Ini yang Dilakukan Rasulullah Saat Sedang Marah

Ini yang Dilakukan Rasulullah Saat Sedang Marah

Tim detikHikmah - detikSulsel
Minggu, 28 Mei 2023 22:00 WIB
Symbol of the Shia Muslim religion with an Ayatollah who prays and preaches in front of his followers by stretching a finger upwards.
Foto: Getty Images/iStockphoto/Pict Rider
Jakarta -

Marah adalah salah satu bentuk pelampiasan emosi yang dimiliki oleh manusia. Namun, sebagai umat muslim yang mengikuti ajaran nabi, kita juga perlu mengetahui hal apa yang dilakukan oleh Rasulullah untuk menyalurkan amarahnya.

Dilansir dari detikHikmah yang mengutip dari buku yang berjudul 'Dear Allah, Kasihi Aku' karya Nurul Lathiffah, Rasulullah merupakan nabi yang sangat jarang mengekspresikan amarahnya. Meskipun jarang, Rasulullah adalah orang yang mulia, sekalipun ia marah maka marahnya akan mengandung kebaikan.

Nabi Muhammad SAW memberikan contoh dan nasihatnya mengenai marah yang bisa kita jadikan panduan dan tiruan mulia bagi diri kita. Berikut adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu,

"عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم أَوْصِنِي. قَالَ "لَا تَغْضَبْ، فَرَدَّدَ مِرَارًا، قَالَ: لَا تَغْضَبْ

Artinya: Dari Abu Hurairah, seseorang bertanya pada Rasulullah SAW, "Ya Rasulullah berilah saya nasihat," Nabi kemudian berkata, "Jangan marah," Dia mengulang pertanyaannya yang selalu dijawab dengan, "Jangan marah." (HR Bukhari)

ADVERTISEMENT

Hal-hal yang Dilakukan Rasulullah Ketika Marah

Saat marah, Rasulullah tidak mengucapkan kata kasar yang menimbulkan kesan negatif. Hal ini dikarenakan kata kasar bertentangan dengan pesan Allah SWT yang bersifat halus dan tegas. Alhasil, marah Nabi Muhammad SAW memberikan hasil produktif untuk perbaikan di lingkungannya. Hal ini bersumber dari cerita yang dikutip dari buku 'Edisi Indonesia: Sejarah Lengkap Rasulullah Jilid 1' karya Ash-Shallabi & Prof. DR. Ali Muhammad.

Sejalan dengan hal ini, melalui tulisan dalam Kitab Mama' Az-Zawa'id juga dijelaskan bahwa kemarahan yang dilakukan Rasulullah adalah marah yang tidak berlebihan serta memiliki tujuan jelas.

Selain itu, dikisahkan ketika Umar bin Khattab datang menemui Rasulullah sambil membawa lembaran Kitab Taurat. Dalam keterangan Jabir bin Abdillah, Umar datang membawa lembaran Kitab Taurat dan meminta Rasulullah membacakannya sembari berkata,

"Wahai Rasulullah ini adalah lembaran dari Kitab Taurat."

Rasulullah kemudian terdiam dan membaca kitab tersebut hingga raut wajahnya berubah. Lalu, Abu Bakar Ash Shiddiq bertanya kepada Umar,

"Apakah engkau tidak melihat raut muka Rasulullah?"

Maka Umar pun melihat ke arah Rasulullah, seraya berkata, "Aku berlindung kepada Allah dari kemarahan Allah dan rasul-Nya. Kami ridha Allah sebagai Tuhan kami, Islam sebagai agama kami, Muhammad SAW sebagai nabi kami."

Lalu Rasulullah pun bersabda, "Demi Dzat yang menggenggam jiwa Muhammad, jika Musa hadir di hadapan kalian, kemudian kalian mengikutinya dan meninggalkanku, maka kalian akan tersesat dari jalan lurus. Bahkan seandainya Musa masih hidup dan menyaksikan kenabianku, niscaya dia akan mengikutiku."

Melalui kisah lainnya, diceritakan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah marah ketika ada ketentuan Allah SWT yang dilanggar. Seperti diceritakan Zaid bin Khalid dalam hadits yang diriwayatkan Bukhori, saat itu, ada yang menanyakan tentang tindakan yang harus dilakukan ketika menemukan sebuah barang tanpa tahu pemiliknya.

Rasulullah SAW menjelaskan, penemu barang wajib membuat pengumuman dan menunggu selama setahun. Jika tak datang juga, barang tersebut bisa digunakan sendiri atau dijual. Namun penemu barang tetap harus bertanggung jawab, artinya, jika pemilik barang datang mencari barang tersebut, maka barang wajib dikembalikan atau uang hasil penjualan diberikan kepada sang pemilik.

Jika yang ditemukan adalah hewan peliharaan, maka bergantung pada kemampuan bertahan hidup. Bila hewan berisiko jadi mangsa, maka penemu bisa menjual, memelihara, atau memotongnya. Penemu selanjutnya wajib memberi kompensasi jika pemiliknya datang mencari hewan tersebut. Namun jika hewan tersebut tidak berisiko dimangsa, maka penemu harus membiarkannya untuk tetap hidup.

Wajah Rasulullah SAW dikisahkan berubah menjadi merah sambil menahan marah saat menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan ini dinilai memberi kesan bahwa seluruh hewan yang ditemukan bisa langsung dijual, dipotong, atau dipelihara meski tidak berisiko dimangsa. Sama halnya dengan barang yang ditemukan di jalan yang terkesan bisa langsung dimanfaatkan atau dijual.

Itulah hal-hal mulia yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam menghadapi amarah dalam dirinya. Ia tetap tenang dan menjadi angin penyejuk dengan cara menyalurkan amarahnya menjadi solusi dari problematika suatu urusan.




(afs/asm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads