Penasihat politik pemerintah mengusulkan wanita lajang dan belum menikah untuk memiliki akses ke pembekuan sel telur dan perawatan IVF, di antara layanan lainnya. Hal ini lantaran prihatin dengan penurunan populasi China dalam enam dekade dan penuaan yang cepat.
"Jika China mengubah kebijakan mereka untuk mengizinkan wanita lajang memiliki anak, ini dapat mengakibatkan peningkatan permintaan IVF," kata Yve Lyppens, direktur pengembangan bisnis untuk Asia Pasifik di INVO Bioscience (INVO.O), yang sedang menunggu persetujuan peraturan sebagaimana dilansir dari detikHealth.
Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) tidak menanggapi permintaan komentar tentang liberalisasi akses IVF. Meskipun sebelumnya ia telah mengakui bahwa banyak wanita muda menunda rencana untuk menikah dan memiliki anak, mengingat tingginya biaya pendidikan dan membesarkan anak telah berkontribusi terhadap penurunan angka pernikahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
China memiliki 539 fasilitas bayi tabung yang dikelola oleh perusahaan umum dan swasta. NHC mengatakan akan mendirikan satu fasilitas untuk setiap 2,3 juta orang pada 2025.
Negara ini sebelumnya menerapkan kebijakan satu anak yang kaku dari 1980 hingga 2015. Kebijakan inilah yang menjadi akar dari banyak tantangan demografi di China sehingga pembatasan kelahiran akhirnya dinaikkan menjadi tiga anak.
China yang dilanda krisis populasi lantaran menurunnya minat warga menikah dan memiliki anak, mengatasi hal tersebut dengan mengizinkan program bayi tabung untuk wanita lajang.
Salah satu wanita telah menjalani program tersebut untuk mengatasi rekor tingkat kelahiran yang rendah. Chen Luo Jin, 33 tahun adalah wanita bercerai yang mengikuti program bayi tabung.
Dengan solusi tersebut, berarti perempuan yang belum menikah dapat mengambil cuti hamil berbayar dan menerima subsidi anak yang sebelumnya hanya tersedia untuk pasangan yang sudah menikah.
Untuk diketahui, Chen mengakses perawatan kesuburan in-vitro (IVF) secara legal di klinik swasta. Dia sekarang tengah hamil 10 minggu.
"Menjadi orang tua tunggal bukan untuk semua orang, tapi saya senang dengan keputusan itu," kata Chen kepada Reuters.
"Sama halnya, menikah atau tidak adalah keputusan masing-masing individu. Kami telah meliberalisasi kebijakan di sini dan saya tahu banyak wanita lajang melakukan IVF," tambahnya.
(urw/urw)