Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy bakal mengusulkan pembangunan lumbung pangan di Puncak, Papua Tengah. Rencana ini sebagai tindak lanjut penanganan bencana kekeringan di wilayah tersebut.
Muhadjir mengatakan usulan tersebut akan disampaikan kepada Presiden Joko Widodo. Lumbung pangan akan dibangun di Distrik Agandugume yang juga merupakan wilayah terdampak.
"Antara lain yang akan kami usulkan ke Bapak Presiden, kita akan membangun semacam lumbung pangan di Distrik Agandugume di dekat bandara," ungkap Muhadjir dalam keterangannya, Rabu (2/8/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Muhadjir melanjutkan lumbung pangan itu berfungsi menyimpan pasokan makanan untuk warga. Sehingga ketika musim kemarau tiba, warga tidak perlu khawatir kekurangan stok pangan.
"Sehingga kita bisa antisipasi sebelum bulan Mei kalau bisa sudah ada stok bahan makanan yang disuplai dari BNPB maupun Kementerian Sosial. Sehingga ketika terjadi bencana yang sifatnya periodik ini bisa otomatis bisa teratasi," tambahnya.
Dia melanjutkan saat ini pemerintah juga sudah mengirimkan bantuan makanan dan peralatan ke wilayah terdampak cuaca ekstrem. Muhadjir didampingi Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto turun menyerahkan bantuan di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah, Rabu (2/8).
Bantuan logistik itu berupa beras 50 ton, makanan siap saji 10.000 pouch, rendang kemasan 3.000 pouch, susu protein 3.000 pouch dan sembako 3.000 paket. Kemudian untuk peralatan meliputi tenda gulung 2.000 buah, selimut 10.000 buah, matras 2.000 buah, kasur lipat 2.000 buah, pakaian anak 2.000 buah, pakaian dewasa 2.000 buah, tenda pengungsi 4 unit, genset listrik 20 unit dan motor trail 3 unit.
Muhadjir menambahkan juga memastikan pelayanan kesehatan terhadap warga. Muhadjir berharap dapat melihat langsung bagaimana pelayanannya, namun kembali lagi bahwa cuaca menjadi kendala utama.
"Di sana sudah ada puskesmas. Tetapi memang kita belum tahu. Kami sebenarnya juga ingin cek bagaimana pelayanan kesehatannya, namun masih terkendala cuaca," kata Muhadjir.
Muhadjir menambahkan pengiriman bantuan logistik juga terkendala medan yang berat. Pasalnya Distrik Agandugume berada di perbukitan dengan ketinggian mencapai 914 mdpl, sehingga hal itu dapat membahayakan penerbangan.
"Kendalanya cuaca. Ada masalah kendala cuaca. Karena bandara Distrik Agandugume ini berada di atas ketinggian 3.000 kaki (914 mdpl)," imbuhnya.
Muhadjir kemudian menyinggung mengenai bencana kekeringan dan cuaca dingin ekstrem di Puncak, Papua Tengah. Menurutnya hal itu merupakan fenomena tahunan yang biasa terjadi mulai bulan Mei, Juni hingga Juli.
Fenomena ini menurut Muhadjir ditandai dengan adanya hujan es disertai kabut es yang menyebabkan tanaman dan umbi-umbian membusuk sehingga tidak layak konsumsi. Di samping itu, udara kering juga membuat tanaman tidak dapat tumbuh sempurna.
Berdasarkan data yang dihimpun, ada sebanyak 7.500 jiwa yang terdampak bencana kekeringan dan cuaca dingin ekstrem, di mana fenomena yang terjadi sejak bulan Juni 2023 itu telah menyebabkan 6 orang meninggal dunia.
"Ini kan sebenarnya sudah terjadi secara periodik. Hampir peristiwa tahunan mulai dari Mei, Juni dan Juli. Itu dimulai dengan datangnya hujan es dan kabut es. Kabut es ini yang lebih mematikan. Jadi tumbuhan dan umbi-umbian ini membusuk dan kemudian diikuti dengan udara kering. Dan pada saat udara kering ini tidak ada tanaman yang tumbuh," urai Muhadjir.
Sementara Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menambahkan pengiriman bantuan dikirim ke Distrik Agandugume. Alasannya, titik tersebut menjadi lokasi terdekat dengan wilayah terdampak paling parah.
"Karena (Distrik Agandugume) itu yang lebih dekat. Walaupun setiap hari hanya bisa satu sortie (penerbangan) tergantung cuaca. Dan itu sekali angkut ada 900 kilogram," jelas Suharyanto.
Suharyanto mengatakan pihaknya berkomitmen untuk membantu warga terdampak, baik dari logistik dan peralatan hingga pendistribusiannya. Dia meyakinkan masyarakat yang terdampak bahwa seluruh kebutuhan logistik akan dipenuhi.
"Dukungan Ini akan dilakukan terus menerus. BNPB selama masa tanggap darurat ini akan membantu baik logistiknya maupun pengangkutannya," kata Suharyanto.
6 Warga di Puncak Meninggal
Diketahui 6 warga di Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi di Kabupaten Puncak, Papua Tengah meninggal dunia gegara kemarau panjang. Musim kemarau yang menyebabkan kekeringan itu juga membuat warga terancam kelaparan.
"Bencana kekeringan telah menimbulkan korban jiwa sebanyak 6 orang dan kelaparan bagi masyarakat di daerah terdampak," kata Bupati Puncak Willem Wandik dalam keterangannya, Jumat (27/7).
Pemkab Puncak telah menetapkan status tanggap darurat di dua distrik yang terdampak tersebut. Status itu berlaku sejak 7 Juni hingga 7 Agustus mendatang.
"Selama dilanda cuaca ekstrem, tidak ada hujan, tanaman rusak dan busuk, bahkan wabah diare akan menyerang anak serta balita," jelasnya.
(sar/ata)