"Aliran Puang Nene bukan sesat. Sudah dipastikan. Ajarannya tidak ada yang melarang untuk salat, baik dari yayasan atau pun dari masyarakat," kata Ketua Tim Pakem Ahmad Jazuli saat ditemui detikSulsel, Selasa (11/4/2023).
Tim Pakem sendiri terdiri dari unsur Kejaksaan Negeri (Kejari) Bone, aparat kepolisian, TNI, Kemenag, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan Pemkab Bone.
Ahmad Jazuli yang juga merupakan Kajari Bone mengatakan, Tim Pakem telah melakukan pengumpulan bahan dan keterangan dari pengikut dan masyarakat sekitar. Hasilnya Yayasan Puang Nene masih dalam koridor Islam dan hanya melakukan pelestarian budaya.
"Setelah dilakukan investigasi Tim Pakem, kesimpulannya organisasi itu secara hukum. Adapun yang dianggap menyimpang dari agama Islam sebenarnya tidak ada, dan sudah pernah diklarifikasi," jelasnya.
Hal senada disampaikan Ketua MUI Bone Prof KH Muh Amir HM. Ia menjelaskan, selama mereka tidak mengutak-atik rukun Islam dan rukun iman maka bukan merupakan ajaran sesat.
"Dalam artian mereka hanya punya pemikiran yang tidak ditolerir secara umum. Kajian kami bahwa sepakat tidak mengarah ke aliran sesat," ucapnya.
Amir menerangkan, kegiatan Yayasan Puang Nene itu hanya budaya. Menurutnya ajaran tasawuf itu memang biasa dibahas sampai larut malam.
"Memang dalam ajarannya yang diajarkan kajian sufi. Tim MUI menjadwalkan untuk memberikan khotbah di sana. MUI sudah bekerja memberikan pencerahan kepada mereka," terangnya.
"Ada dua desa di sana yang masih kental budayanya yakni Desa Bune dan Desa Mattirowalie. Sedangkan untuk Yayasan Puang Nene itu sementara diteliti apa yang diajarkan, apakah mengarah ke ekstrem atau tidak," imbuhnya.
Heboh Yayasan Puang Nene Diduga Sesat
Warga Bone dihebohkan dengan kemunculan aliran Puang Nene yang diduga sesat menjelang akhir Maret 2023 lalu. Puang Nene disebut mengaku sebagai nabi dan tidak mewajibkan pengikutnya untuk salat.
"Aliran-alirannya tidak salat, dan ada dua bos besarnya mengaku nabi. Kalau di sini dikenal sebagai aliran Puang Nene," kata Kepala Desa Mattirowalie Andi Swandi kepada detikSulsel, Rabu (22/3).
Aliran ini juga disebut dikenal sebagai aliran dari Al Mukarramah di media sosial. Aliran itu diduga masuk di Desa Mattirowalie, Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone sekitar tahun 2020.
"Masuknya itu kalau tidak salah tahun 2020 sebelum COVID-19. Pengikutnya sekarang sudah ada sekitar 40-an dari masyarakat Desa Bune dan Desa Mattirowalie," sebutnya.
Swandi lantas menyebut aktivitas dari aliran Puang Nene sudah pernah ditegur oleh warga. Namun aliran Puang Nene tak menghentikan aktivitas alias tetap berlanjut.
"Sudah ditegur dulu, dikira sudah berhenti ternyata tersebar lagi. Aliran tersebut diduga sesat," bebernya.
(ata/asm)