Pemkab Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatat angka stunting pada anak mencapai 2.898 kasus pada 2022. Angka tersebut relatif turun dibandingkan tahun sebelumnya, namun Dinas Kesehatan (Dinkes) Enrekang meminta untuk tetap waspada.
"Data terakhir kami itu 2022 dengan persentase 19,45% atau 2.898 anak stunting. Kalau data kasus 2023 belum masuk, semoga berkurang," kata Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Enrekang, dr Sri Siswaty Zaenal kepada detikSulsel, Rabu (21/6/2023).
Sri mengungkapkan, angka stunting di Enrekang setiap tahunnya mengalami penurunan secara perlahan. Dimulai pada tahun 2019 dengan persentase 28,5% atau 3.000 anak, tahun 2020 23,3%, tahun 2021 21,5% dan tahun 2022 19,45%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, Sri mengatakan pihaknya tetap mewaspadai banyaknya anak stunting di Enrekang. Menurutnya angka tersebut relatif masih cukup tinggi.
"Setiap tahunnya angka stunting di Enrekang terus mengalami penurunan secara perlahan. Tapi kita tidak boleh lengah juga, karena resiko stunting di Enrekang masih tinggi, ini berbahaya dan mengancam generasi kita di Enrekang nantinya," ungkapnya.
![]() |
Menurut Sri, stunting pada anak terjadi dipengaruhi kekurangan gizi terhadap ibu hamil dan pemenuhan gizi terhadap bayi yang baru dilahirkan di masa pertumbuhan 0-2 tahun. Anak yang mengalami stunting kata dia, akan mempengaruhi tumbuh kembang dan kecerdasan kognitif pada anak.
"Jadi stunting ini bisa diterima anak saat dalam kandungan karena ibunya kurang gizi, biasanya ukuran bayi stunting ukuran panjang tubuhnya kurang dari 48 cm. Tapi bisa juga ukuran tubuh bayi lahir normal, tapi saat masa pertumbuhan 0-2 tahun anaknya tidak diberi gizi yang baik itu bisa terkena resiko stunting. Ini akan berpengaruh tumbuh kembang anak dan kecerdasannya, makanya saya bilang stunting ini bisa mengancam generasi Enrekang," ucapnya.
Koordinator Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinkes Enrekang, Hasiyah Susanti mengutarakan, anak yang mengalami stunting tidak bisa disembuhkan secara total, namun masih bisa diintervensi. Sehingga dirinya menyarankan kepada ibu hamil atau baru saja melahirkan agar sesering mungkin melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan (faskes) terdekat.
"Belum ada penelitian kalau anak stunting ini bisa sembuh, tetapi bisa diintervensi dengan dua cara yakni, intervensi spesifik dan sensitif. Spesifik itu pemeriksaan kesehatan ibu hamil dan kontribusinya dalam pencegahan stunting hanya 30 persen, spesifik pemeriksaan kehamilan, kalau semakin dini kami temukan resiko semakin cepat kami tangani, kalau sensitif itu memperbaiki gizi anak," ujarnya.
(ata/hsr)