Sebanyak 7.000 warga dari Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi di Kabupaten Puncak, Papua Tengah memilih mengungsi akibat kemarau panjang. Kemarau yang terjadi sejak Mei hingga saat ini membuat warga terancam kelaparan.
Bupati Puncak Willem Wandik mengatakan kemarau panjang di wilayah tersebut membuat lahan pertanian milik warga rusak dan tidak bisa ditanami. Bahkan sayur-sayuran yang telah ditanam rusak dan busuk.
"Kalau mereka bertahan di situ bisa kelaparan, bisa penyakitan karena dampak dari itu (kemarau)," ujar Willem Wandik di Kota Jayapura, Papua, Senin (24/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kondisi tersebut membuat warga dari dua distrik tersebut memilih untuk mengungsi ke daerah-daerah terdekat. Seperti di Distrik Sinak atau ke Nabire, Timika, dan Ilaga.
"Tapi mereka langsung keluar ke Sinak, Ilaga, Timika, Nabire. Jadi dampak manusianya tidak terlalu. Kalau mereka semua tinggal di sana, wah selesai lah kita," kata Willem.
Selain kelaparan, lanjut Willem, warga juga dikhawatirkan dapat terkena penyakit seperti diare. Sebab sayuran yang ditanam menjadi rusak karena embun salju yang turun setiap pagi.
"Karena semua makanan, sayur-sayuran semua kena oleh embun es salju itu. Kalau mereka makan itu pengaruhnya ke perut, buang-buang air dan akhirnya bisa berdampak sampai dengan luar biasa," imbuhnya.
Saat ini Pemerintah Kabupaten Puncak telah menetapkan status tanggap darurat. Bantuan bagi masyarakat pun juga telah disiapkan oleh pemerintah.
"Tadi kami dari pemerintah sudah menyalurkan bantuan makanan ke Distrik Sinak. Nanti masyarakat turun ambil baru nanti mereka bawa naik," lanjutnya.
Willem menambahkan alasan Distrik Sinak dipilih untuk menjadi tempat penyaluran bantuan adalah karena masalah transportasi. Sebab, saat ini tidak ada pesawat yang mau terbang ke Distrik Agandugume.
Menurut Willem kasus penyanderaan pilot Susi Air oleh kelompok kriminal bersenjata (KKB) menjadi alasan maskapai takut menuju ke distrik tersebut. Belum lagi dengan kejadian penembakan pesawat yang belakangan ini terjadi.
"Nah sehingga daerah ini menjadi pilot maupun maskapai bahkan juga kami semua jadi trauma dengan hal itu," tandasnya.
(hsr/hsr)