Perlu diketahui, peringatan HUT Sulsel ini tidak didasarkan pada pembentukan Provinsi Sulawesi Selatan secara yuridis. Artinya, tanggal pembentukan Provinsi Sulsel berbeda dengan Hari Jadi Sulsel.
Jika pembentukan Provinsi Sulawesi Selatan secara yuridis berdasarkan Peraturan Pemerintah pengganti UU (Perpu) Nomor 2 Tahun 1964 jatuh pada 13 Februari 1964, maka Hari Jadi Sulawesi Selatan didasarkan pada 4 peristiwa sejarah penting di Sulsel.
Lantas, peristiwa bersejarah apa saja yang menjadi cikal bakal HUT ke-354 Sulsel. Berikut ini penjelasan lengkapnya!
Sejarah Penetapan Hari Jadi Sulsel
Mengutip dari arsip Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, perumusan Hari Jadi Sulsel awalnya digagas oleh Mayjen TNI (Purn) Haji Zainal Basri Palaguna pada tahun 1993. Kala itu dia menjabat sebagai Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan.
Selanjutnya, gagasan itu ditindaklanjuti dengan melakukan studi banding ke beberapa daerah. Pada tanggal 18-19 Juli 1995 digelar Tudang Sipulung dalam bentuk seminar di Ruang Pola Kantor Gubernur.
Berdasarkan perundingan dalam forum tersebut, diputuskan rekomendasi berupa 5 rumusan usulan kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan terkait hari jadi Sulawesi Selatan. Rumusan itu mengacu pada sejumlah momentum peristiwa sejarah di Sulawesi Selatan yang dinilai layak dan pantas menjadi acuan.
Gubernur Kepala Daerah bersama staf kemudian melakukan pembahasan secara mendalam mengenai rumusan tersebut. Setelah melalui diskusi panjang, akhirnya tanggal 19 Oktober 1669 ditetapkan sebagai Hari Jadi Sulsel.
Peristiwa Bersejarah di Balik Peringatan Hari Jadi Sulsel
1. Perang Makassar 1666-1669 Jadi Tahun Hari Jadi Sulsel
Tahun 1669 yang ditetapkan sebagai Hari Jadi Sulsel mengacu pada tahun berakhirnya Perang Makassar. Perang yang berlangsung tahun 1666-1669 tersebut merupakan bentuk perlawanan masyarakat Makassar dalam menghadapi VOC Belanda.
Mengutip dari jurnal UIN Alauddin Makassar yang berjudul 'Kondisi Sosial-Politik Pasca Perjanjian Bongaya 1667', di tahun 1967 diadakan Perjanjian Bongaya yang dimaksudkan untuk mengakhiri perang Makassar.
Akan tetapi, rupanya perang Makassar tidak berakhir begitu saja meski Perjanjian Bongaya telah ditandatangani. Sejumlah kelompok tidak mengakui Perjanjian Bongaya dan bertekad untuk terus melawan VOC Belanda, mereka mendesak Sultan Hasanuddin untuk melanjutkan perang.
Setelah berjuang hingga titik darah penghabisan, benteng utama dan benteng Kerajaan Gowa jatuh ke tangan Belanda pada tanggal 24 Juni 1669. Benteng Somba Opu takluk secara terhormat setelah Kerajaan Gowa di bawah kepemimpinan Sultan Hasanudin.
Saat itu, Speelman yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal VOC menawarkan pengampunan kepada mereka yang bersedia bekerja sama dengan Belanda.
29 Juni 1669, Sultan Hasanudin memilih mengundurkan diri dari posisi tahta Raja Gowa, posisinya lalu digantikan oleh putranya, Amir Hamzah. Jatuhnya Kerajaan Gowa ke tangan Belanda sekaligus menandai berakhirnya Perang Makassar setelah perjuangan panjang warga Makassar di bawah pimpinan Sultan Hasanuddin.
Tahun berakhirnya Perang Makassar tersebut dinilai sebagai titik awal kesadaran seluruh masyarakat yang terlibat dalam Perang Makassar. Tahun bersejarah tersebut dijadikan sebagai acuan hari jadi Sulsel dengan tujuan menggugah kesadaran masyarakat untuk tetap meningkatkan kewaspadaan secara terus menerus dari bahaya perpecahan.
2. Diangkatnya Gubernur Pertama Sulsel Jadi Bulan Hari Jadi Sulsel
Bulan Oktober yang ditetapkan sebagai Hari Jadi Sulsel sebenarnya mengacu pada dua peristiwa bersejarah. Peristiwa yang pertama adalah momen kesepakatan para Raja di Kawasan Sulawesi Selatan untuk mendukung Dr Ratulangi menjadi gubernur pertama Provinsi Sulawesi pada tanggal 15 Oktober 1945.
Momen kedua yang melatarbelakangi hal tersebut adalah Peristiwa Rekonsiliasi Raja-Raja bersaudara yang terlibat dalam Perang Makassar. Rekonsiliasi tersebut berlangsung pada bulan Oktober 1674.
3. Keterlibatan Sulsel dalam Rapat PPKI Jadi Tanggal Hari Jadi Sulsel
Adapun tanggal 19 yang ditetapkan sebagai tanggal Hari Jadi Sulsel dianggap sebagai tanggal simbolik sebagai kesadaran Sulawesi Selatan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada tanggal 19 Agustus 1945 peserta dari Sulawesi Selatan hadir dalam Rapat Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Mereka dengan semangat dan antusias serta secara spontanitas melepaskan segala atribut kerajaan bergabung dalam negara Kesatuan Republik Indonesia.
Nah, demikianlah cikal bakal Hari Jadi Sulsel yang tahun ini akan merayakan HUT ke-354. Semoga semakin menambah wawasan kalian ya, detikers!
(alk/nvl)