Sosiolog Soroti Anak di Bukittinggi Bertahun-tahun Jadi Korban Inses Ibu

Sumatera Barat

Sosiolog Soroti Anak di Bukittinggi Bertahun-tahun Jadi Korban Inses Ibu

Tim detikSumut - detikSulsel
Sabtu, 24 Jun 2023 16:42 WIB
Ilustrasi Fokus Inses Sulsel (Andhika Akbarayansyah/detikcom)
Foto: Ilustrasi Fokus Inses Sulsel (Andhika Akbarayansyah/detikcom)
Bukittinggi -

Sosiolog Universitas Negeri Padang (UNP) Erianjoni menyoroti kasus inses ibu dan anak di Bukittinggi yang disampaikan oleh Wali Kota Erman Safar. Dia menyebut inses ibu dan anak sebenarnya adalah fenomena yang langka.

"Kejadian yang di Bukittinggi adalah termasuk yang langka untuk konteks Sumbar," ujar Erianjoni seperti dikutip dari detikSumut, Jumat (23/6/2023).

Erianjoni mengatakan kasus inses umumnya melibatkan ayah dan anak gadisnya. Oleh sebab itulah kasus inses di Bukittinggi dapat dikategorikan fenomena langka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Karena (inses) antara ibu dan anak laki-laki dan itu telah berlangsung tahunan," ujar Erianjoni.

Erianjoni menyinggung kasus inses ibu dan anak di Bukittinggi ini menambah daftar atau varian kasus-kasus penyimpangan seksual.

ADVERTISEMENT

"Ini gejala sosial yang sangat ironi di tengah banyaknya berbagai varian masalah penyimpangan seksual di Ranah Minang saat ini," kata Erianjoni.

3 Faktor Penyebab Inses

Erianjoni juga menyampaikan 3 penyebab terjadinya inses ibu dan anak di Bukittinggi. Pertama, inses bisa disebabkan persoalan hiperseks, yakni hasrat seksual si ibu yang tinggi dan tidak puas oleh si ayah.

"Hasrat seksual si ibu bisa saja tergolong hiperseks, sehingga ketidakpuasan oleh si ayah sehingga anak menjadi sasaran untuk pemuas," katanya.

Lebih lanjut Erianjoni menyinggung faktor kedua adalah karena kohesi sosial yang salah. Terkadang kedekatan yang berlebihan menyebabkan hilangnya sekat sosial yang membatasi hubungan tersebut.

Kemudian untuk faktor yang ketiga adalah disebabkan adanya disfungsi peran ayah dalam menjalankan fungsi proteksi. Sang ayah seharusnya memberi perlindungan anggota keluarganya dari berbagai problem hidup.

"Dari relasi sosial yang salah itu atau hubungan sosial yang terlarang tersebut lama kelamaan berbentuk dalam hubungan simbiotik atau saling membutuhkan antara ibu, yang butuh kepuasan seksual dan anak yang butuh kasih sayang dan uang untuk pemenuhan gaya hidup,"kata dia.




(hmw/ata)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads