Warga di Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) nekat menantang maut dengan menyeberangi sungai menggunakan tali troli dan sarung. Aksi itu mereka lakukan layaknya bermain flying fox.
Momen warga Desa Taulo, Kecamatan Alla menyeberangi sungai itu terekam dalam sebuah video berdurasi 36 detik dan viral di media sosial. Dalam video tersebut, seorang wanita berhijab terlihat berjibaku menyeberangi derasnya arus Sungai Mata Allo.
Tidak ada alat pengaman khusus yang wanita itu gunakan. Wanita itu hanya memakai sarung sebagai tempat bergantung lalu berseluncur dengan tali troli yang membentang di tengah sungai.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Raut wajah wanita itu juga tak terlihat cemas. Aksi itu kemudian dilakukan secara bergantian dengan warga lainnya untuk menyeberangi sungai.
Kepala Desa Taulo Herman mengatakan aksi warga menyeberangi sungai itu terjadi pada Minggu (23/4). Dia menyebut aksi itu sudah sering mereka lakukan.
"Kejadiannya Minggu (23/4) kalau tidak salah itu. Sering memang mereka melakukan itu," ujar Herman kepada detikSulsel, Rabu (26/4).
Herman menjelaskan para warga melakukan itu untuk menuju ke kebunnya. Namun tidak semua warga melakukan itu karena masih ada akses lain yang bisa dilalui menuju kebun.
"Mereka itu petani yang menuju kebunnya menggunakan alat troli dan meluncur menyeberangi sungai seperti itu," ujar Herman.
"Tidak semua warga melakukan itu, hanya beberapa saja. Itu untuk mempercepat akses menuju kebun," ungkapnya.
Herman kemudian menyebut di Desa Taulo memiliki 3 jembatan penyeberangan yang menjadi penghubung ke kebun warga. Hanya saja, dia mengakui aksesnya lebih jauh.
"Kita punya 3 jembatan penyeberangan yang menghubungkan ke kebun itu, karena memang di sebarang sungai hanya kebun tidak ada pemukiman. Jadi hanya beberapa saja warga meluncur seperti itu. Kalau yang lain normal gunakan jembatan," ujarnya.
Lebih lanjut, Herman mengatakan dirinya akan melarang warga untuk melakukan aktivitas menyeberangi sungai dengan troli itu dengan tetap menggunakan infrastruktur yang ada. Pasalnya, aktivitas itu dinilai berbahaya dan bisa mengancam nyawa.
"Saya juga heran, itu jembatan roda 2, 4, bahkan roda 8 bisa lalui, tapi kenapa warga tetap memilih menyeberangi sungai seperti itu. Nanti kita akan sampaikan agar digunakan infrastruktur yang ada," ujarnya.
(asm/ata)