Mengapa Air Laut Rasanya Asin? Begini Penjelasannya

Mengapa Air Laut Rasanya Asin? Begini Penjelasannya

Tim detikEdu - detikSulsel
Minggu, 28 Mei 2023 21:00 WIB
Foto udara pengunjung menikmati suasana pantai di Pulau Bando, Sumatera Barat, Rabu (15/2/2023). Pulau Bando merupakan satu dari lima pulau yang berada di Kawasan Konservasi Perairan Nasional Pulau Pieh yang menerapkan karcis masuk bagi wisatawan domestik sebesar Rp20 ribu per orang per hari dan Rp200 ribu per orang per hari bagi wisatawan mancanegara, agar dapat menikmati semua pulau di kawasan tersebut. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/tom.
Foto: ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra
Makassar -

Air laut adalah air yang berasal dari laut atau samudra yang memiliki rasa asin. Air laut dan air tawar berbeda, karena adanya kandungan garam dalam air laut, sedangkan air tawar tidak mengandung garam.

Dilansir dari detikEdu, karena rasanya yang asin, air laut bisa dikelola menjadi garam yang biasa dipakai dalam rumah tangga.

Lantas mengapa air laut bisa asin? padahal air laut sudah tercampur banyak air hujan. Berikut 3 fakta mengapa air laut memiliki rasa asin beserta dengan prosesnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

3 Fakta Air Laut Asin

1. Kandungan garam

Dikutip dari situs Woods Hole Oceanographic Institution, air laut mengandung rata-rata sekitar 3,5 persen garam. Karena itu, air laut lebih padat daripada air tawar, yang dapat menyebabkan benda lain mengapung di atasnya.

Menurut para ilmuwan, rasa asin air laut disebut salinitas, yang sangat bervariasi antar lautan. Misalnya, salinitas biasanya lebih rendah di ekuator dan kutub.

ADVERTISEMENT

Namun, di beberapa lautan seperti Mediterania, salinitasnya justru meningkat. Salah satu lautan dengan kadar garam yang tinggi adalah Laut mati yang dapat menyebabkan benda-benda, termmasuk manusia mengapung ketika masuk ke dalamnya.

2. Proses air laut menjadi asin

Menurut Natural History Museum di UK, air laut yang asin dapat terbentuk karena air hujan membasuh mineral ionik dari daratan menjadi air. Ini dikarenakan, prosesnya dimulai ketika karbon dioksida di udara larut dalam air hujan, sehingga membuatnya terasa sedikit asam.

Saat hujan, udara dapat memecah bebatuan yang merupakan sumber utama garam yang terlarut dalam air laut. Batu yang dihancurkan kemudian melepaskan garam mineral dan kemudian terpisah menjadi ion.

Nah ion-ion ini akan terbawa air limpasan yang akhirnya terbang mencapai lautan. Sehingga air laut menjadi asin dan membuat 3,5% beratnya berasal dari garam terlarut.

Ion-ion tersebut akan membawa air limpasan yang akhirnya terbang ke laut. Sehingga air laut menjadi asin dan membuat 3,5% beratnya berasal dari garam terlarut.

Selain melalui hujan, gunung api bawah air dan lubang hidrotermal di dasar laut juga dapat melepaskan garam ke laut. Maka dari itu, perairan yang terisolasi dapat menjadi sangat asin atau hipersalin karena melalui proses pengeringan.

3. Laut yang tidak terlalu asin

Dikutip dari laman Guinness World Records, salinitas Laut Baltik di Eropa utara dikenal lebih rendah daripada laut lainnya. Laut tersebut memiliki konsentrasi garam rata-rata 7 hingga 8 gram per kilogram udara.

Hal ini bisa terjadi karena wilayah geografisnya yang tertutup dan terpisah dari Samudra serta lautan lepas. Hanya Selat Denmark yang menghubungkannya ke Laut Utara.

Selain itu, tingkat penguapan yang rendah (sangat dingin) dan banyaknya sungai besar yang mengalir ke laut tersebut menjadi faktor lainnya.




(asm/asm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads