Seorang mahasiswa baru (Maba) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) sempat bikin heboh karena disangka Haedar Nashir. Dalam sebuah foto, pria 61 tahun itu tampak mencolok duduk di tengah-tengah maba Unismuh Makassar lainnya.
Sosok maba tersebut diketahui bernama Mulyoto. Meski usianya tak lagi muda, Mulyoto masih memiliki semangat yang luar biasa untuk menuntut ilmu di bangku kuliah.
Dalam wawancaranya bersama detikSulsel, pria kelahiran Sragen, 8 September 1962 itu mengaku ingin berkuliah untuk memperdalam ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Mulyoto diketahui merupakan seorang aktivis agama yang kerap menyampaikan ceramah dalam berbagai kesempatan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kan biasa ceramah jadi sering-sering isi pengajian. Jadi kalau saya tambah ilmu lagi, lebih bagus lagi seperti itu dapat tambah ilmu," ujarnya kepada detikSulsel, Sabtu (23/9/2023).
Kampus Unismuh dipilih Mulyoto menjadi ladang menimba ilmu bukan tanpa alasan. Dia mengaku dirinya merupakan seorang kader Muhammadiyah dan memiliki keinginan untuk turut mewujudkan cita-cita Muhammadiyah.
"Saya dari SMA Muhammadiyah memang, di Sragen dulu," ujarnya.
"Apalagi (kuliah) di Muhammadiyah kan, supaya mendapat ilmu di Muhammadiyah, nanti kalau sudah sarjana S1 sama-sama melanjutkan cita-cita Muhammadiyah seperti itu," ungkapnya.
Mulyoto melanjutkan pendidikannya ke jenjang S1 bukan untuk mengejar gelar semata. Ia melanjutkan pendidikan di jenjang perkuliahan karena didorong hasrat untuk menuntut ilmu.
"Karena itu kan yang mendorong saya ya menuntut ilmu itu, itu saja mencari ilmu," ujar Mulyoto.
Tidak berhenti di sana, Mulyoto juga memiliki keinginan mulia untuk menjadi contoh kepada para pemuda. Menurutnya, melanjutkan kuliah juga bisa menjadikan seseorang sosok yang berguna bagi masyarakat.
"Supaya juga memberikan contoh yang sudah usia lanjut saja masih kuliah masih mencari ilmu, apalagi kalau yang muda seperti yang ada itu," ucapnya.
"Kedua supaya yang muda-muda itu tidak begitu nganggur nganggur di rumah ya, harus harus kuliah harus mengejar ilmu agar menjadi masyarakat yang berguna seperti itu, sebagai contoh lah," sambungnya.
Ambisi Mulyoto untuk berkuliah ini sebenarnya sudah menjadi keinginannya sejak lulus SMA. Sayangnya, begitu sudah menikah Mulyoto harus menjalankan peran sebagai seorang Ayah dan mendahulukan pendidikan anak-anaknya.
"Sudah terpikir itu semenjak lulus SMA itu. Begitu sudah nikah, berhubung anak-anak saya kuliah semua toh. Jadi saya biar anak saya kuliah semua dulu, baru setelah itu saya. Karena kalau saya kuliah lagi, saya tidak bisa membina anak, tidak bisa mendidik anak jadi waktunya tersisa untuk belajar," jelasnya.
Keputusan yang diambil Mulyoto itu ternyata tak sia-sia. Ayah dari 3 orang anak itu akhirnya sukses mengantarkan putra putrinya menjadi pelajar yang berprestasi bahkan kerap kali mendapatkan beasiswa.
"Alhamdulillah setelah saya nggak kuliah itu saya mendidik anak, anak anak saya alhamdulilah berprestasi semua sering mendapat beasiswa," ujarnya.
Mulyoto memastikan anak-anaknya terdidik dengan baik terlebih dahulu. Setelah itu, barulah ia mendaftar untuk menempuh pendidikan di jenjang perkuliahan agar bisa menimba ilmu lebih banyak lagi.
Ketika hendak mendaftar di kampus Unismuh, Mulyoto mengungkapkan para staf yang melayaninya sempat dibuat terkejut. Mereka mengira Mulyoto adalah mahasiswa yang akan melanjutkan jenjang pendidikan ke program doktor atau S3.
"Saya mendaftar ke sana, saya kirain sudah sampai mau lanjut S3, terus dia bilang mana ijazahnya yang S1, saya bilang saya baru mau kuliah, wah betul? iya mau kuliah ini mau daftar," ungkap Mulyoto.
"Terus di daftar saya, terus ditanya di mana ijazahnya SMA-nya, saya bawa foto copy ijazah kan, oh bilang dari SMA Muhammadiyah? Betul, jadi mau kuliah?," jelasnya.
(urw/alk)