kita punya produksi kira-kira 3 juta ton beras setiap tahun, bahkan di tahun 2023 ini. Kan kita tahu bahwa Sulsel itu memberi makan hampir seluruh daerah di Indonesia timur bahkan sampai antar pulau ke 20 provinsi seluruh Indonesia," ujar Baharuddin kepada detikSulsel, Jumat (20/10).

Baharuddin tak berpikiran negatif soal rencana impor 70.000 ton yang akan masuk ke Sulsel. Dia menduga kebijakan itu hanya untuk cadangan dan antisipasi kemarau panjang.

"Jadi kalau hanya 70 (ribu ton) hanya sekadar cadangan mungkin di Bulog dalam rangka supaya mengantisipasi kemarau panjang. Banyak memang gagal panen tapi tidak begitu signifikan pengaruhnya," ujar Dekan Fakultas Pertanian Unhas Periode 2018-2022 ini.

Menurut Baharuddin, impor 70.000 ton itu tidak akan mempengaruhi beras di pasaran. Apalagi Sulsel selalu over stok sampai 2 juta ton beras tiap tahun.

"Jadi kalau hanya 70 ribu ton tidak terlalu signifikan sebenarnya dibanding kita selalu over stok 2 juta ton per tahun itu sebenarnya sebagai pemicu untuk kedepan supaya produktivitas lahan Sulsel makin kita tingkatkan," ungkapnya.

Dia berharap agar beras impor yang akan masuk Sulsel ini hanya digunakan menjaga harga pasar untuk menekan inflasi. "Mungkin saja ini masuk ke bulog itu mungkin menjadi cadangan Bulog menetralisir pasar," tambah Baharuddin.

Di sisi lain, dia menyarankan agar pemerintah terus mengintervensi bantuan subsidi untuk pertanian. Termasuk ketersediaan infrastruktur untuk terus meningkatkan produksi beras Sulsel.

"Di satu pihak, bagaimanapun petani padi boleh dikata dari kesejahteraan belum memadai. Seharusnya seluruh usaha menanam padi menjadi kewajiban pemerintah mensubsidi. Coba dilihat misalnya 1 hektare, hanya menghasilkan 5 ton gabah, dikali harganya sekarang Rp 7.000, paling 35 juta per empat bulan, setengah mati itu," katanya.

Dia berharap pemerintah tetap memfasilitasi petani agar punya pengairan yang cukup dengan membangun bendungan-bendungan di sentra produksi. Pengairan yang bagus untuk mencegah paceklik di musim kemarau panjang seperti sekarang.

"Karena kasihan juga beberapa petani paceklik akibat kekurangan air. Baguslah kalau dibangun bendungan di sentra produksi. Pupuk gampang diperoleh, kalau bisa disubsidi," ujar Baharuddin.

Sebelumnya diberitakan, Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin menegaskan 70.000 ton beras impor masuk Sulsel untuk cadangan nasional. Bahtiar mengatakan hal ini lantaran Sulsel sebagai provinsi lumbung pangan RI.

"Sulsel menjadi cadangan pangan nasional. Beras kita memang kita simpan di gudang, karena itu sampai di Papua juga. Kalau ada apa-apa bisa kita suplai," kata Bahtiar usai melakukan panen raya di Kabupaten Maros, Jumat (20/10).

Bahtiar menegaskan beras impor tersebut cuma ditempatkan di Sulsel. Namun peruntukannya kata dua, untuk antisipasi ketersediaan pangan dan menyuplai provinsi lain.

"Cuma memang tempatnya memang di sini. Jadi jangan dipikir ada beras mampir di sini untuk Sulsel saja,"tuturnya.


(sar/ata)

Hide Ads