Kisah Mahasiswa Sulsel Bertahan di Asrama Kampus Saat Perang Sudan

Kisah Mahasiswa Sulsel Bertahan di Asrama Kampus Saat Perang Sudan

Syachrul Arsyad - detikSulsel
Minggu, 30 Apr 2023 19:45 WIB
Dunia Hari Ini: Ratusan Orang di Sudan Tewas karena Konflik dengan Kelompok Paramiliter
Foto: Situasi mencekam saat perang di Sudan. (ABC Australia)
Makassar -

Mahasiswa asal Sulawesi Selatan (Sulsel) menceritakan momen mencekam saat perang di Sudan. Para mahasiswa terpaksa bertahan di asrama kampus dengan suara tembakan yang terdengar hingga berhari-hari.

Peperangan itu terjadi di ibu kota Sudan, Khartoum pada Sabtu (15/4/2023). Pertempuran melibatkan antara tentara Sudan dan Paramiliter Rappid Support Forces (RSF).

"Tanggal 15 meledak perangnya, kita sementara di kampus, di asrama, jam 9 pagi mulai terdengar tembak menembak," ungkap Mahasiswa International University of Africa, Muhammad Ansar Idris saat dihubungi detikSulsel, Minggu (30/4/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ansar mengatakan suara tembakan terdengar jelas. Pasalnya pertempuran itu terjadi tidak jauh dari asrama kampus International University of Africa.

"Tidak sampai 1 kilometer dari asrama kita, di situlah mulai perang. Karena di dekat asrama ada markas militer Sudan," sebutnya.

ADVERTISEMENT

Peperangan yang memicu kepanikan mahasiswa itu terjadi saat momen bulan Ramadan. Ansar mengaku suara tembakan terjadi berhari-hari.

"Selama dua hari itu paling mencekam. Setelah 3 hari mulai agak reda. Hari keempat, suara tembakan tidak terlalu sederas hari pertama dan hari kedua," urai Ansar.

Pihak kampus saat itu meminta para mahasiswa untuk tetap bertahan di asrama. Mereka dilarang keluar saat serangan itu terjadi.

"Orang asrama mulai pada kaget, tapi dari pihak kampus semuanya harus tetap di dalam kamar. Jangan ada keluar. Tentu dari situasi semua panik, karena tidak pernah terjadi sebelumnya," jelasnya.

Mahasiswa Fakultas Dirosa Islamiyah ini mengatakan peperangan itu berdampak terhadap matinya jaringan listrik. Beruntung listrik di asrama tetap menyala dengan mengandalkan genset.

"Yang kasihan itu mahasiswa yang tinggal di luar asrama, karena setelah perang, lampu padam selama 3 hari. Namun yang tinggal di asrama di kampus itu kayak saya alhamdulillah listrik mati tapi ada genset membantu," urai Ansar.

Selama tinggal di asrama, kebutuhan hidup dan rekannya ditanggung pihak kampus. Mereka tetap menjalankan puasa dengan lancar.

"Jadi kita tetap ada air, asrama menanggung makan buka puasa kita, sahur kita, dan pengamanan lain. Jadi mahasiswa Indonesia dalam kampus itu aman," ucapnya.

Selang beberapa hari bertahan di asrama kampus, perintah untuk mengevakuasi mahasiswa pun datang. Ansar dan rekannya berhasil keluar dari wilayah Khartoum ke wilayah Port Sudan dalam kondisi selamat pada Senin (24/4).

"24 April itu kita sudah mulai berangkat dari Khartoum ke Port Sudan pakai kurang lebih 5-6 bus. Perjalanan dari Khartoum ke Port Sudan itu 15 jam," ungkap Ansar.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

37 WNI Asal Sulsel Dievakuasi dari Sudan

Kesbangpol Sulsel melaporkan ada 37 WNI asal Sulsel yang telah dievakuasi dari Sudan. Mereka dipulangkan secara bertahap dimulai dari 11 orang yang telah tiba di Kota Makassar pada Minggu (30/4) siang.

"Penyintas Sudan (asal Sulsel) 11 orang. Penjemputan di bandara," ungkap Kepala Kesbangpol Sulsel Muhammad Firda yang dikonfirmasi, Minggu (30/4).

Mereka yang dipulangkan difasilitasi Pemprov Sulsel. Sementara ada 5 orang lainnya yang memilih jalur mandiri namun masih menetap di Jakarta.

Firda mengatakan, untuk tahap kedua ada 11 WNI asal Sulsel lain yang akan dipulangkan dalam waktu dekat. Mereka saat ini masih menjalani asesmen di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta Timur.

"Kloter kedua 11 orang rencana besok ke Makassar," jelasnya.

Sekretaris Kesbangpol Sulsel Ansar menambahkan, dari 16 WNI asal Sulsel yang dievakuasi dari Sudan pada tahap pertama, ada 5 di antaranya yang masih di Jakarta. Makanya, baru 11 orang yang difasilitasi pemulangannya oleh Pemprov Sulsel.

"5 orang itu melalui jalur mandiri. Saya dengar masih mau tinggal di Jakarta, ada keluarganya sehingga dia memilih nanti dia sendiri (pulang)," pungkas Ansar.

Halaman 2 dari 2
(sar/asm)

Hide Ads