Pemerintah Korea Bakal Beri Uang Rp 7,4 Juta Agar Generasi Muda Mau Bekerja

Pemerintah Korea Bakal Beri Uang Rp 7,4 Juta Agar Generasi Muda Mau Bekerja

Tim detikTravel - detikSulsel
Selasa, 18 Apr 2023 22:30 WIB
Ilustrasi hikikomori
Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/Prompilove)
Jakarta -

Belum selesai isu resesi seks, Korea Selatan kini juga dibayang-bayangi generasi muda yang enggan sekolah dan bekerja. Demi mengatasi hal tersebut, pemerintah setempat rela menggelontorkan sejumlah dana untuk mendorong agar mereka mau berkarya.

Dilansir dari detikTravel, saat ini Korea Selatan tengah menghadapi fenomena besar lantaran para generasi muda di sana enggan belajar di sekolah atau bekerja. Mereka lebih memilih mengisolasi diri di rumah padahal pandemi COVID-19 telah mereda.

Dilansir dari Insider, Selasa (18/4/2023) pemerintah Korea Selatan menyiapkan USD 500 atau sekitar Rp 7,4 juta per bulan bagi mereka yang mau keluar rumah. Menteri Kesetaraan Gender dan Keluarga berharap, langkah tersebut bisa mendorong para anak muda agar mau kembali bersekolah, mencari pekerjaan, dan beraktivitas di luar rumah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adapun syarat untuk mendapatkan tunjangan tersebut, yaitu batas usia maksimal 24 tahun. Uang saku yang akan diberikan ini dapat digunakan untuk kebutuhan makan, pakaian, perumahan, dan biaya hidup lainnya yang dibutuhkan kaum muda.

Bagi mereka yang memenuhi syarat, nantinya akan mendapatkan uang dalam bentuk barang atau uang tunai yang dikirimkan ke rekening bank mereka. Sementara itu, bagi yang usianya masih di bawah 18 tahun, dana akan ditransfer ke rekening orang tua atau wali atas persetujuan mereka.

ADVERTISEMENT

Para anak muda yang menerima tunjangan tersebut diwajibkan untuk melaporkan penggunaan uang yang diberikan. Mereka harus menunjukkan bahwa mereka benar-benar keluar dan beraktivitas di luar rumah.

Berdasarkan laporan dari Institut Kesehatan dan Sosial Korea pada 2022, didapati bahwa sekitar 338.000 orang berusia antara 19 hingga 39 tahun di Korea Selatan menjadi apa yang disebut penyendiri tipe pertapa. Mereka ini lebih banyak mengurung diri di rumah untuk waktu yang lama hingga berbulan-bulan.

Selama mengurung diri di rumah, mereka tidak sekolah maupun bekerja. Bahkan, ada di antara mereka yang mengisolasi diri sampai tahunan.

Fenomena semacam ini serupa dengan hikikomori yang dikenal di Jepang. Bedanya, jumlah pemuda yang melakukan hikikomori di Jepang sudah menjadi sekitar 1 juta orang.

Beberapa pemuda mengalami kondisi ini lantaran berasal dari keluarga miskin. Mereka memilih mengisolasi menutup diri dari masyarakat pada usia muda karena memiliki trauma pribadi, mendapatkan intimidasi di sekolah, stres akademik, konflik keluarga, atau kurangnya perhatian dari wali atau orang tua mereka.

Dalam sebuah studi kasus yang diberikan oleh kementerian keluarga Korea Selatan, seorang anak berusia 17 tahun yang tidak disebutkan namanya mengaku mulai merasakan hidup dalam keterasingan sejak usianya 15 tahun. Hal ini dipicu kekerasan dalam rumah tangga yang mereka alami.

Mirisnya, mereka menggambarkan dirinya sebagai "orang lesu yang tidur hampir sepanjang waktu" dan hanya makan untuk bertahan hidup.




(urw/nvl)

Hide Ads