Jembatan gantung di Desa Tauro, Kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara terputus. Siswa hingga warga setempat terpaksa menggunakan perahu untuk menyeberang.
"Setengah mati, jadi kita upayakan dengan satu bodi (perahu) untuk menyeberangkan anak-anak sekolah dan sekaligus masyarakat. Itu gratis, tidak bayar," ucap Kepala Desa Tauro, Sem Bogus kepada detikcom, Sabtu (22/7/2023).
Jembatan sepanjang 80 meter itu tiba-tiba ambruk pada Minggu (16/7) sekitar pukul 17.00 WIT saat kondisi cuaca normal. Namun ketika jembatan putus, terdapat dua orang warga sedang duduk memancing ikan di atas jembatan dan enam warga lainnya yang sedang melintas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekitar enam orang, dorang (mereka) lewat langsung (jembatan) putus. Kalau yang duduk mancing ada dua orang. Korban hanya mengalami luka ringan," tutur Sem.
Sem menyebut, jembatan yang menghubungkan RT 01 dan RT 02 hingga 07 itu menjadi akses utama warga. Sebab, tujuh RT di desa pesisir itu dipisahkan sungai.
"Jadi masyarakat semua lewat situ. Karena saya punya RT ini terpisah-pisah. Mau kunjungi keluarga atau apa, semua lewat situ (jembatan), di atas sungai Tauro itu," ujar Sem.
Sem mengatakan, jembatan itu dibangun pada tahun 2018 dan mulai digunakan oleh masyarakat pada 2020. Sumber anggarannya dari dana desa dengan tiga tahap penganggaran.
"Rinciannya, tahap I Rp 503.172.000, tahap II Rp 499.300.000, dan tahap III Rp 122.399.000. Jadi total semua Rp 1.074.811.00," terang Sem.
Dahulu lanjut Sem, sebelum jembatan dibangun warga kerap menerobos sungai ketika air surut. Namun seorang siswa SD sempat terseret arus sungai hingga meninggal. Dari situ pemdes pun berinisiatif membangun jembatan gantung.
"Dulu warga biasa terobos saja itu sungai kalau air lagi meti (surut). Tapi karena pernah ada kejadian anak SD nekat terobos itu sungai, akhirnya terbawa arus dan meninggal. Dari situ akhirnya pemerintah desa berinisiatif bangun jembatan itu," ujarnya.
(ata/asm)