Produksi Bawang di Enrekang Terancam Turun 3% Imbas Kekeringan

Produksi Bawang di Enrekang Terancam Turun 3% Imbas Kekeringan

Rachmat Ariadi - detikSulsel
Kamis, 05 Okt 2023 16:15 WIB
Sungai Mata Allo Enrekang kekeringan imbas musim kemarau panjang.
Sungai Mata Allo Enrekang kekeringan imbas musim kemarau panjang. Foto: (Rachmat Ariadi/detikSulsel)
Enrekang -

Produksi bawang di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) terancam mengalami penurunan hingga 3 persen tahun ini. Situasi ini terjadi imbas mata air Sungai Mata Allo yang mengalami kekeringan dampak musim kemarau panjang.

"Dampak kekeringan ini sangat berpengaruh. Pasti produksi bawang kita akan turun, karena periode Agustus, September dan Oktober nanti ini sangat kurang petani menanam. Biasanya per tahun kita produksi itu 150 ribu ton, mungkin tahun ini akan turun 3 persen," kata Kepala Dinas Pertanian Enrekang Addi kepada detikSulsel, Kamis (5/10/2023).

Adi menambahkan kurangnya produksi bawang juga akan berpengaruh pada harga. Beberapa hari terakhir, harga bawang sudah mengalami kenaikan yang dulunya hanya Rp 12 ribu per kilogram, menjadi Rp 15 per kilogram.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Laporan kami baru-baru ini sudah ada tanda-tanda kenaikan, itu sudah Rp 15 ribu per kilogram di pasaran yang dulunya hanya Rp 12 kilogram. Ini diprediksi juga akan terus mengalami kenaikan," ujarnya.

Addi pun tidak bisa berbuat banyak atas dampak pengaruh kemarau panjang ini. Dia menyarankan petani bawang untuk sementara tidak melakukan penanaman bawang sebelum tersedianya air yang cukup untuk lahan pertanian.

ADVERTISEMENT

"Mau bagaimana lagi, kita tidak bisa apa-apa karena ini kan cuaca. Saya cuma menyarankan untuk tunda tidak menanam bawang dulu kalau tidak siap airnya. Karena kemarin ada beberapa petani nekat menanam tapi dalam 3 hari itu dia cabut lagi karena tidak ada air," terang Addi.

Sementara petani bawang Enrekang, Randi menuturkan dirinya kesulitan mendapatkan sumber air untuk kebutuhan pertanian. Apalagi sumber air untuk pertanian bawang kerap dipasok dari Sungai Mata Allo.

"Sudah kering semua tidak ada sumber mata air. Sungai Mata Allo itu tinggal batu-batunya (dasar sungai) yang kelihatan," kata Randi.

Randi mengungkapkan, Sungai Mata Allo yang mengaliri Kecamatan Buntu Batu, Baraka, Anggeraja, Alla, Curio, Malua dan Kecamatan Enrekang sudah mengering dalam kurun waktu 2 pekan terakhir. Menurutnya, dampak kemarau yang mengakibatkan kekeringan tahun ini merupakan terparah.

"Sepertinya ini terparah, karena sungai kita ini benar-benar sudah mengering. Kita sulit dapat air, karena sungai Mata Allo itu sumber utama kebutuhan air petani di sini khususnya Anggeraja," jelasnya.




(sar/hsr)

Hide Ads