Kisah Kedekatan Bung Karno dengan Sulsel-Terinspirasi Karaeng Pattingalloang

Kisah Kedekatan Bung Karno dengan Sulsel-Terinspirasi Karaeng Pattingalloang

Tim detikSulsel - detikSulsel
Kamis, 08 Jun 2023 23:20 WIB
Tanggal 6 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Soekarno, Putra Sang Fajar sekaligus Presiden pertama Indonesia. Lalu, mengapa Soekarno disebut Putra Sang Fajar?
Foto: Presiden RI Soekarno. (Getty Images/Express)
Jakarta -

Presiden pertama Republik Indonesia Soekarno memiliki kedekatan yang erat dengan Sulawesi Selatan (Sulsel). Kedekatan itu ditandai hadirnya tokoh intelektual abad ke-17, Karaeng Pattingalloang yang dianggap menjadi inspirator Bung Karno.

Hal itu diungkapkan Muhidin M Dahlan atau akrab disapa Gus Muh dalam podcast visual bertajuk 'Bung Karno dan Sulawesi Selatan' lewat Youtube Badan Kebudayaan Nasional (BKN) PDI Perjuangan pada Kamis (8/6/2023).

Gus Muh menjelaskan kedekatan hubungan Soekarno dengan Sulsel ditandai melalui ketertarikannya kepada dunia antariksa. Karaeng Pattingalloang menjadi pemicunya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Soekarno tahu bahwa dunia astronomi itu lahir dari Makassar, namanya Pattingalloang. Kalau akarnya ilmu pengetahuan tentang zaman angkasa ada di Makassar, maka harus punya infrastruktur," ungkap penulis sekaligus pengarsip, Gus Muh dalam podcast yang dipandu host Lisa Elfena.

Menurut Gus Muh, Soekarno ingin menunjukkan bahwa Sulawesi Selatan ini tidak hanya cerita tentang pemberontakan. Sulsel juga punya punya jejak ilmu pengetahuan.

ADVERTISEMENT

"Setelah Ganefo November 1963, Soekarno tanda tangan SK pembentukan LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional), Juli 1964 Indonesia bisa menciptakan roket namanya Kartika 1, dan itu adalah roket kedua setelah Jepang di Asia," jelasnya.

Menurutnya Soekarno mengimajinasikan apa yang dilihat Pattingalloang. Sosok Pattingalloang menginspirasi Soekarno membangun infrastruktur antariksa.

"Bagaimana Soekarno mengimajinasikan apa yang dilihat Pattingalloang dari Makassar, dia bikinkan infrastruktur oleh apa yang kita sebut sebagai politik antariksa, sehingga hubungan Bung Karno dan Sulawesi Selatan bukan sekadar pemberontakan, bom dan kekerasan," tutur Gus Muh.

Gagasan keilmuan yang menjadi dasar kebijakan Soekarno ternyata juga menjadi acuan saat menunjuk Sam Ratulangi sebagai Gubernur Sulawesi. Sam Ratulangi ditunjuk menjadi gubernur karena latar belakang keilmuannya.

"Jadi setelah sidang PPKI 18 Agustus, diputuskan itu nama-nama menteri, dan Sam Ratulangi ditetapkan Soekarno untuk mengurus Sulawesi Selatan," terang Gus Muh.

Gus Muh mengaku keberanian Soekarno menunjuk seorang ilmuwan memimpin jazirah Sulawesi cukup mengejutkan. Apalagi penunjukan Sam Ratulangi di tengah gejolak api revolusi.

"Bayangkan, seorang ilmuwan dipilih sebagai Gubernur Sulawesi di tengah api revolusi, saya berpikir kok aneh ya Soekarno ini memilih Ratulangi," ungkapnya.

Padahal jika mempertimbangkan situasi politik saat itu, sosok pemimpin dari basis militer dianggap dibutuhkan. Namun Soekarno punya alasan sendiri.

"Dan, akhirnya terjawab ya Soekarno memilih bukan karena dia militer atau siasat politik tetapi seorang ilmuwan," tambah Gus Muh.

Lebih jauh Gus Muh menjelaskan, keputusan Soekarno didasarkan oleh kedalaman ilmu Sam Ratulangi. Pria kelahiran Tondano 5 November 1890 itu merupakan ilmuwan pertama di Indonesia.

"Tidak ada keraguan di hati Soekarno ketika dia menunjuk Gubernur Sulawesi, dan dia menunjuk itu (Sam Ratulangi) seorang ilmuwan dan ahli politik ekonomi pasifik," paparnya.

Sam Ratulangi dikenal sebagai ahli matematika fisika lulusan Zurich pertama di Hindia Belanda. Sam Ratulangi dianggap memahami situasi yang terjadi saat gejolak revolusi saat itu.

"Kenapa dipilih itu, karena dia paham revolusi ini datang lewat pasifik. Orang yang betul-betul tahu dan menjadi gerbang dari pasifik hanya satu, yaitu Sam Ratulangi," tambah Gus Muh.

Keputusan Soekarno menunjuk Sam Ratulangi pun tepat. Hal ini dibuktikan dengan langkah-langkah taktis Sam Ratulangi ketika membuat tentara sekutu yang bernama NICA ketakutan.

"Sam Ratulangi berhasil membuat NICA takut bukan karena perang. Ia punya hubungan dengan Den Haag, ia pernah kuliah di sana maka ia menulis surat ke PBB yang membuat NICA ketakutan," papar pendiri @radiobuku tersebut.

"Kedua, ia keras menentang dengan mengatakan kiblat kami tetap Soekarno-Hatta, apapun kata orang dia tetap Soekarno, loyalis Soekarno," pungkasnya.




(sar/nvl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads