Sebanyak 3.728 hektare sawah yang ditanami di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan (Sulsel) dilanda kekeringan. Sementara 210 hektare padi di antaranya terancam gagal panen.
"Ada 3.728 hektare yang kekeringan, sementara yang terancam 210 hektare," ungkap Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Kabupaten Pinrang Andi Tjalo Kerrang kepada detikSulsel, Kamis (24/8/2023).
Tjalo menuturkan lokasi padi yang terancam gagal panen tersebut tersebar di beberapa kecamatan. Antara lain Kecamatan Duampanua, Kecamatan Patampanua, Kecamatan Batu Lappa, dan Kecamatan Cempa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini terancam karena memang sudah tidak ada air yang bisa mereka pompa," ujarnya.
Sementara Kabid Irigasi Pedesaan Dinas PSDA Pinrang Husni Nakka mengakui debit air di Bendungan Benteng jauh berkurang. Saat ini kondisinya berkurang sampai 50 persen.
"Ini kondisi debit air sekarang yang ada di Bendungan Benteng sangat berkurang, kurang lebih 50 persen sekarang porsinya yang berkurang," jelasnya.
Dengan debit air yang berkurang karena kekeringan ini, maka air irigasi pun menjadi terbatas dan tidak bisa sampai ke ujung saluran irigasi. Pemkab pun telah melakukan rapat koordinasi membahas kondisi kekeringan ini.
"Jadi, di daerah saluran itu memang agak kewalahan sekarang karena memang debit air di bendungan sangat berkurang sekarang, itu yang jadi kendala," paparnya.
Saat ditanya lokasi terjadinya kekeringan akibat air irigasi yang tak sampai, dia mengaku belum mengetahui secara detail. Namun dia memberikan gambaran, hampir di semua lahan pertanian saat ini mengalami kesulitan air.
"Memang debit air yang ada di Bendungan Benteng itu sangat minim jadi ujung ujung saluran itu agak kewalahan, termasuk di Suppa, Langnga, Punnia. Pemda agak kebingungan menghadapi masalah ini makanya bapak bupati menindaklanjuti langsung jadi semua stakeholder terkait," jelasnya.
Sementara salah seorang petani bernama Ismail mengeluhkan kondisi tersebut. Situasi itu membuat padi terancam gagal panen jika tidak kunjung mendapat air.
"Kami sebagai petani keluhkan karena kami lihat air irigasi ada tetapi tidak sampai ke sawah kami. Ini padi kami kalau 2 hari ini tak dapat air pasti gagal panen," ungkap Ismail.
Ismail menyampaikan kondisi kekeringan ini terjadi di Desa Mangki, Kecamatan Cempa, Kabupaten Pinrang. Dia menyebut ada sekitar 100 hektare lahan sawah petani yang saat ini kekeringan.
"Sekitar 100 hektare lahan yang kekeringan saat ini di sini," paparnya.
Dia mengaku sudah pernah mengeluhkan kondisi kekeringan tersebut dan ditemui Ketua DPRD Pinrang, Muhtadin. Namun sampai saat ini tidak ada solusi yang diberikan.
"Kami sebelumnya juga pernah dijanji bahwa akan turun untuk musyawarah tapi saat saya ke sawah kemarin, sudah setengah mati, sudah kering sekali. Kami sudah meminta arahan dari DPRD sampai sekarang airnya masih tetap begitu," kesalnya.
Ismail pun menilai bahwa Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Pinrang juga tak becus mengurus pembagian air di irigasi. Air irigasi hanya dinikmati kalangan terbatas saja.
"PSDA sempat turun namun nampaknya tidak tepat sasaran. Ada air tetapi dinikmati terbatas. Kami mau turun takut berkonflik sesama warga," jelasnya.
(sar/asm)