Wabah virus Africa Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika meluas di 5 kabupaten di Sulawesi Selatan (Sulsel). Sebanyak 50.000 ekor babi dilaporkan mati usai terjangkit virus ASF.
"Data terakhir kurang lebih 50.000 babi terinfeksi ASF di Sulsel, beberapa daerah itu sudah masuk zona merah," kata Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sulsel drh Sriyanti Haruni kepada detikSulsel, Senin (12/6/2023).
Sriyanti mengungkapkan, lima wilayah penularan virus ASF tersebut tertinggi di Kabupaten Gowa dengan 25.000 ekor babi terjangkit. Selain itu di Tana Toraja 500 ekor, Toraja Utara 5.000 ekor, Luwu Utara 5.000 kasus dan Luwu Timur 15.000 ekor babi terpapar virus ASF.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yang masuk zona merah itu Kabupaten Gowa, Tana Toraja, Toraja Utara, Luwu Utara, dan Luwu Timur. 5 daerah ini sangat tinggi penyebarannya," ungkapnya.
Dia menegaskan pemerintah saat ini belum menemukan vaksin untuk virus ASF. Menurutnya flu babi Afrika ini tergolong cepat penyebarannya sehingga langkah terbaik untuk babi terpapar virus ASF adalah harus dimusnahkan.
"Belum ada vaksinnya, bahkan di seluruh dunia belum ditemukan. Memang sulit karena tidak seperti PMK bisa diobati. Makanya kami sangat tekankan itu saat babi sudah sudah positif ASF itu harus dimusnahkan agar tidak menulari babi yang lain," ujar Sriyanti.
Sriyanti menambahkan, pihaknya juga telah mengeluarkan surat edaran ke semua daerah di Sulsel untuk mengantisipasi penyebaran virus ini. Salah satunya menutup lintas ternak babi masuk maupun keluar daerah.
Namun dia mengaku masih peternak nakal yang masih mendistribusikan babi khususnya di wilayah terpapar virus ASF. Hal ini terjadi karena kurangnya pengawasan di daerah.
"Kami sudah buat surat edaran, salah satu pencegahannya itu larangan masuk keluar ternak babi di daerah. Makanya kami sangat minta aparat kepolisian ikut dalam operasi ini, karena memang masih banyak peternak yang berani membawa babi dari luar daerah, contohnya di kasus di Toraja kemarin," jelas Sriyanti.
Diberitakan sebelumnya, 5.000 ekor babi di Toraja Utara mati diserang virus ASF. Akibatnya, Pemkab Torut mulai kewalahan mencegah penyebarannya lantaran belum ada vaksin.
"Hari ini sudah tembus 5.000 babi yang mati di Toraja Utara, setiap hari itu selalu bertambah," kata Kepala Dinas Peternakan Toraja Utara Lukas Pasarai, Senin (12/6).
Pihaknya pun mulai kewalahan meminimalisir penyebarannya. Apalagi virus ASF tersebut belum ada vaksinnya.
"Kami mulai kewalahan karena kasus setiap harinya bertambah banyak. Ini virus cepat sekali menyebar dan masih belum ada vaksinnya, jadi kami hanya melakukan pencegahan terus," jelasnya.
(sar/nvl)