Cerita Gadis Kolaka Tak Lolos SBMPTN, Diterima Kuliah Kedokteran di Turki

Cerita Gadis Kolaka Tak Lolos SBMPTN, Diterima Kuliah Kedokteran di Turki

Nadhir Attamimi - detikSulsel
Kamis, 23 Mar 2023 23:50 WIB
Nurul Ismi Ramadani (19) di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Foto: Nurul Ismi Ramadani (19) di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra). (dok.istimewa)
Kolaka -

Gadis bernama Nurul Ismi Ramadani (19) di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara (Sultra) tak lolos Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2021. Namun Nurul diterima di Bursa Uludag University Turki melalui jalur beasiswa.

Nurul awalnya mendaftar di salah satu universitas negeri di Kendari lewat jalur SBMPTN 2021 dengan jurusan kedokteran namun tidak lolos. Meski ada jalur mandiri, Nurul tak lagi mendaftar karena biayanya mahal.

"Tahun 2021 itu saya daftar SBMPTN di salah satu kampus Kendari di fakultas kedokteran tapi saya gagal. Nah sisa ada jalur mandiri, tapi tahu sendiri kuliah lewat jalur itu sangat mahal," kata Nurul kepada detikcom, Senin (20/3/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah gagal di jalur SBMPTN, Nurul mulai mencari kampus yang dapat menerimanya untuk menggapai cita-citanya. Ia mencari keberuntungan dengan mengikuti pendaftaran di luar negeri. Ada 4 negara tujuan yakni India, Brunei Darussalam, Inggris dan Turki.

"Saya daftar di India, Brunei, Turki dan Inggris, alhamdulillah semua lolos berkas. Tapi waktu itu harus legalisir berkas di Kemenlu di Jakarta bertepatan dengan pandemi, jadi batal. Kemudian pengumuman Turki muncul dan saya ambil Turki," ungkapnya.

ADVERTISEMENT

Nurul menuturkan sistem penerimaan beasiswa yang diterima harus menjalani satu semester terlebih dahulu baru uang beasiswa cair. Sehingga Nurul harus menggunakan biaya pribadi untuk menyelesaikan satu semester awal.

"Karena saya dapat beasiswa pemerintah daerah, jadi ndak bisa diklaim beasiswanya kalau belum ada nilai semester satunya. Jadi saya harus pakai biaya sendiri dulu pas awal berangkat," ujarnya.

Kondisi tersebut membuat ayahnya yang merupakan penjual telur harus memutar otak untuk membiayai keberangkatan dan kuliah Nurul di awal semester. Sang ayah kemudian menjual mobil pikap yang biasa digunakannya untuk ke pasar berdagang.

"Bapak saya jual mobil satu-satunya untuk mencari nafkah demi anaknya bisa lanjut kuliah kedokteran di Turki. Ayah juga sudah tidak kerja lagi karena sedang sakit divonis gagal ginjal stage 5 oleh dokter," ujarnya.

Nurul mengungkapkan beasiswa yang diraihnya mencakup biaya kuliah dan tempat tinggal. Sedangkan untuk biaya hidup ditanggung sendiri.

Ia pun tak berpangku tangan menunggu transferan dari orang tuanya selama kuliah di Turki. Nurul bekerja sebagai pengajar les private bahasa Inggris online.

"Biaya hidup di Turki dan Indonesia sebenarnya tidak jauh berbeda. Apalagi Turki sedang inflasi jadi mata uangnya lebih rendah. Untuk biaya sehari-hari saya mengajar les privat bahasa Inggris," ungkapnya.




(hsr/hsr)

Hide Ads