Bakal calon presiden (Bacapres) Ganjar Pranowo, Anies Rasyid Baswedan dan Prabowo Subianto menyampaikan gagasannya dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVI Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Gagasan yang disampaikan salah satunya terkait pendidikan.
Gagasan itu disampaikan Ganjar, Anies dan Prabowo saat mengisi sesi diskusi panel di Rakernas XVI Apeksi di Upperhills Convention Hall, Makassar, Kamis (13/7/2023). Ketiganya membahas mulai dari pelayanan hingga pemerataan pendidikan.
Dirangkum detikSulsel, Jumat (14/7/2023), berikut gagasan Ganjar, Anies dan Prabowo soal pendidikan di Indonesia:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ganjar Soroti Normalisasi Pungli
Dalam pemaparannya, Ganjar Pranowo awalnya menceritakan situasi pendidikan yang terjadi di Indonesia saat ini. Ia melihat adanya normalisasi pungutan liar (pungli) di dunia pendidikan.
"Saya kaget sekali, kemarin saya datang ke salah satu kabupaten di Rembang, saya dialog dengan siswa. Dalam dunia pendidikan kita, ada saja perilaku yang katanya itu biasa. Apa? Pungli," ujar Ganjar.
"Dalam sebuah dialog saya sampaikan sekolah di mana? SMA? Negeri? Bayar nggak sekolahnya? 'Nggak Pak. Nggak bayar kami Pak'. Tapi kalau seragam bayar? 'Ohiya, kalau seragam musti beli'. Tapi SPP nggak bayar kan? 'Nggak Pak'. Uang gedung? 'Nggak ada Pak'. Kamu? 'Nggak ada Pak'. Kamu? 'Ada Pak'. Apa? 'Uang gedung Pak," lanjut Ganjar.
Hal itu lantas membuat Ganjar heran dengan adanya biaya yang dikeluarkan oleh orang tua siswa. Pasalnya ia selaku Gubernur Jawa Tengah mengaku sudah mengalokasikan anggaran Rp 800 miliar agar seluruh siswa dapat sekolah tanpa dipungut biaya.
"Oh jangan ngomong, SMA, SMK sudah saya bebasin loh. Rp 800 miliar saya berikan agar kalian sekolah nggak usah bayar. Bertahun-tahun keputusan ini kita berikan, apakah kemudian kawan-kawan kita melakukan itu? Jawabannya tidak semua," katanya.
Ganjar pun menyampaikan bahwa hal yang diinginkan masyarakat adalah transparansi dan akuntabilitas dengan memberikan informasi yang benar dan terbuka.
"Yang diminta masyarakat kemudian apa? Saya hanya minta dua Pak, pemerintahnya bersih dan melayani. Melayani ternyata, mereka pengen diterjemahkan dalam bentuk, satu transparansi, yang kedua adalah akuntabilitas, silakan cek, benar apa enggak," tuturnya.
Anies Bahas Sentralisasi Pendidikan
Sementara, Anies Baswedan menilai kualitas pendidikan menjadi salah satu kunci untuk memajukan Indonesia dengan baik dan cepat. Ia pun membahas sentralisasi pendidikan yang terjadi di pulau Jawa.
"Salah satu faktor yang membuat kawasan perkotaan itu bergerak lebih cepat adalah ketika kualitas pendidikan dan kualitas manusia di daerah itu makin hari makin baik," kata Anies.
Anies melihat pendidikan di Indonesia saat ini belum cukup merata. Seperti perguruan tinggi yang hanya dipusatkan di pulau Jawa.
"Kita melihat pemerataan perguruan tinggi kurang. Perguruan tinggi ini tersentralkan di Jawa. Apalagi di Jawa bagian barat. Di Jawa Barat itu ada 388 perguruan tinggi, di Jakarta saja 276, di Jawa Tengah 250, di Jawa Timur 341. Ini menyedot talent dari seluruh Indonesia," katanya.
Dia pun menilai dengan kondisi itu maka potensi mahasiswa merantau untuk menempuh pendidikan menjadi besar. Sehingga, hal ini menurutnya menjadi sesuatu yang penting untuk diperhatikan.
"Untuk dapat pendidikan tinggi tersedot, sekali mereka tersedot jauh dari kotanya, dari wilayah asalnya, potensi kembali itu jauh lebih rendah. Karena itu, kami melihat itu penting," tambahnya.
Prabowo Singgung Investasi Pendidikan
Prabowo Subianto mengatakan investasi perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dia menilai Indonesia kekurangan tenaga-tenaga ahli.
"Pendidikan harus kita tingkatkan dan semua ini perlu investasi yang besar," kata Prabowo.
"Kita sekarang kurang dokter-dokter spesialis, saudara wali kota mungkin sudah mengerti di kota kalian berapa spesialis jantung bisa pasang kateter, bisa pasang spen beberapa ahli onkologi, ahli kanker yang bisa obati leukimia, berapa alat-alat yang bisa dioperasikan di kota kalian dan sebagainya saudara yang lebih tahu," tuturnya.
Prabowo mengatakan masalah pendidikan ini harus dilihat dari akar masalahnya. Ia lalu menyebut hal itu bisa diselesaikan dengan melakukan pendekatan integral-komprehensif.
"Kalau di desa ada tenaga kerja yang tidak dapat pekerjaan dia akan lari ke kota. Kalau di kota tidak ada pekerjaan dia akan lari ke ibukota provinsi. Jadi pendekatan kita harus integral-komprehensif," ujarnya.
"Lihat sumber masalahnya, sumber masalahnya kita sudah mengerti, kita perlu meningkatkan penghasilan kita, supaya gaji-gaji bisa naik, supaya banyak lapangan kerja, supaya pendidikan harus berhasil," jelasnya.
Prabowo juga menyampaikan pentingnya memprioritaskan program pendidikan dini. Prabowo mengaku bertedak memberikan bantuan terhadap siswa.
"Di program pendidikan kita harus mengintensifkan pendidikan di tingkat paling depan yaitu di Taman Kanak-Kanak istilahnya mungkin usia dini, PAUD dan SD kemudian di sekolah-sekolah kejuruan, sekolah-sekolah vokasi, ini harus kita intensifkan, kita berdayakan BLK-BLK," ujarnya.
(asm/asm)