Warga Seko, Kabupaten Luwu Utara, Amsal memprotes Pemprov Sulawesi Selatan (Sulsel) karena tak kunjung memperbaiki jalan rusak di wilayahnya. Kondisi jalan berlumpur dan tidak pernah diaspal membuat warga menderita.
"Kewenangan Pemprov ini jalannya. Makanya kami sangat mengharapkan pak gubernur agar perhatikan kami, mimpi kami sederhana pak, cuma mau jalan kami ini diaspal dan bagus," ujar Amsal kepada detikSulsel, Sabtu (1/4/2023).
Amsal mengatakan kondisi jalan yang tak kunjung diperbaiki membuat Seko semakin terisolir. Dia pun mengaku miris karena warga Seko tidak diperhatikan oleh Pemprov Sulsel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah bertahun-tahun ruas jalan dari Kecamatan Rongkong sampai Kecamatan Seko kondisinya berlumpur dan tidak ada aspal," kata Amsal.
"Kami tidak pernah menikmati infrastruktur yang layak, tidak pernah mendapatkan perhatian dari pemerintah," imbuhnya.
Menurut Amsal, ruas Jalan Seko merupakan satu-satunya akses warga untuk menjalankan aktivitas ekonominya selama ini. Namun kondisi jalan yang buruk jelas membuat roda perputaran ekonomi terhambat, bahkan layanan kesehatan dan sekolah sangat sulit diakses di wilayah tersebut.
"Ini jalan satu-satunya warga, biasanya dilalui untuk menjual hasil bumi. Kondisinya memprihatinkan seperti itu, membuat wilayah kami terisolir. Layanan kesehatan sekolah saja sulit untuk kami, di sini ada pembangunan sekolah sejak 2020 kemarin sampai sekarang belum selesai," ungkapnya.
detikSulsel mengkonfirmasi Kepala Dinas PUPR Sulsel Astina Abbas terkait keluhan warga tersebut. Namun Astina belum memberikan jawaban soal jalan Seko yang tak kunjung diperbaiki.
![]() |
Bupati Luwu Utara Buka Suara
Bupati Luwu Utara Indah Putri Indriani turut merespons keluhan warga. Menurut dia, pihaknya masih menunggu informasi dari Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Sulsel terkait bantuan perbaikan jalan di Kecamatan Seko.
"Belum ada informasi itu, kita masih tunggu dari balai jalan juga," katanya.
Sementara itu, Kabid Preservasi II BBPJN Wilayah XIII Makassar Ali Dihari menjelaskan, Pemda Lutra saat ini memang sudah mengusulkan jalan Seko untuk mendapatkan bantuan dari Kementerian PUPR. Kini tahapnya masih dalam proses seleksi.
"Jalan Seko statusnya ada sebagian daerah dan ada sebagian Pemprov. Pemda Lutra memang mengusulkan jalan tersebut ke Kementerian PUPR agar diberikan bantuan. Tapi diseleksi dulu melalui balai jalan," jelasnya.
Menurut dia, salah satu syarat jalan daerah yang mendapatkan bantuan dari Kementerian PUPR adalah jalan tersebut berpengaruh meningkatkan ekonomi.
"Ini masih berproses ke pusat berapa anggaran yang akan digelontorkan ke jalan daerah yang akan ditangani Kementerian PUPR. Tapi ada syarat-syaratnya, misal jalan itu berpengaruh dalam peningkatan ekonomi, jadi memang beberapa daerah sudah mengusulkan untuk mendapat bantuan itu," tandas Ali.
Simak di halaman berikutnya: Ibu Hamil dari Seko Meninggal Bareng Bayinya Usai 17 Jam Ditandu ke RS
Ibu Hamil dari Seko Meninggal Bareng Bayinya Usai 17 Jam Ditandu ke RS
Amsal sebelumnya juga sempat mengungkap seorang ibu hamil bernama Eva (18) meninggal usai ditandu menggunakan sarung selama 17 jam perjalanan ke rumah sakit (RS). Bayi yang dikandung Eva juga wafat kena benturan saat ditandu selama perjalanan jauh dari Seko.
"Iya benar, ibu dan bayi yang dikandungnya meninggal dunia," kata Amsal kepada detikSulsel, Selasa (21/3) lalu.
Eva mulai ditandu dari Desa Tamakalaeng, Kecamatan Seko sekitar pukul 07.00 Wita pada Sabtu (18/3). Eva harus dirujuk ke RS lantaran terbatasnya fasilitas kesehatan (faskes) di wilayah tersebut.
"Ada bidan di sana tapi faskesnya sangat kurang memadai, jadi harus dirujuk," imbuhnya.
Warga saling bergantian menandu Eva lantaran akses jalan yang rusak. Akses jalan di desa tersebut tidak memungkinkan dilalui mobil.
"Ada puluhan warga (menandu). Saya tidak tahu pasti. Tapi warga secara bergantian tandu korban, hanya gunakan bambu dan sarung," ungkap Amsal.
Setelah melewati perjalanan panjang, Eva yang ditandu warga tiba di Kecamatan Rongkong. Di wilayah tersebut, Eva baru bisa diantar menggunakan ambulans menuju rumah sakit.
"Kita baru dapat ambulans di Kecamatan Rongkong itu jam 23.00 Wita, jadi sekitar 17 jam kami tandu. Lanjut ke rumah sakit," jelasnya.
Saat tiba di RS, Eva pun menjalani operasi caesar lantaran mengalami pendarahan. Namun nyawa korban tidak tertolong.
"Sempat dirawat. Tapi saat setelah operasi itu dinyatakan meninggal dunia katanya karena pendarahan," beber Amsal.
Menurut Amsal, bayi yang dikandung Eva meninggal karena mengalami lebam di dahinya. Luka itu diduga didapatkan efek benturan saat ditandu selama perjalanan jauh.
"Setelah operasi caesar di rumah sakit, ada lebam di dahi bayinya. Diperkirakan karena benturan saat ibunya ditandu selama 17 jam," pungkasnya.