AS Kirim Amunisi Uranium Kontroversial ke Ukraina Sebelum Akhir Tahun

Internasional

AS Kirim Amunisi Uranium Kontroversial ke Ukraina Sebelum Akhir Tahun

Tim detikNews - detikSulsel
Kamis, 07 Sep 2023 23:00 WIB
Members of the U.S. 2nd Battalion, 7th Infantry Regiment, 1st Brigade Combat Team, 3rd Infantry Division get ammunition to the Abrams tank during an exercise at Mielno range near Drawsko-Pomorskie April 16, 2015. REUTERS/Kacper Pempel
Foto: REUTERS/Kacper Pempel
Makassar -

Pemerintah Amerika Serikat (AS) akan mengirimkan amunisi uranium penembus kendaraan lapis baja ke Ukraina untuk pertama kalinya. Amunisi ini sebagai bagian dari bantuan militer dan kemanusiaan senilai lebih dari US$ 1 miliar.

Melansir detikNews yang mengutip AFP, amunisi uranium ini menimbulkan kontroversi. Peluru 120mm itu masuk dalam perlengkapan militer senilai US$ 175 juta untuk Kyiv yang akan diambil dari persediaan AS.

Amunisi ini akan ditembakkan oleh tank M1 Abrams. Diperkirakan amunisi akan dikirimkan ke Ukraina sebelum akhir tahun ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Diketahui, amunisi berbahan uranium ini menjadi kontroversi karena dapat berdampak pada kesehatan seperti kanker dan cacat lahir di wilayah amunisi tersebut digunakan dalam konflik di masa lalu. Walaupun hingga saat ini asumsi tersebut belum dikonfirmasi kebenarannya.

Amunisi senjata uranium ini merupakan salah satu dari persenjataan militer di banyak negara, termasuk Amerika Serikat dan Rusia. Penggunaannya tidak dilarang berdasarkan hukum internasional.

ADVERTISEMENT

Senjata uranium terdeplesi ini ideal untuk digunakan dalam amunisi yang dirancang untuk menargetkan tank-tank lapis baja. Walaupun bersifat radioaktif, tetapi kandungannya lebih sedikit dibandingkan dengan uranium yang dihasilkan secara alami. Namun partikel-partikelnya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Sementara itu, Pemerintah Inggris juga memaparkan bahwa mereka akan memberi Kyiv amunisi penembus lapis baja awal tahun ini. Mendengar hal tersebut Presiden Rusia Vladimir Putin mengancam akan mulai menggunakannya di Ukraina.




(asm/hsr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads