Warga bernama Ratna (46) di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) digigit komodo saat sedang menjemur ikan di depan rumah. Ibu rumah tangga (IRT) itu digigit setelah komodo gagal mengejar kambing di sekitar lokasi kejadian.
Melansir dari detikBali, peristiwa itu terjadi di Pulau Rincam Taman Nasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Senin (2/10) sekitar pukul 15.00 Wita. Kala itu Ratna sedang menjemur ikan tepat di halaman rumahnya.
Diduga komodo itu awalnya mengejar seekor kambing, tetapi sang mangsa berhasil melarikan diri. Usai gagal mengejar mangsanya, komodo itu seketika menyerang Ratna yang berada di dekatnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Komodonya lagi kejar kambing dari arah kuburan. Setelah kambing luput dari kejarannya kebetulan ibu-ibu ini ada lagi rapi (jemur) ikan, dia langsung sambar tangan. Untung ibu cepat tarik tangannya tapi tangannya sudah tergigit," ujar keluarga korban, Sumardi.
Usai kejadian tersebut, Ratna dilarikan ke Rumah Sakit Siloam Labuan Bajo lantaran mengelamai pendarahan yang cukup parah. Sumardi menyebut ukuran komodo yang menggigit korban cukup besar. Diperkirakan panjang hewan tersebut sekitar 2 meter dengan tinggi 80 sentimeter.
Sumardi menuturkan, Ratna bisa saja meregang nyawa jika tak ditolong oleh sejumlah IRT lainnya yang berada di lokasi kejadian. Untung saja mereka sigap mengusir hewan buas tersebut.
"Ibu-ibu yang lain datang menolong agar komodo bisa melepas gigitannya. Untung ada ibu-ibu yang lain yang tolong. Andaikan tidak ada yang lain (datang menolong) mungkin ibunya juga bisa lebih parah begitu, bisa sampai kematian," ujarnya.
Akibat serangan komodo itu, Ratna mengalami luka gigitan di pergelangan tangan kirinya hingga mengalami pendarahan hebat. Pendarahan itu diduga akibat nadinya yang terputus setelah tergigit komodo.
"Mungkin nadinya terputus karena darahnya tidak bisa ditahan dari tadi. Darahnya keluar terus," terang Sumardi.
Lebih lanjut, Sumardi berharap Ratna bisa mendapatkan vaksin di Rumah Sakit Siloam. Hal ini guna mencegah bakteri berbahaya yang ada pada air liur komodo.
"Gigitan komodo yang kami takutkan bakterinya. Antisipasinya kemungkinan di sini ada vaksin," kata Sumardi.
Untuk diketahui, Ratna merupakan korban dari serangan komodo kedua pada tahun ini. Sebelumnya pada bulan Mei, ada seorang pegawai Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) yang ikut diserang oleh komodo.
Sementara dalam kurun waktu 49 tahun terakhir, sejak 1974 hingga 2023, telah tercatat sekitar 36 orang yang menjadi korban penyerangan komodo di Taman Nasional Komodo. Kemudian ada 5 orang yang tercatat meninggal dunia akibat serangan tersebut.
Korban pertama merupakan wisatawan asing asal Swiss, Baron Rudolf Reding von Biberegg, yang mendapat serangan pada tahun 1974. Kala itu ia sedang berkunjung ke Taman Nasional Komodo.
Tercatat dari 36 kasus serangan komodo, terdapat dua turis asing yang menjadi korban. Selain Baron, hal ini juga menimpa wisatawan asal Singapura pada tahun 2017.
Jumlah korban tertinggi merupakan warga lokal di Taman Nasional Komodo dan petugas BTNK. Di antaranya terdapat sembilan petugas BTNK yang menjadi korban serangan komodo.
(asm/sar)