Fakta Mengerikan di Balik Bunga Bermekaran di Antartika

Fakta Mengerikan di Balik Bunga Bermekaran di Antartika

Tim detikInet - detikSulsel
Minggu, 08 Okt 2023 20:30 WIB
Bunga di Antartika
Bunga bermekaran di Antartika. Foto: Twitter @QAreejQ
Jakarta -

Ilmuwan menyebut kemunculan bunga bermekaran di wilayah Antartika sebagai tanda bahaya. Kondisi itu menandakan suhu global telah meningkat dan es laut telah mencair.

Dilansir dari detikINET, para peneliti telah menemukan tanaman yang tumbuh jauh lebih cepat dan lebat di Antartika. Tumbuhnya bunga itu disebut bukan hal yang baik.

Benua Antartika merupakan wilayah yang sebagian besar tertutup salju dan es. Maka dari itu, tidak banyak ruang bagi tanaman untuk tumbuh.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui, hanya dua spesies tanaman berbunga asli Antartika. Adapun spesiesnya seperti Antarctic hair grass atau rumput rambut Antartika dan pearlwort atau lumut mutiara.

Sementara hanya ada 3 wilayah terbatas di Antartika yang bisa ditumbuhi tanaman seperti Kepulauan Orkney Selatan, Kepulauan Shetland Selatan, dan Semenanjung Antartika bagian barat. Namun, saat ini suhu global telah meningkat hingga menyebabkan es laut mencair.

ADVERTISEMENT

Sebenarnya masih ada sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman di kawasan tersebut. Namun, sudah jelas hal ini berkaitan dengan kenaikan suhu.

Menurut Discovering Antarctica, kawasan Antartika telah menghangat rata-rata lebih dari 3 derajat Celcius. Artinya es laut terus menyusut.

Selain itu, cuaca yang memanas juga dapat menyebabkan spesies invasif mengambil alih benua dan mengusir tanaman asli. Dampaknya yaitu menimbulkan efek domino dalam skala yang lebih besar, mengganggu keseimbangan lingkungan dan ekosistem setempat.

Penelitian Dampak Gelombang Panas di Antartika

Sebelumnya pada tahun 2022, ilmuwan di University of Insubria, Italia, telah merilis sebuah penelitian yang memperhitungkan populasi dua tumbuhan vaskular asli Antartika (yang memiliki jaringan pembuluh darah khusus untuk pengangkutan air, mineral, dan makanan) di Pulau Signy setempat antara tahun 2009 hingga 2019.

Berdasarkan hasil penelitiannya, ada dua tanaman yaitu rumput rambut Antartika (Deschampsia antarctica) dan lumut mutiara (Colobanthus quitensis), ditemukan telah mengalami letusan dalam jumlah yang banyak selama periode penelitian 10 tahun. Hal ini bahkan jauh lebih banyak dibandingkan dengan 50 tahun sebelumnya.

Timnya kemudian berhasil menghubungkan fenomena ini dengan kenaikan suhu udara yang mulai meningkat dengan cepat di Antartika pada musim panas tahun 2012. Selain itu, jumlah anjing laut berbulu juga berkurang dan penghuni yang diketahui menginjak-injak tanaman tersebut.

Mengutip dari Mashable, tren peningkatan suhu di Antartika jelas mengkhawatirkan, karena Antartika Timur mencatat gelombang panas paling parah hingga saat ini pada tahun 2022. Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa gelombang panas tersebut menjadi lebih hangat sekitar 2 derajat Celcius semata-mata. Hal ini disebabkan karena adanya pemanasan global dan dampak perubahan iklim.

Lebih lanjut, sebuah laporan mengklaim bahwa selama gelombang panas ini, para peneliti di wilayah tersebut bahkan dapat mengenakan celana pendek di lokasi. Lebih parahnya lagi, bahkan ada yang melepas atasannya untuk berjemur.

Adapun fakta mengerikan lainnya bahwa para ahli memperkirakan keadaan akan semakin memburuk. Hal ini lantaran gelombang panas di Antartika diperkirakan akan meningkat sekitar 5 atau 6 derajat Celcius pada akhir abad ini, sehingga dapat menjadi bencana besar bagi seluruh dunia.




(asm/asm)

Hide Ads