87 Contoh Kalimat Retoris yang Biasa Digunakan Sehari-hari

87 Contoh Kalimat Retoris yang Biasa Digunakan Sehari-hari

Niken Dwi Sitoningrum - detikSulsel
Minggu, 15 Okt 2023 22:45 WIB
Ilustrasi pidato.
Foto: Miguel Henriques/Unsplash
Makassar -

Kalimat retoris sangat mudah kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Berikut contoh kalimat retoris yang biasa digunakan, baik dalam pidato, orasi dan lain sebagainya.

Melansir dari Modul Pembelajaran SMA Kelas X: Bahasa Indonesia oleh Kemdikbud, kalimat retoris adalah kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban. Kalimat retoris ini merupakan salah satu unsur kebahasaan yang terdapat dalam teks anekdot.

Nah, agar lebih mudah memahaminya, berikut 87 contoh kalimat retoris yang biasa digunakan sehari-hari, baik dalam pidato, orasi dan lain sebagainya. Simak yuk!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Contoh Kalimat Retoris

  1. Apa bisa kita menuntut hak kita, sedang kewajiban kita saja tidak dilaksanakan?
  2. Nasrudin kemudian bertanya, "Tuan, apakah pantas Tuan Hakim mengambil gentong mentega itu sebagai ganti tanda tangan Tuan?"
  3. Apa mungkin sebuah perubahan bisa terjadi hanya dalam satu detik?
  4. Apakah kita harus mengalami kesusahan terlebih dahulu agar kita dapat memahami kesusahan yang mereka alami?
  5. Apakah kita hanya duduk terdiam menunggu bantuan tiba?
  6. Apakah dengan menangis, orang yang kamu cintai akan hidup kembali?
  7. Bagaimana mungkin engkau sukses? Sedangkan kamu masih saja terus mengeluh.
  8. Apakah kita hanya diam saja ketika situasi buruk seperti ini?
  9. Mengapa kalian takut jika disuruh jaga malam? Apa kalian pikir mayat-mayat itu akan hidup lagi?
  10. Masih pantaskah ia dijuluki orang pintar?
  11. Jadi menurutmu, kamu akan lulus walaupun kerjaanmu hanya bermain saja tanpa pernah belajar?
  12. Apalagi yang dapat kita kerjakan kecuali hanya memohon pertolongan Tuhan?
  13. Mana ada pejabat yang jujur sekarang ini?
  14. Memang kamu bisa membeli nyawa?
  15. Benarkah manusia tidak pernah berbuat dosa?
  16. Apakah gunanya bertengkar, lebih baik kita berdamai bukan?
  17. Kok kamu buang sampah di sini? Memang kamu tak tahu tempat sampah untuk apa?
  18. Yakin kamu bisa sampai sini dalam waktu lima belas menit dengan berjalan kaki? Kemarin menggunakan motor saja butuh waktu 40 menit.
  19. Mungkinkah aku kembali ke masa kecilku?
  20. Adakah orang yang tidak ingin bahagia?

  21. Apa kamu tega jika saudaramu sendiri kesusahan? Sedangkan kamu malah bersenang-senang di tempat ini?
  22. Mengapa kita harus percaya kepada Tuhan? Bukankah selama ini dia tidak pernah menampakkan tanda kebesarannya pada manusia.
  23. Apa gunanya melakukan pemilu jika hasil akhir sudah dapat diketahui berdasarkan kemampuan finansial partai koalisi pengusungnya?
  24. Apakah tidak terlalu tinggi ketika kamu bermimpi untuk menikahi anak priyayi sedangkan kamu sendiri adalah seorang gelandangan?
  25. Bagaimana jadinya ketika negara ini dipimpin oleh orang sepertimu, Budi? Orang yang tidak pernah belajar dan hanya suka bermain saja.
  26. Apakah aku tidak sedang bermimpi, Andre? Bahwa orang yang tidak kuat push up sepertimu sekarang menjadi seorang preman pasar.
  27. Kasihan anak itu! Padahal dia dulu anaknya baik, namun harus meninggal begitu saja secara tragis. Apakah ini adil?
  28. Mengapa kita harus mencari sesuatu yang absurd seperti Tuhan ketika kenyataannya sendiri tidak mengetahuinya?
  29. Pada dasarnya seorang manusia beragama hanya untuk memuaskan hasratnya percaya pada hal tertentu yang lebih besar. Bukankah begitu?
  30. Bagaimana bisa kita menyuruh orang lain berbuat baik, sedangkan kita sendiri tidak pernah berbuat baik?
  31. Apakah kalian tega melihat saudara-saudara kita kelaparan di sana? Sedangkan kita di sini masih bisa makan enak.
  32. Bagaimana mungkin orang jahat seperti itu bisa mendapatkan surga? Di manakah letak keadilan, Tuhan?
  33. Bagaimana seseorang bisa maju ketika pemikirannya hanya cenderung pada hal ritualistik, seperti bagaimana cara kita berbuat baik?
  34. Bukankah kebaikan itu adalah hal yang absurd?
  35. Apakah harganya manusia ketika jumlahnya sudah terlalu banyak? Bukankah kita perlu membunuh mereka satu demi satu.
  36. Bukankah itu artinya kita harus mengurangi populasi dengan cara apapun agar akhirnya dapat terbentuk keseimbangan pemenuhan kebutuhan?
  37. Apa gunanya kita hidup apabila hanya merasakan buah penderitaan dari kehidupan ini? Ironi sekali.
  38. Satu-satunya hal yang bisa menggaransi kebahagiaan kita di dunia ini adalah kekayaan. Bukankah faktanya begitu?
  39. Mengapa kita harus saling menjaga kehidupan manusia lain apabila tujuan mereka hanya untuk menghancurkan kehidupan?
  40. Bukankah aneh masyarakat Indonesia yang katanya sangat toleransi, namun tidak mampu melihat tetangganya sendiri bahagia?
  41. Apakah benar agama sebuah bahan marketing yang digunakan untuk memanipulasi kebutuhan manusia akan kepercayaan?
  42. Mengapa kita mempercayai sesuatu yang lebih kuat meskipun pada kenyataannya mereka belum tentu ada?
  43. Bukankah hidup ini sangat percuma ketika akhirnya yang menanti adalah kematian dan kesendirian?
  44. Mengapa bunuh diri dianggap pecundang? Bukankah butuh keberanian untuk merasakan sakit luar biasa ketika menjalaninya.
  45. Apakah arti dari kegiatan politik jika hasilnya hanya menyengsarakan masyarakat tanpa kuasa?

  46. Bukankah percuma kita mengikuti pesta demokrasi apabila hasilnya hanya menipu diri sendiri setiap lima tahun?
  47. Apakah kita membutuhkan sebuah kerusakan terlebih dahulu agar bisa membangun negara lagi secara lebih adil?
  48. Apakah benar bahwa keadilan, kebenaran, dan kedamaian adalah hal fana karena mereka tidak dapat kita dapatkan sepenuhnya?
  49. Apa gunanya kita bekerja terlalu keras apabila harga sepetak rumah tetap tidak akan terbeli dengan gaji?
  50. Bukankah lebih baik untuk merebahkan diri dan menunggu mati agar penderitaan ini segera berakhir?
  51. Mengapa seorang manusia harus dituntut untuk menjalani kehidupannya sehingga bisa merasakan penderitaan lebih panjang?
  52. Bukankah memberikan akal terhadap manusia sangat absurd ketika hasilnya mereka bisa bermain retorika?
  53. Di mana urgensi manusia di bumi ini ketika hasil dari aktivitas mereka hanya kerusakan dan menyusutnya sumber daya?
  54. Bagaimana mungkin kamu bisa berbahagia apabila untuk bangun setiap pagi saja sudah menjadi perjuangan berat?
  55. Sampai kapan kamu akan membiarkan Billy hidup padahal dia sudah merampas kebahagiaanmu sebagai manusia?
  56. Tidakkah kebahagiaan itu merupakan hal fana pada saat manusia untuk mengukurnya saja kesulitan?
  57. Seperti apakah kebahagiaan itu, apakah dengan memiliki banyak uang, teman, kekuasaan, dan kekuatan?
  58. Siapakah nanti yang akan memimpin Indonesia ketika akhirnya khilafah berdiri, apakah nantinya akan ada pemilihan lagi?
  59. Bukankah sekarang orang suci sudah tidak ada lagi sehingga sistem kekhilafahan sama absurdnya dengan komunisme?
  60. Mungkinkah Tuhan yang kita kenal sekarang hanya sekedar representasi dari prima causa penyebab terjadinya dunia?
  61. Apakah retorika masih berguna ketika apa yang dibicarakan dapat membuat pembicaranya masuk penjara?
  62. Ketika manusia semakin licik dalam berpikir bukankah memilih mati adalah jalan paling mulia di mata Tuhan?
  63. Apakah salah mengakhiri kehidupan dengan alasan agar tidak membuat kekacauan dan dosa pada makhluk lainnya?
  64. Mengapa banyak orang menganggap kehidupan adalah sebuah nikmat padahal faktanya masih bisa merasakan derita?
  65. Lalu apakah intinya kebahagiaan itu ketika semuanya hanya dapat dinilai berdasarkan retorika belaka?

  66. Mengapa manusia takut mati? Apakah mereka takut dengan ketiadaan dan kehampaan? Bukankah kehampaan dan ketiadaan adalah sebuah kedamaian sejati yang sebenarnya kita dambakan.
  67. Jika kedamaian itu adalah sebuah kehampaan, apa artinya surga dan neraka dalam ajaran agama?
  68. Mengapa kita begitu mudahnya dijanjikan dengan sesuatu yang belum tentu ada nyatanya seperti surga dan neraka?
  69. Apakah kebutuhan spiritual manusia hanya pelarian mereka dari ketidakmampuan melakukan daya yang dikehendakinya?
  70. Apakah imajinasi dari otak ini adalah sesuatu yang harus diperdebatkan oleh otak manusia lainnya?
  71. Mengapa ketika seseorang terlalu mempertanyakan keberadaan pencipta selalu dianggap gila?
  72. Bukankah ini adalah dampak dari otak dan daya pikir yang diciptakan oleh sang pencipta tersebut?
  73. Lalu ketika ada larangan untuk mempertanyakan di mana keberadaan Tuhan bukankah itu menganulir karunianya?
  74. Mengapa saya harus menulis sebuah retorika panjang yang pada akhirnya tidak ada seorang pembaca?
  75. Di mana Tuhan saat sang makhluk ini membutuhkannya? Apakah hanya tersenyum dan melihat saja?
  76. Mengapa harus mencintai sesuatu? Karena nantinya akan terpisahkan baik atas alasan waktu atau lainnya.
  77. Apakah fungsinya akal ketika lebih banyak digunakan untuk menyakiti makhluk bernyawa lainnya?
  78. Ke mana kita setelah mati? Apakah pikiran ini akan berhenti begitu saja atau sudah ada kesengsaraan lain menanti?
  79. Jika bahagia itu tidak ada, apakah kesengsaraan adalah sebuah nikmat yang seharusnya dirasakan oleh manusia?
  80. Irelevansi tokoh politik sudah semakin tinggi, apakah ini artinya tindakan mereka hanya sekadar retorika belaka?
  81. Ketika bekerja keras tetap tidak membuahkan hasil apakah lebih baik kita berhenti saja dari kelelahan tersebut?

  82. Mengapa manusia tidak bisa saling mengerti satu sama lain dengan membiarkan orang lain menjalani kehidupannya?
  83. Apakah kita terlalu suka bergunjing ketika tidak menyadari lagi bahwa tindakan tersebut menjadi pemicu runtuhnya persaudaraan?
  84. Apakah perlu kita cepat menikah dan punya anak ketika dua hal tersebut justru menambah beban kehidupan?
  85. Apa salahnya untuk hidup sendiri dan menikmati kesendirian saat hal tersebut tidak menimbulkan kerugian bagi manusia lainnya?
  86. Mengapa sekarang manusia hidup terlalu lama bukankah ini hanya akan menghabiskan sumber daya?
  87. Apakah masih perlu kita mencoba berbahagia ketika fakta lapangan membuktikan hidup ini penuh kesengsaraan?

Nah, itulah 87 contoh kalimat retoris yang biasa digunakan sehari-hari, baik dalam pidato, orasi dan lain sebagainya. Semoga bermanfaat ya, detikers!




(edr/edr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads