Kiriman Daging dari Makassar Bikin 14.756 Babi di Lutim Kena Virus ASF-Mati

Kiriman Daging dari Makassar Bikin 14.756 Babi di Lutim Kena Virus ASF-Mati

Ahmad Al Qadri - detikSulsel
Senin, 15 Mei 2023 06:30 WIB
Temuan bangkai babi di Luwu Timur, Sulsel.
Foto: Temuan bangkai babi di Luwu Timur, Sulsel. (Dok. Istimewa)
Luwu Timur -

Flu babi Afrika atau virus African Swine Fever (ASF) telah menyebabkan 14.756 ekor babi mati di Kabupaten Luwu Timur (Lutim), Sulawesi Selatan (Sulsel). Pemkab Lutim melaporkan penyebaran virus mematikan itu berawal dari kiriman daging dari Makassar ke salah satu warga di Lutim.

Dokter hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Lutim Gusti Ngurah menyebut virus ini pertama kali terdeteksi di wilayah Kecamatan Mangkutana pada April 2023 lalu. Saat itu, salah seorang warga setempat menerima kiriman daging dari salah satu keluarganya di Kota Makassar.

"Kalau pertama itu kasus awal di Desa Pancakarsa ini di (kecamatan) Mangkutana. Nah itu ada itu salah satu warga desa dikirimkan daging dari Makassar daging babi," kata Gusti Ngurah kepada detikSulsel, Sabtu (13/5/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gusti mengatakan warga yang menerima kiriman tersebut kemudian memberikan sisa-sisa daging ke hewan ternak babi. Gusti meyakini dari sinilah flu babi Afrika itu menyebar.

"Dari situ kemungkinan terjadi kontak secara tidak langsung. Makanan yang dibagikan ke keluarganya, sisa-sisa makanan dikasih mi ke babinya begitu," kata Gusti.

ADVERTISEMENT

Menurut Gusti, virus ASF mampu bertahan selama 5 pekan pada babi bahkan sekalipun hewan itu sudah mati. Namun dia meyakinkan virus ASF tidak dapat menularkan ke manusia atau pun ke hewan lain.

"Sasaran targetnya virus ini mutlak di hewan babi. Jadi tidak menular ke tempat lain misalnya kayak kambing, sapi itu enggak. Cuma virus ini dia bertahan lama dalam babi yang sudah mati yang sudah telanjur terinfeksi lama dia bertahan," paparnya.

Kini 14.756 Babi Mati Dalam Sebulan

Gusti mengatakan penyebaran flu babi Afrika kini semakin ganas di Luwu Timur. Pasalnya, sudah 14.756 ekor babi yang mati hanya dalam satu bulan terakhir.

"Totalnya 14.756 (babi mati) di sebelas Kecamatan di Luwu Timur," kata Gusti.

Dia mengatakan angka kematian babi itu tersebar merata pada 11 kecamatan di Luwu Timur. Kematian tepatnya terjadi sejak April hingga 13 Mei 2023.

"(Kematian babi) yakni Kecamatan Burau, Wotu, Tomoni, Tomoni Timur, Angkona, Malili, Towuti, Nuha, Wasuponda, Mangkutana dan Kaleana," kata Gusti.

Lebih lanjut, Gusti menjelaskan virus ASF pertama kali masuk di Indonesia terjadi pada 2019 di Sumatera. Sampai saat ini pun belum ditemukan obat untuk menangani virus tersebut.

"Kalau obatnya memang belum ada, vaksin belum ditemukan. Kita belum bisa bahas itu karena belum ada referensi dari pusat," ujar Gusti.

Sementara itu, Lutim sendiri termasuk salah satu wilayah di Sulsel dengan tingkat pemelihara ternak babi terbanyak. Hal ini karena beternak babi dijadikan sebagai pendongkrak ekonomi setelah sektor pertanian.

"Ada banyak sekali titik peternakan babi yang ada di Luwu Timur. Kalau yang masyarakat memelihara dalam jumlah banyak sekali anggaplah kita bilang Tomoni Timur," kata Gusti.

Simak di halaman berikutnya: Bangkai Babi Berserakan di Irigasi..

Bangkai Babi Berserakan di Irigasi

Menyebarnya flu babi Afrika mulai heboh setelah banyaknya bangkai babi berserakan di saluran irigasi. Sedikitnya ada 18 ekor bangkai babi yang ditemukan berserakan pada 3 desa di Lutim.

Awalnya, sebanyak 10 ekor bangkai babi ditemukan di Desa Rinjani, Kecamatan Wotu. Adapula 4 ekor lainnya ditemukan polisi di Desa Non Blok, Kecamatan Kalaena pada Senin (8/5).

Terakhir, 4 ekor bangkai babi juga ditemukan di Desa Lewonu, Kecamatan Burou pada Sabtu (13/5). Belakangan diketahui, babi itu mati karena flu babi Afrika atau virus ASF.

"Ya, untuk saat ini kami bisa simpulkan, kemungkinan besar penyebabnya dari virus ASF. Karena hampir semua yang mati menunjukkan gejala yang sama," kata Gusti.

Halaman 2 dari 2
(hmw/ata)

Hide Ads