Warga di Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), Sulawesi Tenggara (Sultra) mengeluhkan sumber mata air mereka tercemar diduga akibat aktivitas pertambangan. Kondisi air tersebut bahkan berlumpur sejak sebulan terakhir.
"Airnya itu masih keruh berlumpur sejak 9 Mei lalu, ya sudah sebulan lah sampai hari ini," kata warga inisial TI kepada detikcom, Jumat (9/6/2023).
Kondisi itu terjadi di Desa Dompo-dompo dan Sukarela Jaya, Kecamatan Wawonii Tenggara. Warga sekitar awalnya memutus saluran pipa air tersebut karena berlumpur. Namun saat kembali dibuka pada Kamis (8/6) malam, kondisinya ternyata masih sama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Memang beberapa hari lalu di atas (sumber) diputuskan (pipa). Dan tadi malam disambung kembali, tapi yang keluar masih lumpur," ungkapnya.
TI menuturkan kondisi air semakin parah setelah wilayah Roko-roko Raya hujan. Menurutnya, kondisi itu sebelumnya tidak terjadi sebelum adanya aktivitas pertambangan di sekitar sumber mata air.
"Sebelum ada tambang, kalau hujan itupun kalau deras, memang airnya keruh tapi hanya sebentar jernih lagi, tapi sekarang sudah tidak," bebernya.
Ia mengungkapkan kampung Roko-roko Raya menaungi 5 desa sekitar yakni Desa Bahaba, Teporoko, Roko-roko, Dompo-dompo, dan Sukarela Jaya. Dia menyebut sumber mata air terdampak aktivitas perusahaan PT Gema Kreasi Perdana (GKP).
Ada 4 sumber mata air di kampung itu dan 3 di antaranya disebut sudah tercemar. Sementara 1 lainnya masih bisa digunakan. Hanya saja, sumber air itu tidak cukup untuk mengakomodir masyarakat yang jumlahnya sekitar 2.200 orang.
"Kalau Desa Sukarela Jaya dan Dompu-dompu mereka sekarang ambil air di sungai. Tapi lebih banyak menadah air hujan dan pakai sumur. Itupun sumur hanya dua," ungkapnya.
Terpisah, Manager Strategic Communication PT GKP Alexander Lieman membantah terkait tudingan pihaknya mencemari sumber air di lingkungan tersebut. Ia mengatakan setelah dilakukan pengecekan dari berbagai pihak, maka hujan deras di daerah itu menjadi pemicunya.
"Setelah melakukan pengecekan obyektif di lapangan tudingan tersebut (dampak dari PT GKP) tidak benar. Keruhnya sumber air di desa Sukarela Jaya dan Dompo-dompo di Wawonii Tenggara disebabkan karena intensitas curah hujan yang sangat deras," ungkapnya.
Akibatnya, lanjut dia, lapisan tanah permukaan turun terbawa ke aliran sungai. Bahkan menurut warga sekitar kejadian seperti ini bukan kali pertamanya terjadi di Wawoni. Apabila hujan sangat deras kondisi sumber mata air warga akan menjadi keruh.
"Melihat kondisi ini sebagai perusahaan yang juga beroperasi di Wawonii, PT GKP mengambil tindakan cepat tanggap untuk memastikan masyarakat bisa mendapatkan sumber air bersih untuk kehidupan sehari-hari mereka,"pungkasnya.
(asm/ata)