Peneliti menyebut kepiting sebagai bentuk evolusi akhir dari beberapa hewan. Apa alasannya?
Kepiting sendiri merupakan hewan bercangkang yang datar dan bulat, serta memiliki ekor yang terlipat di bagian bawahnya.
Melansir detikEdu, kepiting berevolusi setidaknya lima kali terpisah dari krustasea dekapoda yang meliputi spesies kepiting, lobster, dan udang. Hal ini kerap terjadi sehingga disebut karsinisasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikutip dari laman Live Science, karsinisasi adalah contoh dari fenomena evolusi konvergen, atau organisme berbeda yang mengalami evolusi dan mengembangkan sifat yang sama.
Bentuk kepiting yang muncul pada hewan kerabatnya kemudian menjadi fakta menarik. Bahkan hal ini telah terjadi pada crustacea, yakni salah satu jenis kelompok hewan.
Crustacea mengalami perubahan berkali-kali, mulai dari bentuk tubuh silindris dengan ekor besar hingga menjadi datar, bulat, dan ekor yang tidak menonjol. Hasil perubahan tersebut nampak seperti kepiting, tepatnya kepiting raja.
Baca juga: Bukti Berjalan Kaki Tingkatkan Kinerja Otak |
Rekan peneliti senior di Departemen Zoologi di Universitas Cambridge, Javier Luque mengungkapkan bahwa evolusi semacam ini fleksibel dan dinamis.
Prinsip Dasar Seleksi Alam
Salah satu bentuk prinsip seleksi alam yaitu ketika terjadi evolusi dimana sifat suatu hewan yang bertahan dari generasi ke generasi. Hal ini sangat menguntungkan spesies tersebut.
Misalnya hewan dengan sifat pemarah dari sebuah spesies ada dalam berbagai ukuran dan tersebar di beberapa habitat, dari pegunungan hingga lautan.
Rekan peneliti biologi organisme dan evolusioner Universitas Harvard, Joana Wolfe mengungkapkan keanekaragaman dari hewan membuat kesulitan dalam menentukan manfaat bentuk tubuh mereka.
Wolfe dalam jurnalnya tahun 2021 menjelaskan beberapa kemungkinan. Misalnya, perbedaan ekor kepiting yang masuk kedalam dan lobster yang menonjol bermanfaat mengurangi daging yang rentan dimangsa predator.
Sementara itu, cangkang bulat dan rata juga dapat membantu kepiting lebih efektif daripada bentuk tubuh silinder lobster. Kendati demikian, masih perlu penelitian lebih lanjut.
Belum Tentu Menguntungkan
Wolfe menyebutkan bahwa tubuh kepiting belum tentu menguntungkan. Contohnya adalah ekor besar lobster lebih membantunya melewati air dan meremukkan mangsanya, berbeda dengan bentuk cangkang atau ekor kepiting.
Sedangkan bentuk tubuh kepiting berperan di kaki yang dapat berjalan dengan leluasa, sehingga mudah beradaptasi dengan lingkungan barunya. Kaki ini juga digunakan untuk menggali sedimen atau mengandung air.
"Rancangan tubuh kepiting telah berevolusi berkali-kali secara mandiri karena manfaat yang dimiliki hewan tersebut memungkinkan mereka pergi ke tempat-tempat tidak bisa dikunjungi oleh krustasea lainnya," kata Luque.
Peneliti juga menilai kepiting dan krustasea lainnya seperti kreasi lego. Maksudnya, hewan tersebut memiliki komponen yang berbeda dan dapat ditukar tanpa mengubah fitur lainnya secara dramatis.
"Tubuh kita tidak modular seperti itu. [Krustasea] sudah memiliki blok bangunan yang tepat," tutur Wolfe.
(alk/alk)